Analisis Saham

Saham SPMA Tampak Positif, Begini Analisa Kinerjanya!

Saham SPMA
Saham SPMA

Ajaib.co.id – PT Suparma Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kertas serta produk terkait lainnya. Perusahaan dengan kode saham SPMA ini memulai bisnis secara komersial pada tahun 1978. Kegiatan usaha SPMA menghasilkan produk berupa Duplex Board, Samson Kraft, Sandwich Kraft, Base Paper, dan konsumsi keperluan pengguna akhir.

Adapun beberapa hasil produksi perseroan diberikan nama merek dagang seperti Cap Gajah, See-U, dan Plenty. SPMA mendistribusikan produk mereka melalui pasar domestik hingga mancanegara.

Saat ini mayoritas saham SPMA dipegang oleh PT. Sari Bumi Indopower dengan jumlah 32,52 persen kepemilikan, PT. Gloria Jaya Gempita dengan jumlah 31,48 persen kepemilikan, dan PT. Wahana Bumi Indonesia 28,37 persen kepemilikan.

Saham SPMA sendiri mulai diperdagangkan secara publik melalui bursa pada tahun 1994 dengan harga penawaran sebesar Rp3.500 per lembar saham. pergerakan harga saham SPMA sendiri dalam kondisi baik atau sedang meningkat di angka Rp 520 per lembar saham pada penutupan perdagangan Rabu 28 April 2021.

Dengan harga saham yang di bawah harga penawaran, apakah saham SPMA layak untuk dikoleksi? Bagaimana dengan kondisi fundamental perusahaan dan rencana bisnis seperti apa yang akan dilakukan kedepannya? Oleh karena itu, mari kita bedah kinerja saham SPMA.

Kinerja Keuangan SPMA di Tahun 2020

Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020, emiten kertas dan tisu ini mencatatkan kinerja yang baik dengan raihan laba melonjak 24,06 persen menjadi Rp162,52 miliar. Raihan laba tersebut melewati pengurangan sejumlah beban, salah satu yang paling besar menurun adalah beban pokok penjualan mencapai 17,79 persen YOY sehingga menjadi Rp1,75 triliun.

Sementara pendapatan bersih SPMA tercatat tutun 14,43 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp2,51 triliun menjadi Rp2,15 triliun. Menurut pihak SPMA, masa pandemi cukup memberi pukulan yang serius bagi industri tisu dengan membuat permintaan khususnya di sektor cafe, hotel, dan restoran harus terhenti karena adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar.

Selain itu, pandemi juga membuat kapasitas produksi di tahun 2020 harus turun menjadi 196.400 ton, sementara di tahun 2019 kapasitas produksi mencapai 205.205 ton.

Kinerja Keuangan SPMA dalam 5 Tahun

Jika kinerja keuangan dilihat dalam 5 tahun terakhir, SPMA mencatatkan pertumbuhan yang meningkat setiap tahunnya pada pendapatan bersih. Sementara raihan laba masih belum konsisten dicatatkan oleh perseroan dan SPMA sempat merugi di tahun 2015. Adapun data ikhtisar keuangan yang diambil berdasarkan  informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut (dalam triliun rupiah):

Laporan Laba Rugi20192018201720162015
Penjualan bersih2.514.1612.389.2682.093.1371.932.4351.621.516
Laba kotor374.799372.929315.347311.536251.817
Rugi tahun berjalan131.00582.23292.28081.063-42.597

Dari data tersebut dapat diketahui kinerja keuangan SPMA dalam 5 tahun terakhir terpantau positif khususnya pendapatan. Di mana, pendapatan SPMA terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2015 hingga 2019. Hal tersebut tentu menjadi sentimen positif bagi para investor yang melakukan analisa berdasarkan fundamental perusahaan.

Di sisi lain, raihan laba SPMA masih belum konsisten seperti merugi di tahun 2015. Lalu, turun di tahun 2018. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh faktor tertentu.

Kerugian yang dialami perseroan di tahun 2015 sendiri disebabkan oleh adanya kerugian kurs yang besar mencapai Rp80,76 miliar, berbanding terbalik dengan tahun 2014 yang meraih keuntungan kurs hingga Rp9,66 miliar.

Selain itu, beban pokok perseroan juga mengalami peningkatan menjadi Rp1,37 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,29 triliun. Lalu, beban usaha juga ikut meningkat dari Rp119,26 miliar menjadi Rp134,34 miliar dan beban keuangan yang juga meningkat dari Rp67,71 miliar menjadi Rp95,99 miliar. Sama halnya dengan penurunan laba di tahun 2018 yang disebabkan oleh sejumlah beban mengalami peningkatan.

Akan tetapi, kondisi tersebut masih dinilai wajar apalagi di tahun 2019 perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan yang juga diiringi meningkatnya laba. Jika dilihat berdasarkan rasio keuangan, memang kondisi bisnis SPMA sedang sehat. Berikut data yang diambil berdasarkan ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 melalui informasi finansial perseroan:

Rasio2019
ROA1,2%
ROE2,4%
NPM5,2%
CR162%
DER72%

Bagaimana dengan Prospek Bisnis SPMA?

Rencana bisnis menjadi hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih emiten termasuk pada saham SPMA. Terlepas dari kondisi pandemi yang membuat pendapatan perseroan tertekan serta kapasitas produksi yang juga turun, memasuki tahun 2021 SPMA menargetkan penjualan mencapai Rp2,6 triliun. Pihak SPMA sendiri menyampaikan harapan pada penjualan kertas tisu yang bakal pulih di tahun ini.

Dengan begitu, kinerja penjualan SPMA di tahun 2021 dapat meraih target mencapai Rp2,6 triliun. Walaupun target tersebut sama dengan kondisi di tahun 2019, namun jika dibandingkan target di tahun 2020 sebesar Rp2,1 triliun, maka raihan target tersebut diproyeksi tumbuh sekitar 23,6 persen.

Apalagi kondisi pandemi di tahun lalu menyebabkan penurunan permintaan pada sektor horeka karena adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar.

Meskipun permintaan dan kapasitas produksi mengalami penurunan, SPMA tidak mengalami perubahan jumlah konsumen khususnya untuk produk paper craft. Mengacu pada data BPS Jawa Timur, tercatat tren ekspor Jatim di tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 5,52 persen YOY.

Sementara untuk komoditas yang berkategori kertas atau karton termasuk tisu justru mengalami peningkatan khususnya pada beberapa bulan menjelang akhir tahun 2020.

Di mana, catatan ekspor kertas atau karton pada November 2020 lalu mencapai 62,83 juta USD dan di Desember 2020 naik sebesar 23,02 persen di angka 77,29 juta USD. Dengan begitu, rencana bisnis yang bakal meningkatkan pertumbuhan bisnis perseroan tentu akan menjadi sentimen positif bagi saham SPMA di tahun 2021.

Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait