Ajaib.co.id – Aksi stock split atau pemecahan nilai nominal saham sering kali menjadi ajang yang ditunggu-tunggu para investor. Saham yang harganya sangat mahal bisa jadi sangat murah dan terjangkau oleh para investor, khususnya mereka yang punya modal pas-pasan.
Kenapa demikian? Karena dengan melakukan stock split saham perusahaan akan dipecah dengan rasio tertentu. Artinya, bisa jadi saham beredar yang tadinya 1.000.000 saham dipecah menjadi 10.000.000 saham setelah stock split dengan rasio 1:10.
Selain membuat jumlah saham beredar jadi lebih banyak, hal ini juga akan membuat harga unit saham ikut berubah. Katakanlah harga saham yang tadinya Rp5.000 per saham, akan turun jadi Rp 500 per saham setelah stock split dengan rasio 1:10.
Jadi, kalau kamu sebelumnya memiliki 100 lembar saham perusahaan tersebut, maka setelah stock split, kamu akan menggenggam 1.000 lembar saham. Tapi jangan salah sangka, dengan jumlah saham yang berlipat, maka nilai investasi kamu akan lebih tinggi, Nilai saham per lembarnya akan turun sesuai dengan rasionya, sehingga nilai portofolio kamu akan tetap sama.
Dengan jumlah saham beredar yang lebih banyak, serta harga yang lebih murah, saham sebuah perusahaan bisa menjadi lebih likuid untuk ditransaksikan. Harga yang lebih murah juga membuat stock split ditunggu para investor ritel untuk masuk ke saham tersebut.
Nah, buat kamu yang mungkin masih perlu gambaran lebih praktis mengenai stock split, yuk lihat beberapa aksi stock split perusahaan terbuka yang pernah ditunggu-tunggu para investor. Tidak cuma di Indonesia, aksi stock split tersohor ini juga datang dari luar negeri, loh.
1. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
Perusahaan produsen jamu ini menjadi salah satu perusahaan di Indonesia yang melakukan stock split pada 2020, tepatnya mulai 14 September 2020. Waktu itu, Sido Muncul melakukan stock split saham dengan rasio 1:2.
Dengan rasio stock split tersebut, maka jumlah saham beredar SIDO di Bursa Efek Indonesia (BEI) meningkat dua kali lipat. Tetapi, sebaliknya harga saham SIDO jadi turun separuhnya atau 50 persen.
Dikutip dari Bisnis.com, harga saham SIDO yang sebelumnya stock split mendekati Rp1.500-an per saham, turun menjadi separuhnya. Sementara jumlah saham beredar SIDO naik dari sebelumnya 15 miliar menjadi 30 miliar saham.
Yang menarik adalah stock split dilakukan di tengah momentum pandemi yang membawa angin positif bagi industri farmasi dan jamu. Alhasil, meski telah melakukan stock split, harga saham SIDO tetap menanjak.
Harga setelah stock split yang sebesar Rp 747,5 per saham, langsung tancap gas di hari perdagangan perdana nya menuju Rp810 per saham (per 14 September 2020). Tren ini terus bertahan bahkan sempat mengantarkan SIDO ke level Rp845 per saham pada penutupan 10 November 2020.
2. PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR)
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) melakukan stock split pada awal tahun ini dengan rasio 1:5. Dikutip dari Bisnis.com, nilai nominal saham yang sebelumnya Rp10 per saham turun menjadi Rp2 per saham setelah stock split.
Dengan demikian, harga saham dengan nominal lama yang sebelumnya Rp42.000 per saham, turun menjadi Rp 8.400 per saham. Di sisi lain, jumlah saham beredar UNVR yang tadinya 7,63 miliar saham, bertambah menjadi 38,15 per saham.
Tetapi, berbeda dengan SIDO, harga saham UNVR tidak menguat secara berkelanjutan setelah stock split. Sempat menguat sebentar, hantaman sentimen pandemi membuat saham UNVR turun drastis karena dorongan jual para investor.
Namun, saat ini harga UNVR sudah bangkit jauh dari posisi terendahnya pada Maret 2020. Per 24 November 2020, saham UNVR bertengger di level Rp7.850 per saham. Masih cenderung tertekan dari harga awal tahun, tapi cukup tahan banting di tengah dampak pandemi.
Meski berbeda dengan SIDO, yang pasti kedua perusahaan ini sama-sama memiliki fundamental kinerja yang kuat. Biasanya, aksi stock split memang hanya dilakukan perusahaan dengan fundamental kuat. Kebalikannya, perusahaan dengan fundamental lemah biasanya melakukan reverse stock split.
3. Apple Inc. (AAPL)
Beralih ke negeri paman sam, tahun ini ada beberapa perusahaan besar yang melakukan stock split. Salah satunya perusahaan yang memproduksi iPhone, iPad, dan MacBook. Siapa lagi kalau bukan Apple Inc.
Dikutip dari Marketwatch, perusahaan yang melantai di bursa Nasdaq tersebut melakukan stock split pada 31 Agustus 2020 dengan rasio 1:4. Harga saham Apple yang tadinya US$499.23 per saham, dibuka pada perdagangan selanjutnya di kisaran US$124,81 per saham atau 75 persen lebih murah dari sebelumnya.
Menariknya bagi Apple, stock split-nya kali ini merupakan yang kelima kali sepanjang sejarah mereka. Setelah menjadi perusahaan terbuka pada Desember 1980, apple melakukan stock split dengan rasio 1:7 pada 2014, 1:2 pada 1987, 2000, dan 2005.
Kenapa sih perusahaan sebesar Apple mau stock split? Ya, jawabannya supaya sahamnya lebih likuid dengan harga yang lebih terjangkau. Kalau saja Apple tidak pernah stock split, maka harga saham Apple diperkirakan berada di kisaran US$28.000 per saham, coba hitung berapa dalam rupiah?
Betapa menariknya stock split bagi investor, sejatinya hal ini tidak mengubah fundamental sebuah perusahaan. Dikutip dari Investor Daily, stock split ini bahkan tak ubahnya kosmetik saja agar sahamnya lebih likuid karena bisa ditransaksikan lebih sering.
Eits, tapi jangan salah. Tidak semua perusahaan juga mau melakukan stock split. Ada perusahaan yang justru membiarkan sahamnya terus naik ke harga yang sangat mahal, tak peduli likuiditas perusahaan tersebut di bursa saham.
Salah satu perusahaan seperti ini adalah Berkshire Hathaway Inc., perusahaan milik Warren Buffett. Per 24 November 2020, pukul 12.56 waktu setempat, saham berkode BRKA ini berada pada harga US$351.000 per saham!
Bukan tanpa alasan, Buffett punya strategi tersendiri sehingga menghindari perusahaannya melakukan stock split. Dikutip dari Bisnis.com, Buffett menilai langkah ini dilakukan untuk menghindari para investor jangka pendek alias trader.
“Menjaga harga saham begitu tinggi membuat para traders menjauh. Pemecahan saham Berkshire kelas A akan membuka pintu bagi pedagang harian yang ingin mendapatkan banyak uang dengan cepat dan mengabaikan strategi beli-dan-tahan,” ujarnya.
Meski begitu, tentunya strategi Buffett ini akan menyulitkan investor ritel dengan dana pas-pasan untuk membeli saham. Maklum, dengan dana yang terbatas, mana bisa investor ritel membeli saham dengan harga tinggi seperti Berkshire?
Nah, setelah mengetahui seluk beluk dunia stock split ini, apakah kamu berminat untuk investasi saham? Atau masih menunggu ada peluang stock split dari saham-saham yang kamu inginkan?
Apapun jawaban dan pilihan kamu, gunakanlah aplikasi investasi Ajai untuk berinvestasi. Aplikasi ini telah mendapatkan izin dari OJK dan menjadi salah satu platform andalan investasi saham online saat ini. Kamu bisa mengunduh aplikasi investasi Ajaib melalui Google Play Store dan Apple App Store. Buruan, jangan tunggu sampai Apple stock split yang ke-enam kali!