Analisis Saham, Saham

Membedah Saham SMCB: Emiten di Industri Semen

Sumber: Solusi Bangun Indonesia

Ajaib.co.id – PT Solusi Bangun Indonesia Tbk dengan kode saham SMCB merupakan perusahaan yang bergerak di sektor pembuatan dan distribusi semen. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1971 ini sudah beberapa kali berganti nama dari PT Semen Cibinong Tbk, PT Holcim Indonesia Tbk, lalu menjadi PT Solusi bangun Indonesia Tbk.

Kegiatan bisnis SMCB meliputi pengoperasian pabrik semen, beton, serta aktivitas lain yang masih berhubungan dengan industri semen. Selain itu, SMCB juga mengoperasikan sejumlah tambang agregat di Indonesia serta jaringan pabrik batching campuran yang siap pakai melalui anak perusahaannya, PT Holcim Beton.

Saat ini perusahaan memiliki empat pabrik semen dengan total kapasitas produksi sampai tahun 2019 mencapai 14,37 juta ton per tahun. Saham SMCB pertama kalinya mencatatkan nama di bursa saham melalui IPO pada tahun 1977 sebanyak 178.750 lembar saham dengan nilai Rp1.000 per lembar saham.

Mayoritas pemilik saham dipegang oleh PT. Semen Indonesia Industri Bangunan sebesar 98,31% dengan nilai Rp3.766.574.444.000. Sementara 1,69% kepemilikan dengan nilai Rp64.875.556.000 dipegang oleh publik. Di mana, market cap saham SMCB saat ini mencapai Rp13,10 triliun.

Kinerja Keuangan Berdasarkan Laporan Keuangan Terakhir

Kinerja keuangan SMCB hingga kuartal ketiga tahun 2020 tumbuh sangat positif. Hal tersebut tampak pada lonjakan laba sebesar 120,8 persen dari Rp198,52 miliar di periode sama tahun sebelumnya menjadi Rp438,50 miliar. Akan tetapi, pendapatan yang diraih harus turun tipis sebesar 5,21 persen YOY menjadi Rp7,33 triliun dari Rp7,73 triliun

Lonjakan laba ini diraih karena beban dan biaya yang mengalami penurunan. Di mana, beban pokok pendapatan turun 8,80 persen menjadi Rp5,28 triliun, beban distribusi turun 8,18 persen menjadi Rp489,59 miliar, dan beban penjualan turun 2,55 persen menjadi Rp213,83 miliar. Selain itu, penjualan yang diraih SMCB didominasi oleh penjualan semen sebesar Rp6,74 triliun.

Ditambah penjualan beton sebesar Rp483,15 miliar, pendapatan agregat sebesar Rp50,12 miliar, serta jasa konstruksi lain sebesar Rp61,62 miliar. Adapun kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan di kuartal ketiga tahun 2020:

Komponen Laba30 September 202030 September 2019
Pendapatan7,33 triliun7,73 triliun
Laba bersih438,50 miliar198,52 miliar
Beban pokok5,28 triliun5,79 triliun

Sementara untuk rasio keuangan dari saham SMCB di kuartal ketiga tahun 2020, di antaranya sebagai berikut:

Rasio30 September 202030 September 2019
ROA2,9%0,9%
ROE7,9%2,7%
NPM6%1,7%
DER175%96%

Dari perbandingan rasio ini dapat disimpulkan bahwa bisnis dari saham SMCB tengah meningkat di tahun 2020. Di mana, ROA dan ROE yang meningkat jika dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya sehingga perseroan dapat meraih laba di kuartal ketiga tahun 2020.

Riwayat Kinerja Keuangan

Jika dilihat dari kinerja keuangan saham SMCB dalam 5 tahun terakhir, terus mengalami kenaikan dari segi penjualan. Hanya saja, laba dalam 5 tahun terakhir kurang memuaskan. Berikut kinerja keuangan SMCB:

Komponen20152016201720182019
Pendapatan9,23 triliun9,45 triliun9,38 triliun10,37 triliun11,05 triliun
Laba bersih175 miliar284 miliar863 miliar780 miliar499 miliar
Jumlah aset17,37 triliun19,76 triliun19,62 triliun18,66 triliun19,56 triliun

Dapat dilihat penjualan dari SMCB yang terus meningkat setiap tahunnya, namun dari sisi laba mengalami naik turun hingga tahun 2019.

Riwayat Pembagian Dividen

Saham SMCB merupakan emiten yang rajin membagikan saham setiap tahunnya. Dalam 5 tahun terakhir, berikut jumlah dividen yang dibagikan kepada para pemegang sahamnya:

TahunDividen Per SahamJumlah
201615114 miliar
2017 304,921,81 triliun
2018135,83805,67 miliar
2019207,641,23 triliun
20203,624,95 miliar

Dari jumlah pembagian dividen setiap tahunnya menggambarkan kinerja laba yang didapatkan perseroan di setiap tahunnya. Bagi investor yang memfokuskan keuntungan investasi dari pembagian dividen, saham SMCB bisa menjadi pilihan yang tepat.

Prospek Bisnis SMCB

SMCB tampaknya semakin membuka lebar bisnis dengan bertambahnya pemegang saham baru yang berasal dari Jepang melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebesar Rp3 triliun. Pemegang saham baru ini adalah perusahaan semen Jepang, Taiheiyo Cement Corporation. Di mana, aksi korporasi ini adalah lanjutan dari kerja sama keduanya yang akan dilakukan pada Juli 2021 mendatang.

Pihak SMCB menyampaikan bahwa perseroan sudah menandatangani perjanjian pengalihan dan penyertaan modal dengan TCC pada 26 Januari 2021 lalu. Selain itu, SMCB juga menandatangani perjanjian induk jual beli semen dengan TCC. Penambahan modal ini diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan serta pengembangan kegiatan usaha.

Setelah transaksi tersebut selesai dilaksanakan, SMCB akan menjadi afiliasi Taiheiyo Cement dan pihak TCC akan mengirimkan perwakilan direksi serta komisioner untuk ditempatkan di SMCB. Diharapkan kemitraan dengan TCC juga akan mempengaruhi beberapa hal baik seperti produksi semen beserta turunannya, sumber daya alam, lingkungan hidup, perdagangan semen, bahan bangunan, serta penelitian dan pengembangan.

Selain itu, pabrik SMCB yang ada di Tuban dengan kapasitas 3 juta ton per tahun akan mendapatkan pendanaan dalam meningkatkan pengiriman ke Amerika Serikat sebanyak 500 ribu ton semen per tahun. Permintaan dari Amerika Serikat diprediksi akan terus meningkat sehingga untuk permulaan pengiriman dimulai dari level 500 ribu ton per tahun.

Kesimpulan Berdasarkan Harga Saham

Kinerja saham SMCB dalam seminggu terakhir tampak melemah. Berdasarkan PER dan PBV saham SMCB berada di level 20.13 kali dan 1.73 kali. Walaupun begitu, kinerja keuangan perseroan tampak memuaskan sehingga masih bisa menjadi pilihan. Ditambah dengan sektor bisnis yang menjanjikan serta rencana bisnis di tahun ini yang tampak positif karena adanya suntikan modal dari investor baru.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait