Saham

Saham BNI Belum Stabil, Kini Sasar Sektor Pariwisata

saham bni

Harga saham BNI (Bank Negara Indonesia) ditutup pada level Rp7.900 per unit pada perdagangan 18 September 2019. Itu sudah naik sebesar 1,94 persen bila dibandingkan hari sebelumnya.

Kendati naik, harga saham BNI masih belum berada di level tertinggi mereka. Saham bank milik pemerintah itu sempat berada di angka Rp9.850 per lembar sahamnya pada 18 April 2019, menjadi titik tertinggi di tahun ini. Saham BNI sudah turun 21,32 persen.

Sasar Pariwisata demi Saham BNI

Kendati demikian, BNI tak mau menyerah. Mereka terus menggenjot penyaluran kredit di sektor pariwisata untuk mendongkrak harga saham. Realisasi kredit yang disalurkan perseroan di sektor ini masih tumbuh signifikan.

Per Agustus 2019, total outstanding kredit BNI ke sektor pariwisata mencapai Rp28,7 triliun yang disalurkan kepada lebih dari 10.000 debitur. Angka tersebut meningkat 19% dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat senilai Rp24,1 triliun.

Sekretaris Perusahaan BNI Melly Meiliana menjelaskan, portofolio kredit di sektor Pariwisata itu didominasi segmen menengah yakni sebesar Rp12,9 T atau setara 45 persen, lalu diikuti segmen korporasi Rp11,9 triliun atau 41 persen dan sisanya sebesar Rp3,9 T (14 persen) dari segmen kecil.

“Dari segmen kecil itu, sebanyak Rp1,6 triliun atau sekitar 41 persen. adalah pembiayaan dalam bentuk Kredit Program Pemerintah (KUR),” katanya, dikutip dari Kontan.

Penyaluran kredit di sektor Pariwisata di dominasi untuk pengembangan infrastruktur seperti pembiayaan pembangunan atau refinancing penginapan dan hotel, jasa perjalanan wisata, angkutan transportasi, restoran atau rumah makan, dan jasa lainnya.

Potensi Pariwisata

BNI melihat potensi pembiayaan sektor pariwisata masih bagus. Maklum, sektor ini memiliki efek multiplier sangat luas. Dengan berkembangnya sektor pariwisata akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor lainnya seperti industri makanan dan minuman, industri kerajinan souvenir, transportasi, dan dunia jasa lainnya.

Dalam menggarap sektor tersebut, BNI fokus dengan mendukung pelaku UMKM sektor pariwisata dengan pola kluster sehingga perseroan bisa mudah melakukan pengembangan dan pendampingan terhadap UMKM yang berada di kawasan strategis pariwisata.

Sebagai informasi tambahan, sepanjang tahun ini, saham BBNI masih turun 13,75 persen. Penurunan saham BBNI berada di tengah kinerja perusahaan yang melambat. Bank BNI hanya berhasil menorehkan pertumbuhan perolehan laba bersih satu digit sepanjang separuh pertama 2019.

Perusahaan hanya mengantongi laba bersih sebesar Rp7,63 triliun atau tumbuh sebesar 2,7 persen bila dibandinkan tahun sebelumnya pada periode yang sama. Jika disandingkan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan laba bersih melambat.

Pada semester pertama di tahun 2018, net profit bank pelat merah ini tumbuh 16 persen. Perlambatan itu akibat meningkatnya beban bunga dan biaya dana BNI. Pendapatan bunga kotor Bank BNI tumbuh 9,4 persen menjadi Rp28,59 triliun. Sedangkan beban bunga melonjak hingga 26,2 persen menjadi Rp10,98 triliun.

Secara rasio biaya dana atau cost of fund (CoF) terkerek naik ke angka 3,2 persen di kuartal kedua di tahun 2019, lebih tinggi dibanding empat tahun terakhir.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait