Ajaib.co.id – Rencana pemerintah untuk pemulihan ekonomi Indonesia disambut dengan tangan terbuka oleh bank sentral. Usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21-22 Juni 2023, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
Lalu apa sebenarnya BI7DRR dan apa dampaknya bagi investasi reksa dana?
Mengenal Kebijakan BI-7 Day Revers Repo Rate
Dalam rangka memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter, pada 19 Agustus 2016 Bank Indonesia menetapkan kebijakan baru yaitu BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang menggantikan BI Rate. Penguatan kerangka operasi moneter ini merupakan hal yang lazim dilakukan di berbagai bank sentral dan merupakan best practice internasional dalam pelaksanaan operasi moneter.
Kerangka operasi moneter ini disempurnakan untuk memperkuat efektivitas kebijakan untuk mengendalikan inflasi. Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru karena dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.
Dilansir dari situs resmi Bank Indonesia, instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate ditetapkan sebagai acuan baru memiliki hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya transaksional atau diperdagangkan di pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya penggunaan instrumen repo.
Dengan penggunaan instrumen ini sebagai suku bunga kebijakan baru, terdapat tiga dampak utama yang diharapkan, yaitu:
- Menguatnya sinyal kebijakan moneter dengan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebagai acuan utama di pasar keuangan.
- Meningkatnya efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan suku bunga perbankan.
- Terbentuknya pasar keuangan yang lebih dalam, khususnya transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) untuk tenor 3-12 bulan.
Suku Bunga BI7DRR Terbaru
Terkait kenaikannua, ini bukanlah kali pertama BI7DRR dipangkas. Sejak awal tahun lalu BI secara bertahap terus-terusan menaikkan BI7DRR dari 4,25% pada September 2022 ke posisi 5,75% per Juni 2023.
No | Tanggal | BI-7 Day |
---|---|---|
1 | 22 Juni 2023 | 5.75 % |
2 | 25 Mei 2023 | 5.75 % |
3 | 18 April 2023 | 5.75 % |
4 | 16 Maret 2023 | 5.75 % |
5 | 16 Februari 2023 | 5.75 % |
6 | 19 Januari 2023 | 5.75 % |
7 | 22 Desember 2022 | 5.50 % |
8 | 17 November 2022 | 5.25 % |
9 | 20 Oktober 2022 | 4.75 % |
10 | 22 September 2022 | 4.25 % |
Sehubungan dengan hal tersebut, patut digarisbawahi bahwa kenaikan BI7DRR bisa menjadi peluang bagi investasi reksa dana. Ada efek positifnya, pun dampak negatifnya. Apa sebenarnya dampaknya terhadap kinerja reksa dana?
Mengapa Suku Bunga Bisa Pengaruhi Kinerja Reksa Dana?
Suku bunga merupakan salah satu kebijakan moneter yang pelaksanaannya dilakukan oleh bank sentral di seluruh dunia. Cara kerjanya dijabarkan sebagai berikut.
Ketika ekonomi mengalami perlambatan atau bahkan resesi, supaya bergeliat kembali bank sentral akan menurunkan suku bunga. Dengan demikian, diharapkan bunga kredit ikut turun, pengusaha mengajukan kredit dan berekspansi, serta pada akhirnya perekonomian tumbuh kembali.
Sebaliknya ketika ekonomi sedang mengalami pertumbuhan pesat yang menyebabkan tingkat inflasi terlalu tinggi, maka bank sentral akan menaikkannya, dan berakibat pada meningkatnya bunga kredit. Dengan demikian diharapkan kegiatan ekspansi akan tidak terlalu agresif sehingga inflasi tidak menjadi terlalu tinggi.
Jadi secara sederhana, ketika kondisi ekonomi sedang kurang baik, suku bunga berpotensi diturunkan dan ketika kondisi ekonomi terlalu baik, berpotensi dinaikkan. Tentu, selain naik dan turun, ada kemungkinan juga suku bunga tidak berubah apabila dirasakan sudah sesuai dengan kondisi perekonomian yang ada.
