Saham

Mengintip 4 Portofolio Saham Milik Benny Tjokro

portfolio saham perlu dikenali profil risikonya agar tidak terjebak saham gorengan

Ajaib.co.id – Akhir 2019, kasus Jiwasraya menghebohkan negara. Jiwasraya terindikasi melakukan korupsi dan gagal bayar tersebut menyeret nama Benny Tjokro. Siapa ia dan apa saja portofolio saham sang pengusaha?

PT Asuransi Jiwasraya (Persero) telah bermasalah sejak 2006. Saat itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian BUMN memperlihatkan bahwa ekuitas persero minus Rp 3,29 triliun (CNNIndonesia.com, 08/01/2020).

Namun puncak masalah muncul sejak akhir 2019 dan menyeret direksi, pengusaha, hingga Manajer Investasi (MI). Benny Tjokrosaputro adalah salah satunya. Kejaksaan Agung menangkap Benny karena dugaan melanggar Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi dalam tubuh Jiwasraya, CNBCIndonesia.com (14/01/2020).

Sosok Benny Tjokro

Benny Tjokrosaputro merupakan Komisaris Utama PT Hanson International Tbk asal Solo, Jawa Tengah. Cucu Kasom Handoko Tjokrosaputro, pendiri Batik Keris, masuk dalam daftar 50 orang terkaya Indonesia versi Forbes pada 2018, dengan kekayaan USD670 juta atau sekitar Rp9,6 triliun (kurs Rp14.400) (Kontan.co.id, 14/01/2020).

Meski sempat diminta sang ayah menangani bisnis keluarga, Benny justru lebih tertarik dengan bisnis di bidang keuangan dan properti. Awal ia tertarik pada bidang keuangan, ketika masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

Kala itu, ia diajak teman-temannya membeli saham. Portofolio saham pertamanya adalah PT Bank Ficorinvest Tbk, saat perusahaan melakukan penawaran saham perdana. Meski sang ayah tak menyetujui langkah anaknya, Benny tetap berkutat dengan saham. Bahkan strategi investasinya sering menjadi rujukan trader dalam mengelola portofolio saham.

Pada akhirnya, Benny Tjokro meneruskan bisnis ayahnya di bawah bendera Hanson International. Yang dulunya pabrik garmen berdiri sejak 1971, tetapi diubah Benny menjadi perusahaan properti pasca krisis moneter 1998. Namun perusahaan telah melantai di bursa saham sejak 31 Oktober 1990 dengan kode emiten MYRX.

Portofolio Saham Benny Tjokro

Di MYRX, Benny memiliki sekitar saham 8%, berdasarkan laman IDX.co.id. Namun sahamnya tak hanya itu saja. Berikut ini portofolio saham sang pengusaha dilansir dari BigAlpha.id (16/01/2020).

MYRX

MYRX merupakan perusahaan properti dengan luas lahan lebih dari 4.900 hektar tersebar di Jabodetabek. Proyek pengembangan kawasan permukiman perusahaan adalah Citra Maja Raya 1 dan 2, Forest Hill, dan Millennium City.

Saat ini, seluruh kegiatan usaha perusahaan dilakukan oleh anak perusahaan bernama PT Mandiri Mega Jaya (MMJ). MMJ membawahi 16 anak usaha yang juga bergerak di bidang properti.

Jiwasraya dan Asabri adalah dua perusahaan milik negara yang membeli saham MYRX dalam jumlah besar. Namun harga saham terjun bebas yang membuat portofolio saham milik Jiwasraya dan Asabri memerah. Pada 16 Januari lalu, harga saham berada pada level Rp50 per lembar.

MABA

Portofolio saham Benny berikutnya adalah PT Marga Abhinaya Abadi Tbk. (MABA). Ini adalah perusahaan properti dan real estate yang memiliki Samali Hotel serta mengelola kantor dan apartemen di berbagai daerah.

Saat awal perusahaan berada di bursa, harga saham MABA Rp112. Kemudian sempat melejit Rp2.090, tetapi pertengahan Januari tahun ini merosot menjadi Rp50 per lembar saham. Sedangkan kepemilikan saham Benny sebesar 5,25 %.

SIMA

PT Siwani Makmur Tbk. (SIMA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai kemasan, bahan makanan, obat-obatan, hingga perlengkapan rumah tangga. Pada Juni 1994, perusahaan melakukan penawaran pertama dengan harga Rp2.075. Namun pertengahan Januari, harga merosot tajam ke level Rp50. Dan, Benny memiliki 5,67 % saham SIMA.

NUSA

PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA) adalah perusahaan bergerak di bidang jasa pariwisata, hotel, dan restoran. Perusahaan didirikan pada 30 Mei 2014 dan berkantor pusat di Yogyakarta.

Dalam menjalankan usaha, perusahaan mengelola hotel Lafayette Boutique Hotel Yogyakarta dan mengelola akuisisi PT Mulia Manunggal Karsa yang memiliki aset tanah sekitar 20 hektar di Batam. Rencananya, tanah tersebut akan dikembangkan menjadi kompleks hunian eksklusif.

Perusahaan melakukan penawaran perdana pada Juni 2018, dengan harga saham Rp150 per lembar. Harga saham sempat meroket menjadi Rp540, tetapi anjlok ke level Rp50 pada pertengahan Januari.

Di NUSA, Benny adalah pemegang saham terbesar plus komisaris utama perusahaan. Ia mempunyai 646 miliar lembar saham atau sekitar 83,93% dari saham yang beredar.

Fundamental Kurang Baik

Mengapa harga saham yang dimiliki oleh Benny anjlok? Menurut Teguh Hidayat, Direktur Avere Investama, perusahaan tersebut memiliki fundamental yang kurang baik dan sektor properti masih lesu sepanjang 2020 (Kompas.com, 16/01/2020).

Selain itu, kasus penahanan Benny karena kasus dugaan korupsi merupakan sentimen negatif di pasar modal. Sehingga harga saham tersebut untuk naik cukup sulit. Bahkan MYRX disebut sebagai saham gorengan atau berkualitas tidak bagus.

Jangan Terjebak Saham Gorengan

Buat kamu yang baru atau berencana berinvestasi di pasar modal, jangan terjebak saham gorengan. Tak sedikit investor pemula yang membeli saham tipe ini. Apa cirinya?

Salah satu ciri khas saham gorengan yang mampu menggoda investor agresif adalah kenaikan harga signifikan dalam beberapa hari hingga bulan (Kompas.com, 17/02/2020). Alhasil melihat imbal hasil yang tinggi membuat investor yang ragu-ragu membeli saham tersebut.

Jika kenaikan harga saham dianggap Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak wajar, maka BEI berhak memasukkan nama saham ke daftar Unusual Market Activity (UMA), CNBCIndonesia.com (02/01/2020). Daftar UMA tersebut merupakan catatan bagi investor dan trader sebelum bertransaksi.

Jadi ketika berinvestasi, kamu harus memilih saham berfundamental baik. Buat kamu yang ingin mengetahui informasi seputar saham, mulai dari Ajaib yang sudah terdaftar dan diawasi Indonesia Stock Exchange (IDX). Untuk kamu yang masuk pada investor moderat yang sukanya main aman, kenali dulu profil risiko dalam kumpulan aset investasi.

Artikel Terkait