Investasi

Mengenal Ancaman Value Trap bagi Value Investor

Ajaib.co.idValue investing merupakan salah satu strategi investasi saham favorit di kalangan investor Indonesia. Banyak tokoh yang sukses sebagai value investor, sehingga pemula pun berlomba-lomba untuk meneladani mereka. Namun, value investing bukanlah jaminan untuk sukses. Dibutuhkan waktu dan energi untuk mempelajari strategi ini hingga berhasil. Sementara itu, value investor harus menghadapi ancaman value trap yang dapat mengakibatkan salah pilih saham.

Apa itu Value Trap?

Value trap adalah saham atau investasi lain yang tampaknya berharga murah karena memiliki valuasi rendah dalam hal rasio price-to-earnings (P/E) atau price to book value (PBV) untuk waktu lama.

Value trap bisa menarik bagi para value investor, karena saham-saham ini kelihatannya murah secara historis dibanding saham-saham lain dalam industri yang sama. Masalahnya, valuasi saham-saham ini bisa jadi tetap rendah untuk seterusnya atau malah merosot lebih jauh.

Suatu saham akan menjadi “value trap” bagi investor jika kinerja perusahaan tidak bertumbuh, gagal berinovasi, tidak mampu mengefisiensikan bisnisnya, atau memiliki manajemen yang buruk.

Emiten yang kalah bersaing dengan perusahaan lain dalam industri yang sama juga dapat menjadi “value trap” bagi investor, karena mereka bisa jadi gagal menghasilkan pendapatan dan laba sesuai harapan investor. 

Bagaimana Cara Mendeteksi Value Trap?

Mengidentifikasi value trap itu gampang-gampang susah. Bisa jadi mudah untuk perusahaan yang populer, bisa susah untuk perusahaan yang karakter bisnisnya unik dan kurang dikenal awam.

Seiring dengan makin banyaknya “jam terbang” di bursa, value investor akan makin mudah menghindari jebakan-jebakan ini. Tapi pemula juga bisa mengidentifikasi value trap dengan lima (5) panduan ini:

1. Sebagian besar parameter valuasinya rendah dalam waktu lama

Sebuah saham yang memiliki rasio P/E dan PBV rendah dalam waktu lama bisa jadi memang tidak layak dihargai lebih tinggi. Investor tidak berminat membeli saham-saham ini meski valuasinya murah, karena kondisi fundamentalnya memang buruk. Semakin lama periode rasio P/E dan PBV rendah, semakin suram pula masa depannya.

2. Saham kekurangan katalis

Perusahaan kecil maupun besar akan membutuhkan katalis untuk terus berkembang. Apabila sebuah perusahaan tidak memiliki produk baru, tidak punya rencana ekspansi, dan tidak punya target proyek yang bagus; investor juga tidak bisa berharap perusahaan akan memberikan pertumbuhan pendapatan di masa depan.

Ada baiknya kita menunggu hingga muncul katalis yang bagus sebelum membeli saham-saham yang memiliki valuasi murah.

3. Saham tidak menarik bagi para big boys

Para manajer investasi dan investor saham besar biasanya hanya akan berinvestasi setelah mengantongi analisis menyeluruh tentang suatu perusahaan. Hal ini terutama berlaku untuk dana-dana asing.

Apabila suatu saham prospektif bervaluasi murah gagal menarik perhatian mereka dalam waktu lama, maka ada dua kemungkinan. Pertama, bisa jadi ada saham lain dari industri yang sama dan lebih prospektif. Kedua, bisa jadi saham-saham bervaluasi murah itu memang “murahan”.

4. Saham tergolong siklikal

Saham-saham siklikal (misalnya yang bergerak di bidang tambang) dapat membukukan limpahan kas yang menyesatkan value investor. Ketika kondisi keuangan sangat baik lantaran harga komoditi naik, rasio P/E-nya bisa jadi sangat murah.

Padahal murahnya valuasi P/E ini hanya berlangsung sementara saja, karena kondisi keuangan bisa menurun segera setelah harga komoditi anjlok. Banyak saham siklikal sebenarnya malah paling mahal ketika rasio P/E rendah, dan paling murah ketika rasio P/E tinggi. Dalam hal ini, ada baiknya investor menilik rasio price/earnings to growth (PEG) saja daripada rasio P/E biasa.

5. Arus kas (cash flow) tidak sebagus angka pendapatan dan laba

Perusahaan yang akan kolaps bisa jadi mencatat pemasukan besar berkat penjualan aset atau manipulasi laporan keuangan. Alhasil, valuasinya terlihat murah karena referensi analisisnya salah. Value investor sebaiknya tidak memercayai penilaian berdasarkan rasio P/E atau PBV semata, melainkan menelaah laporan keuangan secara menyeluruh. 

Cara Menghindari Value Trap

Banyak investor bermimpi mendapatkan saham multibagger yang nilainya akan meningkat 100 kali lipat atau lebih di masa depan. Oleh karena itu, mereka menggali saham-saham yang tidak populer dengan harapan menemukan “berlian di dalam comberan”. Tapi dalam kondisi Bursa Efek Indonesia saat ini, jarang sekali ada “berlian” yang belum terungkap. 

Investor ritel biasa juga mampu menemukan saham-saham berkinerja cemerlang yang saat ini masih berharga murah meriah dan belum dilirik orang lain. Tapi keberuntungan seperti itu cukup jarang terjadi. Daripada mengejar target yang terlalu ambisius tanpa dasar, sebaiknya investor berfokus menggali analisis fundamental saham-saham pilihannya sedalam mungkin. 

Investor sesungguhnya bisa menghindari value trap, asalkan meriset saham-saham pilihannya dengan baik. Kuncinya hanya tiga (3):

  1. Jangan hanya mengandalkan valuasi saham berdasarkan rasio P/E, PBV, atau parameter sejenisnya dari data-data saat ini. Perhatikan juga rasio P/E, PBV, dll dari data-data tahun-tahun sebelumnya.
  2. Melaksanakan riset menyeluruh tentang mengapa valuasi saham murah dan bagaimana prospek emiten ke depan.
  3. Berupaya menilai prospek saham dan ekspektasi pribadi secara objektif.

Bagaimana cara meriset fundamental perusahaan? Laporan keuangan emiten merupakan referensi wajib bagi investor. Kita bisa mendapatkannya dari situs web IDX maupun situs web emiten. Selain itu, alasan saham bervaluasi murah juga kadang-kadang bisa ditemukan dengan sekedar googling atau berdiskusi di forum investor Ajaib.

Kalau kamu merasa malas atau tidak punya waktu melakukan penelitian mendalam, sebaiknya fokus saja berinvestasi pada saham-saham yang sudah dikenal sebagai saham unggulan. Valuasi saham-saham itu mungkin sudah mahal dan tidak cocok untuk value investing. Namun, setidaknya kamu akan terhindar dari risiko value trap yang lebih berbahaya bagi portofoliomu.

Artikel Terkait