Selain tingkat pertumbuhan ekonomi, indikator lain yang menjadi pertimbangan bank sentral dalam menentukan tingkat suku bunga adalah tingkat inflasi. Umumnya bank sentral akan berupaya agar yang namanya tingkat bunga berada di atas tingkat inflasi.
Jadi ketika inflasi naik tinggi, maka suku bunga berpotensi dinaikkan dan sebaliknya ketika inflasi sangat rendah, maka berpotensi diturunkan. Umumnya pergerakan pertumbuhan ekonomi dan inflasi sejalan.
Ketika ekonomi sedang bagus, inflasi umumnya bergerak naik. Sebaliknya ketika pertumbuhan ekonomi sedang kurang bagus, inflasi juga akan rendah. Meski demikian, ada kemungkinan juga terjadi kondisi yang berlawanan di mana tingkat inflasi tinggi, sementara kondisi pertumbuhan ekonomi yang rendah.
Salah satu contohnya adalah misalkan ketika kondisi ekonomi sedang kurang bagus, pemerintah mencabut subsidi BBM. Akibatnya biaya meningkat dan inflasi menjadi tinggi, sementara kondisi perekonomian sedang tidak begitu baik.
Seperti Apa Dampak Kebijakan Suku Bunga Saat ini Terhadap Reksa Dana
Ketika suku bunga bank sentral diturunkan, reksa dana yang berinvestasi pada obligasi seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran akan diuntungkan dan sebaliknya. Untuk saham, dampak umumnya tidak langsung.
Jenis Reksa Dana | Rata-rata Imbal Hasil |
Reksa Dana Pasar Uang | 4,61% |
Reksa Dana Pendapatan Tetap | 8,99% |
Reksa Dana Campuran | 0,36% |
Reksa Dana Saham | -10,29% |
Data di atas merupakan data imbal hasil reksadana dari Infovesta.
1. Reksa dana pendapat tetap
Reksa dana pendapatan tetap adalah yang paling diuntungkan dengan kebijakan ini. Untuk obligasi, teori yang berlaku adalah apabila tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. Sebaliknya, jika turun maka harga obligasi akan naik.
2. Reksa dana pasar uang
Sedangkan untuk reksa dana pasar uang imbal hasil yang diberikan masih jauh di bawah reksa dana pendapatan tetap. Sebab portofolio investasi jenis reksa dana ini didominasi oleh deposito.
Secara teori, penurunan tingkat suku bunga akan menyebabkan bunga tabungan dan deposito di perbankan menjadi tidak menarik. Itulah sebabnya penurunan suku bunga justru menggerus potensi imbal hasil yang bisa dipanen reksa dana pasar uang.
3. Reksa dana saham
Untuk saham, dampak umumnya tidak langsung. Karena suku bunga rendah menguntungkan bagi emiten yang membutuhkan pinjaman.
Penurunan tingkat suku bunga akan membuat biaya bunga pinjaman menurun sehingga mendorong ekspansi dan kenaikan laba bersih. Dalam jangka panjang, kenaikan laba bersih dapat membuat harga pasar saham meningkat. Itu proyeksi jangka panjangnya.
Untuk proyeksi lebih pendek, masyarakat akan mencari alternatif lain dengan imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito atau tabungan yaitu pasar modal. Meningkatnya permintaan saham di bursa akibat penurunan bunga akan menyebabkan kenaikan harga saham dan sebaliknya.
Selain itu secara spesifik penurunan suku bunga bakal berimplikasi lebih kuat ke kinerja saham sektor perbankan. Sebab, rendahnya suku bunga akan menstimulus lebih banyak penyaluran pinjaman, sehingga menjadi modal penopang kuat untuk kinerja saham-saham emiten perbankan.
