Saham

Contoh Saham Gorengan yang Membuat Jiwasraya Rugi Triliunan

contoh saham gorengan

Ajaib.co.id – Apakah kamu butuh contoh saham gorengan dan ciri-ciri untuk mengenalinya? Jika iya, kamu ada di artikel yang tepat. Pasalnya, redaksi Ajaib akan mengulasnya di bawah ini.

Saham gorengan merupakan istilah yang digunakan para investor ritel Indonesia untuk saham-saham yang memiliki pergerakan harga tidak wajar, yang melampaui kewajaran fundamentalnya. Pergerakan yang tidak wajar tersebut terjadi karena ulah pemodal besar (bandar).

Diberikan istilah gorengan karena memiliki sifat cepat panas, dan cepat dingin, sama seperti gorengan yang untuk dimakan, saham gorengan tidak boleh untuk kamu pertahankan lebih lama.

Selain itu, juga merujuk pada efeknya ke tubuh. Gorengan sesekali dimakan enak, tapi kalau terlalu banyak bisa bikin kolesterol, bisa disamakan dengan valuasi harga saham yang bisa anjlok drastis dalam waktu singkat.

Saham gorengan menggoda para investor dengan iming-iming keuntungan yang besar meskipun dana yang dikeluarkan cenderung kecil. Seorang investor saham pemula, mungkin akan tertarik ketika melihat profit saham tersebut.

Di Amerika, saham yang memiliki karakteristik saham gorengan ini disebut third liner stocks (saham lapis tiga), junk stocks (saham sampah) atau penny stocks (saham kapitalisasi kecil).

Ciri-Ciri Saham Gorengan

Masuk ke Dalam Daftar Unusual Market Activity (UMA)

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) biasanya akan menegur jenis saham tersebut, karena kenaikannya yang ekstrim yang terjadi lebih dari dua hari. Yang dimaksud ekstrim disini adalah kenaikan yang terjadi hingga batas terbesar harian (auto reject atas, ARA), baik 20%, 25%, atau 35% per hari, tergantung dari harga sahamnya.

Volume dan Nilai Transaksi Harian Tidak Wajar

Saham gorengan biasanya masuk kategori lapis dua atau saham lapis tiga karena memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, namun volume dan nilai transaksi hariannya sangat tinggi dibanding perusahaan sejenis, bahkan menyamai transaksi saham unggulan (blue chip).

Kapitalisasi pasar adalah ukuran besarnya sebuah perusahaan, didapatkan dari jumlah saham beredar perseroan dikalikan harga pasarnya. Untuk membandingkan sebuah perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain yang sejenis, sebaiknya memperhatikan juga kapitalisasi pasarnya karena selisih yang terlalu jauh akan menyebabkan perbandingan kedua saham kurang berimbang.

Bid dan Offer Tidak Wajar

Bid dan offer adalah ketentuan pasar saham yang mewakili penawaran dan permintaan untuk suatu saham. Harga Bid mewakili harga tertinggi yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk suatu saham. Harga Offer merupakan harga terendah di mana pemegang saham bersedia untuk menjual sahamnya.

Nah, di dalam saham gorengan antrian Bid dan Offer terbilang sepi. Dimana yang melakukan antrian beberapa puluh orang saja. Antriannya tidak rata sehingga memudahkan bandar menaikkan harga sahamnya.

Selain itu saham gorengan biasanya memiliki spread bid dan offer yang jauh. Ini menunjukkan bahwa saham tidak likuid dan sangat mudah untuk di goreng.

Kinerja Keuangan dan Informasi Emiten Tidak Sejalan Dengan Kenaikan Harga

Pergerakan harga yang ekstrim dan tidak karuan membuat saham gorengan tidak sejalan dengan kinerja keuangan, atau tidak disertai dengan pemberitaan dan informasi dari internal emiten.

Kadang kinerja keuangannya tumbuh 50%, tetapi tidak jarang justru menciut atau kinerjanya turun lebih dari 50% ketika harganya naik kencang tak henti-hentinya, sehingga kenaikan harga saham seringkali tidak beriringan dengan kinerja dan aksi korporasi yang diumumkan emiten.

