Saham

Risiko Investasi Saham: Untung Tidak Selalu Bisa Dikejar

risiko investasi saham

Ajaib.co.id – Investor kerap menjadikan saham sebagai “tambang” kekayaan. Karena investasi tersebut menjanjikan keuntungan berlipat. Namun jangan cuma kejar untung, investor juga perlu memahami risiko investasi saham.

Investasi saham adalah kegiatan menanamkan modal di pasar modal dengan cara membeli saham emiten (perusahaan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia). Untuk bisa berinvestasi di sini, calon investor diminta untuk membuat rekening efek di perusahaan sekuritas. Setelah proses pembuatan rekening selesai, investor bisa membeli saham yang bertengger di BEI melalui aplikasi daring maupun menelepon pialang saham.

Keuntungan Investasi Saham

Salah satu daya tarik investasi saham adalah keuntungan. Terlebih jika kinerja emiten dan perekonomian sedang bagus, harga saham bisa meroket. Meski demikian keuntungan pasar saham ada dua, yaitu capital gain dan dividen.

1. Capital Gain

Capital gain adalah keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli. Ilustrasinya kamu membeli saham ABCD dengan harga per lembar saham Rp3,000. Enam bulan kemudian harga melejit menjadi Rp7,000. Ketika kamu jual dengan harga tersebut, ada selisih Rp4,000. Inilah yang disebut capital gain.

2. Dividen

Dividen merupakan pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham. Pada umumnya, besar atau kecil pembagian dividen disepakati ketika Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Meski demikian tidak semua perusahaan yang sukses mencatatkan keuntungan akan membagikan dividen.

Risiko Investasi Saham

Selain potensi keuntungan yang besar, kamu sebagai investor juga harus memahami risiko investasi saham. Karena pada dasarnya, semua instrumen investasi memiliki risiko. Semakin besar potensi imbal hasil yang akan didapatkan, risiko juga semakin besar.

Jadi jangan percaya jika diiming-imingi investasi dengan imbal hasil tinggi tetapi risiko rendah. Jangan percaya pula dengan investasi skema ponzi, yaitu ketika seseorang menyetorkan sejumlah dana ke perusahaan, tetapi dana tersebut digunakan untuk keuntungan investor lama. Investor baru yang ingin mendapatkan keuntungan harus menunggu setoran dana dari investor yang lebih baru lagi.

Keuntungan skema ponzi didapat bukan dari operasional, seperti menjual produk atau jasa, tetapi perputaran uang antar anggota. Jika tak ada aliran dana dari anggota baru, skema tersebut rusak atau berhenti beroperasi. Apabila kamu mendapatkan tawaran investasi dengan cara di atas, jangan dipilih. Karena investasi tersebut dipastikan bodong.

Kembali ke risiko investasi saham. Setidaknya ada tujuh risiko yang wajib kamu pahami, mereka adalah:

1. Capital Loss

Kebalikan dari capital gain adalah capital loss. Di mana harga saham mengalami penurunan. Entah karena kinerja perusahaan atau kondisi ekonomi. Jika kamu menghadapi capital loss, tahan dan tunggu harga pulih. Karena saham adalah investasi jangka waktu panjang.

2. Tidak Ada Dividen

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, tidak semua perusahaan memberikan dividen. Meskipun perusahaan memperoleh laba. Kondisi ini termasuk risiko investasi saham.

3. Delisting

Delisting merupakan saham yang terhapus dari BEI. Penyebabnya adalah penggabungan beberapa perusahaan, kinerja perusahaan buruk, dan/atau terlibat kasus hukum.

4. Likuidasi

Risiko investasi saham kedua adalah jika perusahaan bangkrut atau likuidasi. Jika pengadilan menyatakan perusahaan bangkrut, perusahaan harus melunasi kewajiban seperti membayar utang ke kreditur, gaji serta pesangon karyawan, dan lainnya. Bila terdapat sisa aset, perusahaan akan membagikannya ke pemegang saham.

5. Inflasi

Inflasi di suatu negara menyebabkan harga-harga melonjak, sedangkan daya beli menurun. Sehingga tak sedikit investor yang ogah membeli saham dan harga saham pun terjun bebas. Namun ketika inflasi terjadi, Bank Indonesia akan membuat kebijakan agar ekonomi tetap berjalan, termasuk pasar modal agar bisa menarik minat investor.

