Ajaib.co.id – GMF Aeroasia atau PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) tak bisa banyak berkutik di tengah pandemi Covid-19. Akan tetapi, belakangan ini saham perusahaan anak Garuda Indonesia ini bangkit dan menguat signifikan.
GMF Aeroasia adalah perusahaan yang berdiri pada 26 April 2002, sebagai anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang bergerak di bidang maintenance, repair, and overhaul (MRO) pesawat. Gampangnya, GMF Aeroasia ini adalah bengkel yang menyediakan jasa perbaikan dan perawatan pesawat (aircraft maintenance repair).
Nah, pada 2017, GMF Aeroasia mulai jadi perusahaan terbuka yang sahamnya diperdagangkan secara publik setelah melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). GMF Aeroasia kemudian tercatat dengan kode GMFI dengan harga penawaran sebesar Rp400 per saham dan berhasil mengumpulkan dana Rp1,12 triliun.
Sayangnya, sekarang harga saham GMFI sudah jauh dari harga saat IPO. Buruknya kinerja sektor industri aviasi akibat pandemi bahkan sempat bikin saham GMFI anjlok ke level Rp59 per saham pada Maret 2020.
Meski begitu, saham GMFI belakangan ini sedikit mencuri perhatian pasar karena berhasil menguat signifikan dalam sepekan. Sejak Senin, 9 November 2020 sampai Jumat, 13 November 2020, saham GMFI sudah menguat 15,18 persen menjadi Rp91 per saham!
Hebatnya lagi, kenaikan saham GMFI juga didukung oleh masuknya dana asing sepanjang pekan lalu. Investor asing yang mencatatkan capital inflow sebesar Rp4,47 triliun sepanjang pekan lalu, mencatatkan beli bersih sebesar Rp202,58 juga ke GMF Aeroasia.
Tentu saja, kenaikan saham GMFI ini tidak bisa dilepaskan dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sepanjang pekan lalu mendapatkan banyak sekali sentimen positif. Dalam sepekan IHSG menguat 2,35 persen.
Rumor Holding BUMN Penerbangan dan Pariwisata
Meski begitu, kenaikan saham GMFI ini juga terdorong oleh sentimen tersendiri. Salah satunya adalah kabar rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan membuat holding BUMN pariwisata dan penerbangan.
Dampaknya tidak hanya membuat saham GMFI ngamuk sepanjang pekan. Saham induk usaha Garuda Indonesia dengan kode GIAA juga ikut menguat, bahkan lebih tinggi dari GMFI, yakni sebesar 35,54 persen ke Rp328 per saham.
Kabar ini juga dibenarkan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra. Dikutip dari CNBC Indonesia, Irfan mengatakan bahwa Garuda akan masuk sebagai bagian dari holding yang dipimpin oleh PT Survai Udara Penas (Persero) sebagai induk.
Rumor seperti ini memang sering membuat sebuah saham naik dengan signifikan, karena biasanya diikuti dengan ekspektasi adanya alih kepemilikan saham. Cerita seperti ini bisa ditemui pada saham PT Bank BRISyariah Tbk. (BRIS) yang mengalami hal serupa karena rencana merger bank syariah BUMN.
Tak hanya itu, sentimen lain pendorong harga saham GMF Aeroasia adalah seruan tokoh Yusuf Mansur yang mengajak orang-orang masuk ke GIAA. Yusuf Mansur sebelumnya juga ikut menyerukan orang-orang untuk masuk ke saham BRIS.
Kinerja Fundamental
Nah, sekarang pertanyaannya, apakah kenaikan harga saham ini juga sejalan dengan kinerja keuangan GMF Aeroasia. Sayangnya, jawabannya tidak. Karena dalam kondisi saat ini, sebenarnya belum ada perubahan fundamental yang signifikan di tengah tengah kenaikan harga tersebut.
Per akhir kuartal III/2020 atau September 2020, GMF Aeroasia mengalami penurunan pendapatan 48,11 persen secara year on year (yoy) menjadi USD191,82 juta. Penurunan pendapatan ini bahkan membuat GMF Aeroasia harus berbalik dari posisi laba sebesar US$9,4 juta pada kuartal III/2019, menjadi rugi bersih USD160,6 juta pada kuartal III/2020.
Penurunan kinerja keuangan GMF Aeroasia memang tak bisa dihindari. Kondisi pandemi telah membuat industri aviasi di seluruh dunia kelabakan. Aktivitas penerbangan yang menurun signifikan, ikut berimbas pada penurunan permintaan jasa perbaikan dan perawatan pesawat.
Rencana Bisnis
Meski secara fundamental belum ada perubahan signifikan, membeli saham GMF Aeroasia tak bisa dikatakan keliru. Mahaguru Investasi Benjamin Graham justru menyarankan untuk membeli saham di situasi serba pesimistis seperti saat ini, lalu menjualnya kelak.
“Belilah ketika hampir semua orang, termasuk para ahli merasa pesimis, dan juallah ketika mereka merasa optimis. Pasar modal adalah sebuah pendulum yang selamanya berayun dari optimisme yang tidak sehat. Investor cerdas adalah seorang realis yang menjual kepada orang – orang optimis dan membeli dari para pesimis,” kata Graham.
Selain itu, GMF Aeroasia juga tidak sepenuhnya pasrah dengan kondisi saat ini. Perusahaan ini sedang mencari solusi untuk memulihkan kinerjanya, termasuk dengan mengandalkan bisnis non-aviasi atau non-penerbangan.
Dikutip dari Kontan, GMF Aeroasia sedang dalam proses pengembangan kapabilitas dan securing pekerjaan pesawat angkut militer dan explore untuk proyek lainnya. Pengembangan bisnis non-aviasi juga dilakukan melalui peningkatan bisnis perawatan turbin mesin gas industrial.
GMF Aeroasia memperkirakan potensi pasar perawatan mesin-mesin turbin pada area pertambangan, minyak, dan gas masih sangat luas. Kerja sama dengan OEM serta mitra lainnya diharapkan dapat meningkatkan volume bisnis tersebut.
Tetapi, saat ini proporsi pendapatan dari industri pertahanan maupun non-aviasi lainnya berkontribusi kurang dari 5 persen dari total pendapatan GMF Aeroasia. Segmen ini ditargetkan dapat tumbuh dengan cepat untuk menunjang pendapatan di masa mendatang.
Nah, sekarang semua keputusan berinvestasi dikembalikan lagi kepada masing-masing investor. Apakah prospek kinerja saham GMF Aeroasia ke depan cukup menarik setelah mempertimbangkan berbagai faktor tersebut?
Jika kamu sudah mengumpulkan keberanian untuk membeli saham GMFI, mulailah berinvestasi melalui aplikasi investasi Ajaib. Mendapatkan izin dari OJK dan juga menjadi salah satu platform andalan investasi saham online saat ini, kamu bisa mengunduh aplikasi investasi Ajaib melalui Google Play Store dan Apple App Store. Buruan, jangan sampai ketinggalan kereta, ya!