Saham

Alasan Untuk Optimis Kepada Masa Depan Pasar Saham Indonesia

Ilustrasi artikel Ajaib: Pasar saham bullish/bearish.

Ajaib.co.id – Tahun 2020 publik dikejutkan dengan angsa hitam (the black swan) yang datangnya tak terduga. Angsa hitam itu tak lain adalah virus corona (Covid-19) yang telah merenggut ribuan nyawa di seluruh dunia. Banyak orang bertanya-tanya, bagaimana masa depan pasar saham Indonesia kedepannya?

Pasar modal di seluruh dunia yang sebelumnya kebal dari isu wabah penyakit, kini mengalami penurunan. Seolah latah dengan pasar modal, mata uang sang garuda juga tak berdaya di hadapan Dollar Amerika Serikat (AS$). Rupiah turun hingga ke level Rp16.000 per US Dollar, memaksa kita mengingat tahun 1998 saat Rupiah berada di level yang sama.  

Situasi seperti ini membuat banyak orang berspekulasi untuk membeli Dollar sebanyak-banyaknya dan berharap mendapat keuntungan secara singkat. Dengan Mereka yang demikian itu mengharapkan kejatuhan Rupiah lebih dalam agar mereka memperoleh untung. Sungguh sangat disayangkan karena perilaku ini tidak mencerminkan perilaku cinta tanah air. 

Dari sekian banyak hal negatif yang dapat kamu temui di koran, ada beberapa hal yang harus kamu ketahui agar kamu bisa lebih optimis tentang Indonesia. Di saat seperti ini seharusnya pelaku pasar juga tidak boleh lupa bahwa periode Bullish atau Bearish tidak akan berlangsung selamanya. Terutama tentang pasar saham.

Percaya Bahwa Masa Depan Pasar Saham Indonesia akan Kembali Bangkit

Peter Lynch, seorang legenda investasi dan Manajer Investasi Fidelity pernah berkata bahwa “Secara jangka pendek pasar saham adalah alat timbang, namun secara jangka panjang pasar saham akan mengikuti fundamentalnya.” 

Harap diingat bahwa saham bukanlah tiket lotre. Di balik setiap lembar saham (meski kini dalam bentuk digital) ada sebuah emiten yang beroperasi. Di saat harga sahamnya naik dan turun, emiten terus beroperasi dan menghasilkan laba. Kita harus percaya bahwa pasar saham akan bangkit dan ini bukanlah pepesan kosong.

Kamu harus paham bahwa pasar saham baru bisa benar-benar kolaps jika emiten-emiten sudah tidak beroperasi. 

Potensi Kebangkitan IHSG 

Sejak tahun 1990 kita telah melewati 3 resesi, krisis moneter, tragedi berdarah dan dua kerusuhan masif di ibukota, revolusi pelengseran dua presiden yaitu Suharto dan Gus Dur, dan setelahnya pasar saham selalu bangkit. Kita telah menyaksikan kebangkitan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berulang kali, dan pasar modal Indonesia selalu berhasil bangkit. Mengapa? Karena IHSG ditopang oleh emiten-emiten yang melayani kebutuhan dalam dan luar negeri, utamanya karena lonjakan populasi domestik. 

Sekarang mari kita lihat grafik di bawah ini; 

Grafik diolah dari data Bank Dunia

Grafik di atas terdiri dari data rata-rata pendapatan per kepala di Indonesia (Gross Domestic Income per Person) dari tahun ke tahun yang ditandai dengan grafik batang berwarna biru. Sedangkan grafik garis berwarna merah menandai  pergerakan IHSG dari tahun ke tahun sejak 1990 hingga hari ini. Kita mendapati bahwa setiap tahunnya rata-rata pendapatan orang Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data yang dihimpun Bank Dunia tersebut kita dapat mengenali tren kenaikan pada rata-rata pendapatan orang Indonesia. 

Di akhir tahun 2019 dan Februari 2019 rata-rata per orang di Indonesia menghasilkan Rp40 juta setiap tahunnya, atau setara dengan penghasilan Rp 3,5 juta per bulan. Sebelumnya di tahun 1990 pendapatan orang Indonesia rata-rata hanya sekitar Rp15,5 juta saja per tahunnya atau sekitar Rp1jutaan setiap bulannya. Seiring dengan meningkatnya pendapatan meningkat pula lah konsumsi orang Indonesia. Apa hubungannya dengan pasar modal? 

