Investasi

Saham Jasa Marga, Apakah Prospektif? Ini Penjelasannya

Saham jasa marga
Saham jasa marga

Ajaib.co.id – PT Jasa Marga (Persero) Tbk tengah diselimuti berbagai sentimen positif yang membuat saham perusahaan ini makin nyaman di zona hijau. Rilis kinerja keuangan terbaru perusahaan juga menunjukkan adanya sinyal pemulihan yang cepat.

Selama sebulan terakhir saham Jasa Marga telah menguat sekitar 18,21% ke Rp4.350 per saham (per 23 November 2020), sejalan dengan dengan pergerakan IHSG yang menguat 10,92 persen. Tak heran hal ini terjadi di tengah berbagai sentimen positif terhadap indeks domestik.

Kenaikan saham Jasa Marga dan mayoritas saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara umum disebabkan oleh efek hasil pemilu AS yang memenangkan Joe Biden sebagai Presiden. Selain itu, sentimen dari dalam negeri seperti membaiknya ekspektasi ekonomi pada kuartal III/2020 turut mengatrol kenaikan bursa.

Yang terbaru, kenaikan saham-saham di BEI juga didorong oleh keputusan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga kebijakan atau BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebesar 0,25 bps menjadi 3,75 persen. Kebijakan ini disambut positif karena dapat mendorong pemulihan ekonomi dari kondisi pandemi.

Sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jasa Marga menjadi salah satu buruan investor yang kepincut masuk ke bursa. Menteri BUMN Erick Thohir bahkan berani menyebut saham-saham BUMN menjadi yang paling hot di BEI saat ini.

Sebenarnya, selain itu ada lagi sentimen lain yang mendorong kenaikan saham Jasa Marga, yaitu langkah Ustaz Yusuf Mansur yang mengatakan akan masuk ke saham perusahaan jalan tol. Nah, dia juga sebelumnya berhasil memberi efek serupa pada kenaikan saham-saham lain seperti PT Bank BRISyariah Tbk. (BRIS) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA).

Di luar itu, Jasa Marga juga mendapatkan limpahan prospek positif tersendiri dari UU Cipta Kerja atau Omnibus Law. Di dalamnya, ada substansi pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi yang akan menguntungkan Jasa Marga di masa depan.

Kenapa begitu? Analis J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo mengatakan pembentukan SWF akan memberikan kepastian deleveraging dan mengurangi risiko siklus belanja modal atau capital expenditure (capex) tinggi di Jasa Marga.

Dalam dunia investasi, ekspektasi dan proyeksi tentunya berperan penting dalam kenaikan ataupun penurunan harga sebuah saham. Namun, yang lebih penting dari itu adalah kinerja fundamental yang dicatatkan perusahaan tersebut serta rencana pengembangan bisnisnya ke depan.

Kinerja Keuangan Jasa Marga Terbaru

Sebenarnya, Jasa Marga tidak berbeda dengan mayoritas perusahaan di BEI yang sedang mengalami penurunan kinerja. Pembatasan mobilitas di tengah pandemi menyebabkan penurunan lalu lintas kendaraan di jalan tol sehingga menyebabkan kinerja Jasa Marga tertekan sepanjang 2020.

Per akhir September 2020 atau kuartal III/2020, laba bersih Jasa Marga terkoreksi 89,51% secara year on year (yoy) menjadi Rp157,6 miliar saja. Koreksi signifikan ini terjadi seiring menurunnya pendapatan Jasa Marga sebesar 50,14% yoy menjadi Rp10,54 triliun pada periode tersebut.

Meski terlihat mengerikan, jika dikaji lebih dalam penurunan kinerja Jasa Marga sebenarnya tidak seburuk itu. Dari total pendapatan yang terkoreksi hampir separuhnya itu, pendapatan tol Jasa Marga ternyata hanya terkoreksi 15% yoy saja, menjadi Rp6,25 triliun.

Hal ini membuat laba kotor Jasa Marga juga tidak turun terlalu jauh, hanya 18,31% yoy menjadi Rp3,9 triliun. Jasa Marga mampu mencatatkan hal ini karena beban pokok yang ditanggung juga turun 59,43% yoy menjadi Rp6,64 triliun.

Bahkan, jika dilihat lebih dalam, tidak semua ruas jalan tol yang dimiliki Jasa Marga mengalami penurunan pendapatan. Ruas seperti Jakarta – Cikampek dan Pandaan – Malang justru mengalami kenaikan. Selain itu, ruas baru seperti Kunciran – Serpong dan Balikpapan – Samarinda juga mulai memberikan kontribusi pendapatan.