Tidak Dapat Dianalisis

Kondisi keuangan saham gorengan tidak setinggi kenaikan harga sahamnya di pasar, rasio keuangan dan valuasi saham gorengan biasanya terlalu tinggi dibandingkan pesaing terdekatnya, atau bahkan tidak masuk akal. Hal ini yang menyebabkan saham gorengan sangat sulit untuk dianalisis secara fundamental.

Secara teknikal pun saham jenis ini tidak dapat dianalisis. Pergerakan saham gorengan fluktuasinya terlalu tinggi atau justru jarang ditransaksikan sehingga tidak muncul indikator analisis teknikalnya sama sekali.

Contoh Saham Gorengan

Salah satu contoh saham gorengan dapat ditemukan pada kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang sempat viral. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan bahwa BUMN sektor jasa asuransi ini mengalami indikasi kerugian sebesar Rp10 triliun akibat investasi pada saham gorengan. Ada tiga saham yang terlibat dalam kasus Jiwasraya.

1. Saham Inti Agri Resources, Tbk. (IIKP)

Saham PT Inti Agri Resources, Tbk (IIKP) menjadi pilihan investasi Jiwasraya dengan harapan dapat meraih untung, ternyata justru bikin tekor.

PT Inti Agri Resources berdiri pada 16 Maret 1999 memiliki kegiatan usaha di bidang perikanan, perdagangan dan perkebunan. Perusahaan ini mulai menawarkan saham perdana alias IPO pada 20 Oktober 2002 dengan harga Rp 450 per lembarnya.

Tercatat, saham IIKP sekarang dimiliki PT ASABRI (Persero) sebesar 11,58 persen dari total saham beredar, PT Maxima Agro Industri sebesar 6,30 persen, dan masyarakat sebesar 82,12 persen.

2. Saham SMR Utama, Tbk. (SMRU)

Contoh saham gorengan selanjutnya saham dari emiten PT SMR Utama, Tbk (SMRU). Dari informasi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT SMR Utama, Tbk. berdiri pada 11 November 2003, menjalankan kegiatan di subsektor pertambangan batu bara (coal mining).

Emiten ini IPO pada 10 Oktober 2011 dengan harga per lembarnya Rp 600. Saat ini harga sahamnya berada di angka Rp 50 per lembar.

Saham SMRU menurut catatan sekarang dimiliki PT Trada Alam Minera, Tbk. (TRAM) sebesar 52,30 persen dari total keseluruhan saham, PT ASABRI (Persero) sebesar 6,61 persen, dan masyarakat sebesar 41,08 persen.

3. Saham Alfa Energi Investama, Tbk. (FIRE)

Contoh saham gorengan yang tercatat dimiliki Jiwasraya berikutnya adalah FIRE. Saham FIRE adalah saham dari emiten PT Alfa Energi Investama, Tbk. Perusahaan ini diketahui berdiri pada 16 Februari 2015 dengan ruang lingkup kegiatan usaha meliputi bidang pertambangan batu bara, perdagangan dan pengangkutan.

Alfa Energi Investama mulai menawarkan sahamnya kepada publik sejak 9 Juni 2017. Saat itu harga sahamnya per lembar ditawarkan di angka Rp 500. Saat ini saham FIRE berada di angka Rp 114-an (per 14 Mei 2020).

Saat ini lembaran saham FIRE yang beredar dimiliki Aris Munandar (Direktur Utama) dengan persentase 40,72 persen, PT ASABRI (Persero) sebesar 15,63 persen, masyarakat sebesar 43,65 persen, dan PT Kencana Prima Mulia.

Itulah ciri-ciri sejumlah saham gorengan dan contohnya yang didapat dari kesalahan investasi Jiwasraya. Semoga kamu bisa mengambil pelajaran dari kasus Jiwasraya, yang diyakini sudah terjadi sejak tahun 2000-an.

Bijaklah dalam memilih aset investasi, jangan tergiur dengan iming-iming keuntungan besar dan cepat, karena biasanya yang seperti itu akan menimbulkan masalah pada akhirnya.

Artikel Terkait