Meningkatnya Pendapatan Domestik

Meskipun banyak dikeluhkan, nyatanya tingkat kemakmuran orang Indonesia berada dalam tren naik. Mungkin besaran pendapatan kita masih tertinggal di belakang negara-negara maju namun tren grafiknya naik! Semua berita negatif yang kita telan sehari-hari agaknya membuat kita tidak menyadari bahwa grafik kemakmuran kita sebenarnya terus menanjak. Kini ekonomi Indonesia adalah ke-16 terbesar di dunia.

Jika kita tanyakan kepada generasi kedua atau ketiga di atas kita, rata-rata mereka bahkan tidak mampu membeli tiket bioskop. Sehingga menonton di bioskop dianggap sebagai kemewahan. Berbeda dengan saat ini, tiket bioskop sudah bukan barang mewah lagi untuk generasi sekarang.

Terlebih lagi terdapat pertumbuhan kaum menengah yang jumlahnya kini sudah mendominasi. Tahun 2016 kaum menengah dikategorikan sebagai orang-orang yang berpendapatan sekitar Rp50 juta hingga Rp100 juta setahun. Kini kaum menengah jumlahnya sudah melampaui jumlah kaum kurang mampu dan kaum jet set. Konsumsi masyarakat Indonesia terutama kaum menengah akan membuat IHSG kembali bangkit. 

Mereka ada di sekitar kita bahkan kemungkinan besar kamu pun salah satu dari kaum menengah. Kaum menengah biasanya bekerja dan menerima gaji melalui Bank Mandiri (kode:BMRI), BCA (kode:BBCA), BRI (kode:BBRI) atau BNI (kode:BBNI). Mereka berbelanja di Ace Hardware dan minum Cha Time (keduanya milik PT Kawan Lama yang berkode ACES), dan membeli mobil Avanza (Astra Internasional yang berkode ASII) dengan sistem kredit melalui Adira (Adira Multifinance yang berkode ADMF) atau melalui Bahana (Bahana Finance yang berkode BFIN). 

Kita juga telah menyaksikan pertumbuhan jumlah outlet KFC (kode: FAST) dan Pizza Hut (kode:PZZA) di seluruh penjuru negeri. Kaum ini juga cenderung memiliki lebih banyak elektronik yang menyebabkan konsumsi listrik meningkat. Meningkatnya konsumsi listrik memberikan pendapatan tambahan bagi emiten yang menunjang kebutuhan listrik dengan menyediakan batu bara (Bukit Asam yang berkode PTBA), dll. 

Semua perilaku konsumsi ini akan meningkatkan pendapatan dan laba emiten-emiten yang pastinya akan mengerek IHSG secara keseluruhan. Semua itu karena kantong orang Indonesia sudah lebih tebal dari para pendahulu kita. Itu menandakan adanya peningkatan kemakmuran dan distribusi kekayaan yang membaik. 

Mengapa Pasar Saham Lokal jatuh?

Kalau kamu bingung kenapa sejak 2018 IHSG jatuh padahal pendapatan rata-rata naik, itu karena banyak faktor eksternal yang kurang kondusif bagi dunia investasi. Riset investasi Schroeder bahkan menemukan bahwa di sejak tahun 2018 masyarakat lebih banyak menumpuk cash di bank daripada menggunakannya untuk berinvestasi.

Melalui penawaran langsung, diketahui bahwa banyak orang beralasan mengurangi porsi investasi karena merasa kondisi kurang kondusif menjelang pemilu 2019. Pasca pemilu pun pasar saham masih mendapat ujian dari adanya bayang-bayang ancaman resesi, perang harga minyak antar negara OPEC dan kini outbreak virus Corona.  

Saham seringkali salah harga, terutama saat krisis seperti ini. Namun kamu harus paham bahwa pasar saham hanya akan benar-benar hancur jika semua orang berhenti berbelanja, dan hal tersebut tidak mungkin terjadi. Angka IHSG mungkin memburuk, namun jika pendapatan rata-rata per orang Indonesia masih dalam tren naik maka pasar saham masih memiliki harapan. 

Jika datang hari dimana pasar saham tidak bisa bangkit kembali, berarti perusahaan-perusahaan berkapitalisasi raksasa seperti Bank BCA, Astra, Unilever dan Indofood juga tidak bisa bangkit. Saat itu tidak akan ada investasi yang bisa menyelamatkan kita. Mungkin juga saat itu kita tidak akan peduli lagi dengan investasi kita melainkan hal mengerikan yang terjadi di dunia.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait