Saham

Sudut Pandang Value Investing: Penyebab Anjloknya Saham IPO

Ajaib.co.id – Investasi IPO (Initial Public Offering) sangat menarik bagi orang-orang yang baru mengenal dunia saham. Sayangnya, sebagian saham IPO hanya naik dalam waktu singkat saja setelah tanggal pencatatan. Setelah itu, harga saham anjlok drastis dan banyak diantaranya yang tidak mampu kembali lagi ke harga penawaran awal. 

Apa penyebab anjloknya saham-saham IPO ini, dari sudut pandang Value Investing? Untuk memahaminya, ada beberapa hal yang harus dipahami terlebih dahulu oleh calon investor tentang seluk-beluk saham IPO.

Hal-hal yang Wajib Kamu Tahu tentang Saham IPO

IPO adalah penjualan saham suatu perusahaan untuk pertama kalinya di bursa efek. Sering juga disebut sebagai “go public” atau “penawaran saham perdana”. 

Apabila sebuah perusahaan keluarga menyelenggarakan IPO, artinya orang yang bukan anggota keluarga tersebut pun akan bisa membeli sahamnya. Atau ketika sebuah perusahaan startup ternama melakukan IPO, maka siapa saja yang berminat mendapatkan keuntungan dari perusahaan itu akan bisa membeli sahamnya.

Bagaimana cara kita mendapatkan akses untuk membeli saham yang go public? Kita harus terlebih dahulu memiliki rekening efek di sebuah perusahaan sekuritas.

Apabila perusahaan sekuritasmu ikut berpartisipasi langsung dalam IPO sebagai underwriter, kemungkinan kamu akan menerima penawaran untuk membeli saham yang akan go public. Jika tidak, kamu mungkin perlu aktif mencari info tentang IPO sendiri di situs web IDX lalu menghubungi CS Sekuritasmu untuk menyampaikan niat ikut membeli. 

Kamu perlu menyatakan niat membeli saham IPO dengan mengisi formulir atau persyaratan lain yang ditentukan oleh sekuritas. Dalam Lembar Pernyataan Minat Pemesanan Pembelian Saham IPO itu, kamu perlu mencantumkan jumlah saham yang ingin dibeli. Siapkan dana yang diperlukan dalam rekening bank-mu agar siap untuk dikirimkan sewaktu-waktu setelah pernyataan minat pemesanan sahammu dikonfirmasi oleh pihak sekuritas. 

Pihak sekuritas akan memberikan konfirmasi keesokan harinya atau dalam tempo beberapa hari kemudian. Konfirmasi itu mencakup berapa jumlah saham yang berhasil kamu beli. Setelah mendapatkan konfirmasi itu, barulah kamu dapat mengirim uang dalam jumlah yang sesuai.

Dalam hal ini, kamu perlu tahu bahwa jumlah saham IPO yang terbeli belum tentu sama dengan jumlah saham yang kamu cantumkan dalam Lembar Pernyataan Minat Pemesanan Pembelian Saham IPO.

Apabila saham IPO tersebut oversubscribed, artinya peminat beli lebih banyak dari jumlah saham perusahaan yang siap untuk dilepas ke bursa. Alhasil, investor yang berminat untuk membelinya pun mungkin harus menerima jumlah saham lebih sedikit dari yang diinginkan atau malah tidak mendapat jatah sama sekali.

Pada hari pertama perdagangan saham IPO, kamu akan menerima saham pesananmu dalam rekening efek. Buka saja menu portofolio pada aplikasi trading sahammu, nanti kamu sudah akan menemukannya dalam jumlah sesuai pesanan yang telah dibayar tadi. Selanjutnya kamu dapat mempertahankannya (hold) dalam portofolio, ataupun menjualnya ke investor lain sesuai mekanisme jual-beli bursa.

Nah, pada titik inilah masalah bisa timbul. Apakah harga saham pada hari-hari setelah go public itu akan naik atau turun? Jika naik, apakah kenaikannya hanya sementara atau berlangsung konsisten dalam jangka panjang?

Harga saham setelah hari-H go public umumnya dipengaruhi oleh seberapa laris penawaran perdananya. Harga saham-saham IPO yang undersubscribed (penawaran lebih rendah daripada jumlah saham tersedia) biasanya menurun. Sedangkan harga saham-saham IPO yang oversubscribed (penawaran lebih tinggi daripada jumlah saham tersedia) biasanya naik pesat.

Hal ini karena oversubscribed dianggap sebagai tingginya antusiasme pasar terhadap saham tersebut, sehingga muncul kesan kalau saham memiliki prospek yang baik.

