Berita

Perang Dingin USA-China dan Dampaknya ke Wall Street

Ajaib.co.id – Perang dingin antara Amerika Serikat (United State of America/USA) dan China yang terjadi selama dua tahun terakhir nyatanya menjadi ancaman besar bahkan bagi pasar modal global.

Tepat pada tahun 2020 ini, pemerintah Amerika Serikat berencana membuat Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk mendepak perusahaan China dari bursa saham Amerika Serikat, Wall Street.

Gejolak ini tentunya menjadi tekanan besar bagi perusahaan asal China yang tengah berekspansi ke negara adidaya tersebut. Di sisi lain, aturan ini juga menghambat aksi penghimpunan dana perusahaan China di bursa terbesar dunia tersebut.

Nah, bagaimana sih awal dari perang dingin Amerika Serikat dan China ini? Apa juga dampaknya terhadap pasar modal atau bahkan bagi Indonesia? Yuk simak penjelasannya berikut ini!

Sejarah Perang Dingin Amerika Serikat dan China

Perang dingin antara Amerika Serikat dan China sendiri dimulai saat Presiden Donald Trump mulai berkuasa, tepatnya pada Maret 2018. Pada saat itu, dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut berselisih paham mengenai pengenaan tarif bea impor industri dasar yang akhirnya menjadikan persaingan menjadi tidak sehat.

Ketegangan berlanjut saat Amerika Serikat mengenaikan tarif pada barang China senilai USD16 miliar pada Agustus 2018. Menyambut aturan tersebut, pemerintah China yang dipimpin oleh Xin Jiping juga menerapkan tarif 25 persen untuk barang-barang Amerika Serikat senilai USD16 miliar termasuk di dalamnya motor gede Harley-Davidson.

Perselisihan tentang bea masuk impor dari masing-masing negara terus-terusan berlanjut hingga akhirnya Donald Trump melarang perusahaan asal Amerika Serikat untuk menggunakan alat telekomunikasi asing asal China pada Mei tahun 2019. Hal ini secara terang-terangan menunjuk pada eksistensi Huawei di pasar Amerika Serikat.

Trump berprasangka bahwa pemerintah China kemungkinan memaksa Huawei memasang backdoor atau celah ada produk untuk memata-matai bagi produk Huawei yang dipasarkan ke Amerika Serikat.

Hal ini dikarenakan pendiri Huawei pernah menghadiri kongres Partai Komunis di China dan pemerintah Amerika menuding perusahaan memiliki komite partai komunis tersebut dalam tubuh perusahaan.

Saham Teknologi Anjlok

Jika kapitalisasi pasar di bursa Indonesia dikuasai oleh saham-saham di bidang finansial terutama perbankan, maka lain halnya dengan kapitalisasi pasar di bursa Amerika Serikat. Data Bank of America Global Research menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar sektor teknologi Amerika mencapai USD9,1 triliun, jauh melebihi kapitalisasi seluruh saham di bursa Eropa.

Kapitalisasi saham teknologi terkonsentrasi pada lima perusahaan teknologi terbesar di negara tersebut yakni Apple, Microsoft, Alphabet, Amazon dan Facebook yang menyumbang 17,5 persen kapitalisasi pasar pada indeks S&P 500.

Setelah aturan pelarangan perusahaan telekomunikasi masuk ke Amerika Serikat diumumkan oleh Trump, perusahaan teknologi seperti Google, Facebook, Intel, Qualcomm yang dulunya memiliki hubungan erat dengan Huawei memutuskan relasi dagangnya. Hal ini pada akhirnya membuat saham-saham teknologi ikut terimbas tercermin dari penurunan harga saham.

Sesaat setelah pengumuman tersebut dilayangkan, saham Apple merosot 3,1 persen yang pada akhirnya menekan indeks utama Wall Street. Saham sektor teknologi di indeks S&P 500 juga anjlok 1,75 persen, turun dalam persentase terbesar di antara 11 sektor utama indeks acuan.

Philadelphia Semiconductor Index yang meliputi pemasok Huawei seperti perusahaan Qualcomm, Broadcom dan Micron Technology Inc juga jeblok 4 persen.

Risiko Terdepaknya Saham Perusahaan China di Bursa Amerika Serikat

Ketegangan antara China dan Amerika Serikat terus memanas pada 2020 setelah Trump seringkali menuding konspirasi bahwa virus Covid-19 dibawa oleh pemerintah China ke Amerika Serikat. Kasus Covid-19 pun terus merajalela sampai sekarang di Amerika Serikat, tapi tampaknya Trump terus-terusan ingin berkelakar dengan China.

Sampai pada suatu titik, senat Amerika Serikat akhirnya mengetuk palu untuk RUU akuntabilitas perusahaan asing di pasar modal. Merujuk pada uraian RUU tersebut, perusahan asal China seperti Alibaba Group, JD.com, Baidu sebenarnya bisa kapan saja terdepak dari bursa.

Pertimbangan pemerintah Trump dalam meloloskan baleid tersebut adalah bahwa beberapa perusahaan asal China dituding tidak secara transparan mengungkapkan data pemegang saham perusahaan yang kemungkinan juga dimiliki oleh pemerintah komunis China.

Senator RUU tersebut John Kennedy mengatakan bahwa berinvestasi di perusahaan asal China sangat riskan bagi investor asal Amerika yang mengelola uangnya di pasar saham untuk kebutuhan pensiun.

Hal ini diperkuat dengan data bahwa hampir 11 persen perkara hukum pasar modal karena kesalahan dokumen keuangan di Amerika Serikat pada 2011 diajukan oleh perusahaan asal China.

Pihak otoritas bursa Nasdaq juga akhirnya mengambil langkah baru untuk mengatur ulang proses penawaran saham umum perdana atau IPO bagi perusahaan-perusahaan yang ingin go public yang dinilai akan menyulitkan perusahaan China untuk debut di bursa saham Amerika.

Meski tak secara rinci dijelaskan, pihak otoritas bursa Nasdaq menuding bahwa banyak perusahaan China yang tidak transparan memberikan data keuangan dan pemegang sahamnya dalam proses IPO.

Komposisi persentase saham IPO perusahaan China yang diperdagangkan juga kecil karena kebanyakan saham dipegang oleh petinggi perusahaan. Likuiditas saham emiten China ini pun sangat rendah sehingga tidak menarik bagi investor institusi.

Hal ini pada akhirnya membuat beberapa perusahaan China yang dijadwalkan akan melakukan IPO menunda aksi korporasinya tersebut.

Nah, rumit kan setelah mengetahui lebih jauh pengaruh perang dingin Amerika Serikat dan China dan dampaknya terhadap pasar modal. Sebenarnya, dampak perang dingin kedua negara ini relatif kecil berimbas pada pasar modal dalam negeri mengingat pelaku pasar domestik kita sudah bergeliat melakukan transaksi di bursa saham.

Agar tidak ketinggalan, ada baiknya kamu juga ikut berinvestasi saham melalui aplikasi investasi Ajaib. Di aplikasi ini, kamu bisa melakukan transaksi jual beli saham perusahaan yang kamu idam-idamkan dan juga mendapatkan keuntungan berupa capital gain. Tunggu apalagi unduh aplikasinya segera, ya.

Artikel Terkait