Ajaib.co.id – PT Indo Kordsa Tbk BRAM) terbentuk pada tahun 1981. Ruang lingkup bisnis perusahaan yang awalnya bernama PT Branta Mulia ini adalah pemasok utama bahan penguat ban premium di kawasan Asia Tenggara. Empat tahun setelah berdiri, BRAM membuka pabrik kain ban pertamanya di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Meski begitu, saham BRAM belum beroperasi secara komersial.
Barulah pada tanggal 1 April 1987, BRAM beroperasi secara komersial. Tiga tahun berselang, BRAM melakukan penawaran saham perdana kepada publik (IPO) di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Tahun-tahun selanjutnya, BRAM terus berkembang. Pada tahun 1993, contohnya, mendirikan pabrik kain ban di Ayutthaya, Thailand setelah mendirikan perusahaan patungan di Negeri Gajah Putih tersebut. Tak hanya Thailand, BRAM juga bekerja sama dengan Teijin Limited Jepang pada awal 1996. Sinergi tersebut untuk keperluan produksi benang ban polyester.
Selain itu, sebagian saham BRAM juga tercatat pernah dimiliki oleh DuPont Chemical and Energy Operation Inc dan Kordsa Global AS yang merupakan salah satu perusahaan dalam Turki Sabanci Holding Group. Kini, nama resmi BRAM adalah PT Indo Kordsa Tbk.
Kinerja Keuangan Saham BRAM
Kinerja BRAM pada sembilan bulan pertama tahun 2020 kurang mengesenkan. Tercatat, penjualan BRAM pada periode tersebut ialah US$114,7 juta. Padahal, penjualan BRAM pada periode sama tahun sebelumnya lebih tinggi, yakni US$189,4 juta.
Untuk aspek selisih kurs mata uang asing, BRAM juga merugi sebesar US$811,3 ribu selama Januari –September 2020. Pada aspek yang sama periode Januari–September 2019, BRAM masih meraup untung sebesar US$527,2 ribu. Singkatnya, BRAM menanggung rugi hingga US$1 juta hingga triwulan ke-3 tahun 2020. Kondisi ini terbalik dibandingkan periode sama tahun 2019 yang mencetak laba US$11,6 juta.
Komponen Laba | September 2019 | September 2020 |
Penjualan dan pendapatan usaha | US$189,4 juta | US$114,7 juta |
Jumlah laba bruto | US$26,4 juta | US$6,7 juta |
Beban penjualan | (US$4,4 juta) | (US$3 juta) |
Keuntungan (kerugian) selisih kurs mata uang asing | US$527,2 ribu | (US$811,3 ribu) |
Jumlah laba (rugi) | US$11,6 juta | (US$1 juta) |
Riwayat Kinerja
Penjualan BRAM dalam kurun waktu 2017–2019 memang naik 1,5%. Sayangnya, hal ini tidak diikuti oleh jumlah laba komprehensif yang justru menurun 37,6% dalam periode tahun yang sama. Aset BRAM juga berkurang 8,2% dalam kurun waktu 2017–2019. Meski liabilitas BRAM dapat dikurangi, hal tersebut belum cukup untuk mendorong pertumbuhan laba komprehensif.
Berikut ini rata-rata pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) sejumlah komponen kinerja BRAM periode 2017 hingga 2019:
Komponen | CAGR 2015-2019 |
Penjualan bersih | 1,5% |
Jumlah laba komprehensif | -37,6% |
Jumlah aset | -8,2% |
Jumahl liabilitas | -32,7% |
Jumlah ekuitas | 1,6% |
Kinerja BRAM yang tidak baik dalam kurun waktu 2017–2019 berpotensi berlangsung lebih lama mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir. Industri yang digeluti oleh BRAM terdampak cukup parah akibat adanya pandemi Covid-19.
Track Record Pembagian Dividen
Meski industri otomotif terpukul cukup keras beberapa tahun terakhir, BRAM termasuk emiten yang tiap tahun membagi dividen tunai. Berikut adalah besaran pembayaran dividen BRAM beberapa tahun terakhir:
Tahun | Dividen per Saham | Jumlah yang dibayarkan (miliar) |
2017 | 400 | 180 |
2018 | 500 | 225 |
2019 | 400 | 180 |
BRAM menebar dividen hingga Rp180 miliar untuk tahun buku 2019. Dividen yang dibagikan itu berasal dari akumulasi laba ditahan dari tahun-tahun sebelumnya. Secara total, setiap saham BRAM akan menerima dividen Rp400. Untuk tahun buku 2018, BRAM membagikan dividen Rp225 miliar atau Rp500 per saham. Setahun sebelumnya, BRAM juga membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya.
Pembayaran dividen yang rutin oleh BRAM perlu mendapat apresiasi mengingat tidak tiap tahun Pertumbuhan bisnis Perseroan positif. Tidak banyak emiten yang bersedia membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya secara konsisten. Hal ini menjadikan saham BRAM cocok untuk investor jangka panjang.
Prospek Bisnis BRAM
Industri otomotif secara global menghadapi guncangan dalam beberapa tahun terakhir. Tambah pula, pandemi Covid-19 memperburuk keadaan. Maka, wajar bila BRAM mengantisipasi penurunan kinerja pendapatan dan laba. Khusus BRAM, pertumbuhan bisnisnya juga berpotensi belum positif akibat terganggunya rantai pasokan bahan baku dari produsen Nylon 66 dan Adiponitrile (AND) di Amerika Serikat (AS). Di sinilah kebijakan manajemen BRAM untuk mencari solusi dari berbagai tantangan tersebut menentukan pertumbuhan Perseroan ke depannya.
Harga Saham
Saham BRAM cukup fluktuatif dalam rentang beberapa waktu terakhir. Pada pertengahan Oktober 2020, misalnya, saham BRAM melonjak tajam. Menariknya, kenaikan itu terjadi setelah pemegang saham sekaligus pendirinya Robby Sumampow tutup usia. Padahal, di hari Robby Sumampow tutup usia, laba bersih BRAM anjlok hingga 95%.
Secara keseluruhan, sepanjang tahun 2020, harga saham BRAM menukik 61,2% ke level Rp4.190 per saham. Merujuk data lebih lama lagi, yakni tiga tahun terakhir, harga saham BRAM juga melorot hingga 72,02%.
Terkini, data BRAM pada perdagangan tanggal 22 Maret 2021 adalah pembukaan Rp4.820, penutupan sebelumnya Rp4.850, penawaran (offer)
Rp4.850, penawaran (bid) Rp4.750, harga terendah
Rp4.820, harga tertinggi Rp4.850, volume 300 (saham), nilai transaksi Rp1.449.000, frekuensi tiga (kali), dan EPS Rp-45. Dengan demikian, rekomendasi saham BRAM adalah jual di kisaran harga Rp4.850. Meski rutin membagi dividen tiap tahun, prospek bisnis BRAM dalam beberapa tahun ke depan menemui jalan terjal sehingga rekomendasi jual adalah opsi yang wajar.
Namun, bagi kamu yang ingin melihat kinerja kedepannya, kamu bisa melakukan hold hingga kinerja saham ini membaik dan bisa melakukan diversifikasi dengan membeli saham lainnya.
Nah, kamu bisa memilih berbagai jenis saham di beberapa industri lewat aplikasi Ajaib. Yuk investasikan uangmu sekarang di Ajaib dan dapatkan return terbaikmu mulai sekarang!