Faktanya, undersubscribed ataupun oversubscribed bukanlah penentu prospek saham IPO dalam jangka panjang. Bandar bisa saja menciptakan kesan oversubscribed dengan rekayasa penawaran. Pihak perusahaan yang IPO itu sendiri bisa memoles prospektus sedemikian rupa untuk menciptakan kesan kinerja impresif, padahal situasi riil-nya medioker.

Para investor dan trader di bursa juga dapat dengan mudah memercayai rumor yang tidak benar tentang suatu saham IPO, sehingga tertarik membeli atas pertimbangan yang keliru.

3 Penyebab Anjloknya Saham IPO Dari Segi Valuasi

Dalam Value Investing, investor berfokus memilih saham berdasarkan analisis atas fundamental perusahaannya dan menghitung nilai intrinsik atau harga wajarnya. Investor akan menentukan apakah valuasi saham itu berada di bawah nilai intrinsiknya (“saham murah”), setara dengan nilai intrinsiknya, atau lebih tinggi dibanding nilai intrinsiknya (“saham mahal”). 

Ada banyak cara investor menentukan valuasi saham. Beberapa cara paling populer antara lain dengan membandingkan PBV (Price-to-Book Value), rasio P/E (Price-to-Earnings ratio), RoE (Return on Equity), dan lain sebagainya.

Parameter-parameter ini dapat diperoleh dengan mengkalkulasi aset, laba, ekuitas, liabilitas, dan beragam data lain yang termuat dalam laporan keuangan dari tahun ke tahun. Semakin banyak laporan keuangan tahunan yang dijadikan referensi, hasil analisis akan semakin akurat.

Mudah sekali menemukan data-data tersebut untuk saham-saham yang sudah lama terdaftar di bursa. Akan tetapi, kita akan sukar menemukan info serupa untuk saham yang baru saja go public.

Sekalipun sudah membedah situs web perusahaannya, kita takkan menemukan laporan keuangan teraudit untuk tahun-tahun sebelum IPO. Mengapa demikian? Karena perusahaan non-publik memang tidak diwajibkan untuk mempublikasikan laporan keuangannya.

Sumber informasi kita untuk saham-saham IPO hanyalah prospektus dan laporan keuangan perusahaan yang disebarkan dalam rangka go public saja. Padahal, sebagaimana telah disebutkan tadi, pihak perusahaan bisa jadi sengaja mempercantik laporan agar IPO-nya sukses. 

Jangankan laporan keuangan, kadang-kadang ada juga perusahaan IPO yang belum pernah terdengar namanya di kancah bisnis nasional. Ketika kamu coba googling untuk cari tahu reputasinya, yang muncul hanya berita-berita seputar IPO saja. Hal ini cukup jarang, tetapi bisa terjadi jika perusahaan IPO itu baru didirikan dalam tempo kurang dari lima tahun terakhir.

Otoritas BEI memperbolehkan perusahaan untuk go public pada papan utama bursa dengan syarat operasional minimum 36 bulan dan memperoleh laba selama lebih dari 1 tahun. Perusahaan yang ingin masuk papan pengembangan bahkan boleh jadi baru beroperasi 12 bulan saja dan masih mencatat rugi. Referensi tentang perusahaan-perusahaan IPO ala-kadarnya ini sudah tentu tidak memenuhi kualifikasi untuk analisis fundamental yang matang.

Kesimpulannya, ada 3 (tiga) penyebab anjloknya saham IPO berdasarkan Value Investing:

  1. Perusahaannya masih terlalu muda atau belum memiliki rekam jejak yang terbukti.
  2. Investor kekurangan referensi untuk menganalisis dengan baik secara fundamental.
  3. Valuasi saham saat IPO bisa jadi kurang tepat.

Saham IPO bisa memberikan prospek keuntungan berkali-kali lipat, tetapi bisa juga tidak. Ada banyak hal yang perlu diperhitungkan sebelum berinvestasi. Orang yang membeli saham paling awal, belum tentu menjadi investor yang paling untung. 

Daripada terburu-buru mengejar saham IPO yang kinerjanya belum terbukti, ada baiknya memantau saham-saham itu setelah resmi masuk ke bursa. Peluang membeli saham-saham itu masih tetap ada hingga bertahun-tahun ke depan. Bahkan ada kemungkinan kamu bisa mengoleksinya dengan harga lebih murah daripada harga IPO, tepat sebelum kinerja perusahaan membaik dan menghasilkan laba.

Artikel Terkait