Penguatan kinerja saham sektor perbankan tersebut, kemudian, bakal berpengaruh positif ke produk reksa dana saham yang memiliki lebih banyak portofolio di saham-saham perbankan.
4. Reksa dana campuran
Secara umum, kebanyakan reksa dana campuran di Indonesia memiliki alokasi yang relatif besar pada saham dibanding obligasi atau pasar uang. Oleh karena itu, fluktuasi di reksa dana campuran juga terdampak tinggi meski tidak sebesar Reksa Dana Saham.
Namun ada yang mengatakan, karena kebijakan reksa dana campuran yang sangat fleksibel. Artinya ketika saham sedang bagus, Manajer Investasi bisa memperbanyak porsi di saham. Sementara ketika situasi berbalik, obligasi yang lebih bagus, Manajer Investasi bisa mengurangi saham dan memperbanyak porsi obligasi.
Oleh karena itu reksa dana campuran bisa menjadi pilihan yang dipertimbangkan juga di tengah menurunnya BI rate.
Suku Bunga Bukan Satu-satunya Penentu Return Reksa Dana
Yang harus dipahami oleh investor reksa dana adalah suku bunga bukanlah satu-satunya indikator yang menentukan naik turunnya harga saham dan obligasi. Terdapat juga faktor-faktor lainnya seperti permintaan dan penawaran, fundamental, valuasi, pertumbuhan ekonomi, dan berbagai sentimen lainnya baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Terkadang, perubahan suku bunga memang menyebabkan kinerja reksa dana naik atau turun, namun sifatnya hanya sementara saja. Bisa saja setelah itu, harga masih bisa naik atau turun, tapi disebabkan karena hal lainnya.
Untuk itu, sebagai investor reksa dana, cara terbaik untuk berinvestasi pada reksa dana bukanlah menentukan kapan waktu yang tepat untuk memulai berdasarkan suku bunga akan naik atau turun, tapi berinvestasilah sesuai tujuan keuangan.
Sebagai contoh, untuk tujuan keuangan di bawah 1 tahun, bisa memilih reksa dana pasar uang, 1 – 3 tahun bisa memilih reksa dana pendapatan tetap, 3 – 5 tahun bisa memilih reksa dana campuran, dan tujuan di atas 5 tahun bisa memilih reksa dana saham.
Bagaimana ketika mau memulai investasi, dari berita yang ada menunjukkan gejala suku bunga mau naik? Sepanjang investasinya dilakukan sesuai jangka waktu, investor reksa dana tidak perlu terlalu khawatir. Malahan momentum penurunan harga tersebut, bila ada, bisa dimanfaatkan untuk menambah investasi pada harga bawah.
Bagaimana apabila terdapat dua berita yang berlawanan seperti suku bunga bank sentral di luar negeri seperti Amerika Serikat mau naik sementara karena inflasi rendah, suku bunga Bank Indonesia mau turun?
Dalam jangka panjang, kinerja reksa dana yang berbasis di Indonesia akan lebih terpengaruh oleh perubahan suku bunga di dalam negeri. Pengaruh perubahan di luar negeri biasanya hanya bersifat jangka pendek. Untuk itu, fokusnya adalah lebih ke perekonomian dalam negeri dan berinvestasi sesuai jangka waktu.
Beli Produk Reksa Dana dengan Mudah di Ajaib
Bagi kamu yang tertarik dengan produk reksa dana, kamu bisa membelinya dengan mudah lewat aplikasi Ajaib. Hanya dengan modal mulai dari Rp10 ribu, kamu sudah bisa membeli berbagai produk reksa dana sesuai keinginanmu.
Selain reksa dana, Ajaib juga menyediakan berbagai produk investasi lain seperti saham, trading, hingga crypto. Semuanya bisa kamu pilih sesuai dengan karakteristik kamu sebagai investor. Namun, pastikan untuk selalu melakukan analisis dan membaca prospektus sebelum kamu berinvestasi. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan cuan maksimal.