Nah, terus kok bisa sih laba bersih Jasa Marga terkoreksi jauh lebih dalam? Jawabannya adalah hal itu disebabkan oleh kenaikan sejumlah beban non operasional yang ditanggung perusahaan. Hasilnya, laba bersih Jasa Marga terkoreksi secara signifikan.

Kenaikan beban tersebut salah satunya adalah biaya non keuangan bersih yang naik 50,7% yoy menjadi Rp2,5 triliun. Bagian rugi dari entitas asosiasi bersama yang ditanggung Jasa Marga juga membengkak 69,56% yoy menjadi Rp483,59 miliar.

Peningkatan biaya keuangan ini juga sejalan dengan peningkatan utang Jasa Marga pada periode laporan keuangan kuartal III/2020. Total liabilitas Jasa Marga meningkat dari Rp76,49 triliun pada kuartal III/2019, menjadi Rp79,35 triliun pada kuartal III/2020. Hal ini menyebabkan Debt to Equity Ratio (DER) Jasa Marga meningkat dari 3,1 x menjadi 3,3 x.

Meski meningkat, posisi DER Jasa Marga masih berada dalam batas aman. Berdasarkan laporan keuangannya, Jasa Marga rata-rata memiliki batas covenant perjanjian kredit dengan DER di atas 5 x. Artinya, posisi DER Jasa Marga saat ini masih berada di bawah batas tersebut.

Langkah Jasa Marga memperbesar utang di tengah periode pandemi sebenarnya cukup masuk akal. Hal ini dapat menjadi antisipasi untuk menghadapi arus kas yang macet karena penurunan kas masuk dari pandapatan. Selain itu, posisi rasio utang Jasa Marga juga masih terbilang aman dengan melihat kapasitas dan kemampuannya.

Jadi, meski kinerjanya turun, Jasa Marga sudah mulai menunjukkan sinyal perbaikan kinerja pada bisnis intinya yang merupakan pengelolaan jalan tol. Tak heran kalau banyak orang melihat Jasa Marga punya potensi menarik ke depan, apalagi kalau melihat harganya yang meski sudah meningkat dalam sebulan terakhir, sebenarnya masih terkoreksi 15,94 persen secara tahun berjalan atau year to date (ytd).

Belum lagi nih, kalau mencermati rencana ekspansi bisnis ke depan. Jasa Marga sekarang sedang membidik konsesi 9 ruas jalan tol yang akan dilelang Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Tentunya hal ini akan menambah potensi pundi-pundi Jasa Marga ke depan, meski harus berinvestasi cukup besar tentunya.

Sebenarnya, belum lama ini Jasa Marga juga baru ditetapkan sebagai pemenang lelang konsesi jalan tol Yogyakarta-Bawen. Jasa Marga tergabung dalam konsorsium bersama PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, dan PT Brantas Abipraya (Persero). Konsorsium ini kemudian membentuk Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), yaitu PT Jasamarga Jogja Bawen (JJB).

Jalan Tol Yogyakarta–Bawen ini memiliki nilai investasi Rp14,26 triliun dengan masa konsesi selama 40 tahun. Jalan tol ini akan melintasi dua provinsi sekaligus, yaitu Provinsi Jawa Tengah sepanjang 67,05 kilometer dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sepanjang 8,77 kilometer.

Dengan penambahan konsesi Jalan Tol Yogyakarta-Bawen, maka hingga saat ini konsesi Jalan Tol Jasa Marga di seluruh Indonesia mencapai 1.603 Km. Adapun, pada 2021, Jasa Marga menargetkan dapat mengoperasikan jlan tol sepanjang kurang lebih 1.191 kilometer dengan total panjang hak konsesi 1.527 kilometer.

Berbagai faktor di atas membuat pilihan investasi di saham Jasa Marga semakin menarik, bukan? Tapi, jangan lupa bahwa investasi adalah pilihan yang harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor, yang dilengkapi dengan hasil analisis yang cukup.

Namun, kalau kamu udah kebelet banget nih dan kepincut banget ingin segera memiliki saham Jasa Marga, mulailah investasimu segera lewat aplikasi investasi Ajaib. Aplikasi ini telah mendapatkan izin dari OJK dan menjadi salah satu platform andalan investasi saham online saat ini.

Kamu bisa mengunduh aplikasi investasi Ajaib melalui Google Play Store dan Apple App Store. Buruan, jangan sampai tol baru jasa marga sudah jadi, kamu belum mulai investasi juga!

Artikel Terkait