Ajaib.co.id – Pandemi telah mengakselerasi pacu digitalisasi seluruh kalangan masyarakat tak terkecuali di Indonesia. Penggunaan produk-produk teknologi baik perangkat keras maupun aplikasi di ponsel pintar semakin tinggi dari hari ke hari didorong kebutuhan untuk dapat terus produktif selama pandemi.
Dampaknya terasa hingga ke pasar modal di mana pada tahun 2021 saham-saham berbasis teknologi menjadi primadona. Tercatat sepanjang tahun 2021 sektor IDX technology menguat 380,4% jauh mengalahkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya menguat 10% saja.
Sebut saja DCII (PT DCI Indonesia Tbk) saham data center Indonesia besutan Toto Sugiri yang melesat hingga 10.370,24% dari harga IPO-nya. Masuknya Anthoni Salim, Bos Indofood, dengan kepemilikan atas DCII sebesar 11% turut menambah semarak.
Di posisi kedua ada PT Allo Bank Tbk (BBHI) yang melesat 4.386,66%, diikuti oleh PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) yang naik 2.742%. Berikutnya ada PT MNC Studios International Tbk (MSIN) dengan kenaikan 1.290,40%, dan PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) tumbuh 1.052,54%.
Apakah kejayaan saham-saham teknologi akan berlanjut di tahun 2022?
Prospek Saham Teknologi
Tahun 2022 bagi saham-saham teknologi mungkin tidak akan sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini lantaran terdapat katalis positif yang berbeda dengan yang ada di tahun 2021. Tahun ini mungkin saja lebih semarak karena didorong dari dalam dengan berbagai kebijakan akomodatif dari pihak penyelenggara. Kamu juga bisa melakukan pertimbangan dengan memahami tantangan yang datang bagi sektor teknologi sebagaimana yang akan dijelaskan berikut.
Katalis Positif Bagi Saham Teknologi
1. Kenaikan laba bersih
Investor masih memantau realisasi penjualan yang meningkat diiringi kenaikan laba bersih sepanjang pandemi di Annual Report 2021 yang dirilis di sepanjang Kuartal 1-2022 ini. Sektor teknologi memang menjadi sektor yang diuntungkan selama pandemi Covid-19 karena penggunaan akan teknologi meningkat pesat selama periode ini.
Kenaikan laba bersih selalu menjadi magnet tersendiri, menjadi daya tarik bagi mereka yang menginginkan keamanan dalam berinvestasi maupun trading. Karena sektor teknologi adalah salah satu sektor yang mendapat berkah selama pandemi maka sektor ini pastinya cukup menarik di mata investor.
2. Sentimen dari rencana IPO para Startup Unicorn dan Centaur
Salah satu penopang prospek saham teknologi adalah rencana Initial Public Offering (IPO) jumbo perusahaan-perusahaan rintisan alias Startup seperti GoTo, Traveloka, Tiket.com dan SiCepat. Hal ini disinyalir menarik karena Startup pada umumnya sesuai dengan selera pasar.
Para penyelenggara sendiri sangat menyambut kedatangan Startup-startup berskala Centaur, Unicorn dan Decacorn untuk bisa listing di bursa dengan melakukan penyesuaian kebijakan. Sehingga dalam 2-3 tahun ke depan diharapkan akan ada banyak perusahana rintisan yang listing.
3. Respon positif investor akan saham-saham teknologi
Antusiasme pasar terhadap saham-saham bertemakan digital dan teknologi sejauh ini cukup baik terutama di tahun 2021. Bahkan hingga Maret tahun 2022 saja saham BUKA dan EMTK yang termasuk ke dalam indeks saham tekno masuk ke dalam 10 saham dengan volume transaksi terbesar di bursa dan menjadi saham dengan kapitalisasi pasar terbesar nomor 10 di bursa.
Secara jangka panjang prospek saham-saham ini dinilai cerah karena ruang ekspansinya yang masih sangat besar di Indonesia. Indonesia memang masih berada dalam tahap awal pengenalan investasi saham-saham teknologi dan oleh karenanya masih sangat berpotensi untuk dijajaki.
Memilih saham-saham teknologi di Indonesia juga tidak sesulit di Amerika Serikat (AS) karena jumlah saham-saham teknologinya juga tidak sebanyak disana.
Indeks Tekno sampai dibuat khusus untuk kumpulan saham-saham teknologi yang semula digolongkan pada sub sektor “Komputer dan jasa”. Wajar saja sebab dengan melantainya Bukalapak dan GoTo, entitas gabungan Gojek dan Tokopedia, di bursa maka komposisi sektor teknologi di bursa akan berada di kisaran 16% dan akan semakin besar lagi seiring masuknya perusahaan teknologi lain ke bursa.
Jika sudah sangat besar komposisinya terhadap IHSG maka tidak menutup kemungkinan jika di kemudian hari di Indonesia bisa saja dibuat khusus sebuah bursa yang berisikan saham-saham teknologi saja seperti halnya bursa Nasdaq di Amerika Serikat.
Katalis Negatif Bagi Saham Teknologi
– Rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed
Membaiknya ekonomi dibandingkan dengan situasi di tahun 2020 membuat publik mengantisipasi kenaikan suku bunga oleh The Fed di Amerika Serikat. Surat hutang Amerika Serikat yang dinilai memiliki keamanan nomor satu di dunia tentu menjadi semakin menarik dengan meningkatnya suku bunga yang diterjemahkan sebagai kenaikan keuntungan.
Dan oleh karenanya Indonesia biasanya latah dengan ikut menaikkan suku bunga setelah The Fed menyatakan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Diharapkan dengan ikut naiknya suku bunga di Indonesia maka investor bakal tetap betah menanamkan modalnya di Indonesia dan tidak perlu buru-buru mengalihkan dananya ke negeri Paman Sam.
Akan tetapi kenaikan suku bunga juga akan menimbulkan masalah baru, yakni kenaikan biaya pinjaman alias bunga utang perbankan. Hal ini tentu saja dapat menekan laba saham-saham di sektor teknologi dan saham digital lainnya.
Yang mesti disadari adalah bahwa yang terdampak oleh kenaikan suku bunga bukan hanya saham-saham di sektor teknologi saja. Bukankah nyaris semua emiten memiliki utang berbunga ke lembaga perbankan? Oleh karenanya katalis negatif ini semestinya tidak serta-merta hanya akan diderita oleh sektor teknologi saja.
Yang perlu digarisbawahi, emiten-emiten teknologi khusunya Startup biasanya memperoleh pendanaan utamanya dari angel investor alih-alih dari perbankan semata. Dan kita tahu bahwa para investor biasanya menerima keuntungan dari investasinya di Startup tidak berdasarkan suku bunga mengambang.
Penutup
Prospek saham teknologi di tahun 2022 didorong oleh beberapa katalis positif dan sedikit katalis negatif. Semoga pembahasan prospek saham teknologi di atas dapat kamu jadikan bahan pertimbangan sebelum membeli saham-saham teknologi. Semoga membantu!