Ajaib.co.id – Jika ditanya restoran pizza apa yang paling kamu ingat, maka jawabannya adalah Pizza Hut. Merek makanan cepat jadi yang sudah memiliki ribuan franchise yang tersebar di seluruh dunia, salah satunya Indonesia. Namun tidak ada yang mengetahui bahwa restoran pizza asal Amerika Serikat ini dibangun dari sebuah usaha kecil bermodalkan $600 atau setara dengan Rp8.000.000.
Semua dimulai pada tahun 1958, di mana Pizza Hut didirikan, adalah dua bersaudara asal Kansas bernama Frank dan Dan Carney yang memulai bisnis & kerja sampingan dengan mengelola toko kelontong lokal milik ayah mereka. Kedua bersaudara tersebut memutuskan untuk meminjam uang dari ibunya untuk mengubah lahan sekitar 55 meter persegi yang sebelumnya ada bar menjadi pizzeria (restoran pizza).
Sebelum memulai bisnisnya, Carney bersaudara sempat mengenyam pendidikan bisnis di Wichita State University. Mereka mempelajari bagaimana kesuksesan pionir usaha franchise kala itu, McDonalds dan KFC (Kentucky Fried Chicken), dan melihat adanya peningkatan popularitas pizza yang signifikan.
Kala itu, tidak ada studi yang membahas bagaimana menjalankan bisnis dengan sistem franchise. Nyatanya, bisnis tipe serupa hanya akan berakhir mengenaskan diubah menjadi bisnis otomotif.
Ekosistem bisnis yang masih hanya berfokus pada satu industri dimanfaatkan oleh Dan bersaudara untuk memanfaatkan peluang yang belum banyak diminati masyarakat. Berbeda dengan sekarang, kamu tentu bisa mendapatkan studi tentang entrepreneurship, manajemen bisnis, hingga marketing untuk memberikan kemudahan menjalankan bisnis.
Di bangku perguruan tinggi selagi menjalankan restoran pizza yang nanti, Dan menentang nasihat salah satu profesornya terkait tema tesis. Alih-alih memilih tema tesis rekomendasi profesor tentang collective bargaining, Dan lebih tertarik membahas bisnis franchise yang dianggap sebagai masa depan jasa makanan. Profesor menolak tema tersebut yang menyebabkan Dan kehilangan gelarnya.
Kenapa Pizza Hut?
Terdapat dua sudut pandang tentang bagaimana Carney bersaudara memilih “Pizza Hut” sebagai nama bisnis mereka. Satu versi mengatakan bahwa tiang penanda yang mereka beli hanya hanya memiliki cukup ruang untuk sembilan karakter, termasuk spasi. Sementara, versi lainnya menyebutkan bahwa bangunan yang mereka gunakan memiliki bentuk yang mengingatkan akan sebuah hut (gubuk).
Setelah membuka restoran pertama di Wichita menggunakan peralatan bekas, mereka membuka franchise pertamanya pada tahun 1959 di Topeka, Kansas. Tahun berikutnya franchise kedua dibuka di Aggie Village, Texas yang menawarkan konsep pengiriman terbaru menggunakan skuter roda tiga.
Karney bersaudara menjalankan bisnis pizza ini dengan bantuan dari John Bender, seorang teman dari Angkatan Udara yang sebelumnya pernah bekerja di restoran pizza di Indiana hingga mereka membelinya di tahun 1963. Di 10 tahun berdirinya franchise tersebut, Carney bersaudara telah mengembangkan bisnis Rp8.000.000 juta mereka menjadi 300 franchise, lengkap dengan bangunan dengan atap berwarna merah yang akhirnya menjadi ikon.
Ekspansi internasional
Pizza Hut memulai perjalanan internasionalnya pada tahun 1970, dan hanya dalam waktu setahun telah menjadi jaringan franchise pizza terbesar di dunia. Di tahun selanjutnya, bisnis ini telah melewati angka jutaan dolar di pasar saham AS (Amerika Serikat), terdaftar di NYSE (bursa efek New York), dan memutuskan untuk IPO (Initial Public Offering).
Pada tahun 1977, Dan dan Frank Menjual bisnisnya ke PepsiCo yang juga membeli KFC dan Taco Bell. Meskipun saat ini PepsiCo telah menjual ketiga franchise tersebut, mereka tetap di bawah satu merek besar bernama Yum! Brands. Sejak saat itu, dan memutuskan menjadi venture capitalist dan terlibat di berbagai organisasi amal di Kandas, termasuk menjadi Ketua Dewan Yayasan Riset Cerebral Palsy. Sementara saudaranya, Frank bertahan di bisnis pizza dan menjabat Presiden Direktur hingga tahun 1980.
Terancam Bangkrut
Menjadi pionir franchise pizza di dunia dan memiliki ribuan cabang yang tersebar di seluruh dunia tidak membuat Pizza Hut luput dari krisis kebangkrutan. Pandemi global COVID-19 yang memberikan tekanan kompetitif dalam industri restoran menyebabkan NPC Internasional, pemegang franchise terbesar restoran pizza tersebut mengajukan pailit.
NPC melayangkan Chapter 11 yang biasanya digunakan perusahaan restrukturisasi utang agar terhindar dari kebangkrutan di Pengadilan Distrik Texas. Dengan kata lain, NPC dapat melakukan reorganisasi untuk membayarkan utang-utang mereka secara bertahap. Berdasarkan laporan dari CNBC Internasional, beban utang yang harus dibayarkan NPC senilai $1 miliar atau setara dengan Rp14 triliun.
Meskipun di ambang kebangkrutan, restoran pizza ini masih tetap buka dan melayani pelanggan selagi menyusun rencana untuk membayar beban utang dan mempertahankan eksistensi bisnis tersebut. Beruntungnya kebangkrutan ini juga tidak mempengaruhi ribuan cabang yang dimiliki oleh pemegang franchise lainnya, misalnya Indonesia.
Franchise Pizza Hut dipegang oleh PT Sari Melati Kencana Tbk (PZZA) menyatakan bahwa kepailitan yang terjadi dengan NPC tidak ada hubungannya di Indonesia karena bersifat terpisah. Pasalnya, PT. Sari Melati Kencana Tbk adalah pemegang hak lisensi franchise tunggal di Indonesia.
Meskipun sudah memberikan klarifikasi ke publik, sentimen tersebut memberikan dampak buruk ke perusahan tersebut. Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), saham perusahaan yang memiliki kode emiten PZZA anjlok hingga 6,7% ke level Rp695/lembar beberapa waktu lalu di bulan Juli. Sebelumnya, PZZA juga mencatat penurunan harga saham hingga 6,88% ke level Rp745/lembar, menyentuh level Auto Reject Bawah (ARB).
Anjloknya saham PZZA diduga tidak hanya karena sentimen negatif terkait kebangkrutan, tetapi juga karena perusahaan tersebut mengalami penurunan net income (laba bersih) sebesar 85% pada kuartal pertama di angka Rp6 miliar, turun jauh dibandingkan periode yang sama di tahun lalu dengan membukukan laba bersih sekitar Rp40 miliar.
Sumber: Frank and Dan Carney – Founding Brothers of Pizza Hut, dengan perubahan seperlunya.