6. Kejadian Luar Biasa

Kejadian luar biasa (KLB) menjadi risiko investasi saham yang cukup serius. Seperti wabah virus corona (covid-19) yang telah melanda Indonesia. Ketika wabah yang belum ada obatnya mengenai penduduk, mereka sakit dan memerlukan waktu istirahat.

Sementara itu, ekonomi lesu, nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah, dan pasar modal juga ikut “terserang” covid-19. Investor butuh kepastian atau penanganan negara dalam menghentikan wabah. Misalnya perawatan cepat tanggap dan terarah atau pengadaan obat atau vaksin.

7. Kondisi Politik dan Ekonomi

Jika KLB tidak segera ditangani, kondisi politik dan ekonomi terganggu. Begitu pula efeknya di pasar modal, hampir semua emiten memerah. Tak hanya KLB, perang dagang atau kebijakan pemerintah juga membuat kondisi politik dan ekonomi tidak stabil. Bukan tak mungkin, negara akan mengalami resesi. Sehingga pemerintah harus mengeluarkan stimulus moneter dan fiskal agar mengembalikan kepercayaan pasar.

Alternatif Investasi Selain Saham

Apapun jenis investasinya, menanamkan modal merupakan langkah yang harus kita pilih untuk mengamankan aset. Terutama aset yang berupa uang.

Uang yang hanya disimpan saja, lama-lama akan tergerus inflasi. Jika diinvestasikan, uang justru memperoleh keuntungan. Jenis investasi tak hanya saham. Kamu bisa berinvestasi pada instrumen lain, yaitu:

1. Logam Mulia

Logam mulia atau emas disebut sebagai safe haven. Artinya emas sebagai investasi, harganya tetap stabil dan kemungkinan besar masih bisa naik jika kondisi politik dan ekonomi bermasalah. Cara membeli emas juga mudah dan sifatnya pun likuid. Tak heran jika investasi emas banyak penggemar.

2. Valuta Asing

Valuta asing atau dikenal dengan foreign exchange (forex) merupakan aktivitas beli jual mata uang asing yang punya nilai tukar lebih tinggi. Misalnya Poundsterling, Euro, USD, Yen, dan lainnya. Proses investasi ini adalah beli mata uang asing, lalu jual ketika harganya naik. Jika ingin kejar untung dalam waktu singkat, pilih valuta asing. Namun risikonya adalah nilai tukar sangat fluktuatif.

3. Obligasi

Obligasi merupakan surat utang berjangka yang diterbitkan oleh negara maupun korporasi yang bertujuan menghimpun modal usaha. Bisakah kejar untung di instrumen ini? Bisa. Karena obligasi memberikan kupon atau imbal hasil cukup stabil. Bahkan obligasi negara memiliki fitur early redemption.

4. Reksa Dana

Hanya bermodalkan Rp100,000, kamu sudah bisa berinvestasi reksa dana. Kamu juga bisa memilih ingin investasi ke reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, saham, atau campuran. Imbal hasil reksa dana cukup menjanjikan, yaitu 7 persen hingga 30 persen, tetapi perhatikan faktor-faktor yang menyertainya. Bila ingin investasi reksa dana dipandu expert, kamu bisa menemukannya di Ajaib dan modal yang dikeluarkan minimal Rp400,000.

5. Peer-to-peer Lending

Peer-to-peer lending (p2p) adalah platform layanan keuangan yang mempertemukan borrower (peminjam) dan lender (pemberi pinjaman). Dalam layanan ini, kamu bertindak sebagai lender. Sebagai balasannya, kamu akan mendapatkan suku bunga pinjaman.

6. Cryptocurrency

Seperti valuta asing, transaksi cryptocurrency banyak diincar oleh investor muda. Pasalnya, cryptocurrency memberikan imbal hasil yang lumayan tinggi. Namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum mengizinkan instrumen ini untuk beroperasi.

Manakah investasi pilihanmu? Siap kejar untung saham atau yang lain?

Artikel Terkait