Investasi

Memahami Seluk Beluk MTN (Medium Term Note)

Sumber: Pexels

Ajaib.co.idSurat utang jangka menengah atau Medium Term Note (MTN) bisa menjadi salah satu instrumen investasi yang menarik bagi Anda. Imbal hasil yang cukup kompetitif dan tenor tak terlalu panjang menjadi daya tarik utama. Tetapi, apa saja risikonya?

Dilansir dari Investopedia.com, Medium Term Note adalah surat utang yang biasanya memiliki jangka waktu jatuh tempo selama 1 tahun hingga 10 tahun. Berbeda dengan obligasi, surat utang ini bisa ditawarkan secara terus berkelanjutan oleh korporasi tanpa perlu melakukan proses legal tambahan. Investor juga akan mendapatkan keleluasaan memilih tenor Medium Term Note yang ditawarkan.

Sesuai dengan namanya, surat utang ini memiliki karakteristik investasi untuk jangka menengah. Jika dibandingkan dengan jenis investasi fixed income lainnya seperti obligasi, Medium Term Note biasanya memiliki kupon yang lebih besar untuk dalam jangka waktu yang sama. Hal inilah yang biasanya menjadi daya tarik utama bagi investor.

Di sisi lain, bagi sebuah perusahaan, merilis Medium Term Note tentunya dilakukan untuk mencari pendanaan segar. Utamanya, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan arus kas perusahaan secara konstan. Kelebihannya, korporasi bisa terus menawarkan MTN ini secara berkelanjutan tanpa harus lagi melakukan proses legal ke regulator terkait, berbeda dengan penerbitan obligasi.

Dikutip dari kompas.com, meski memiliki karakteristik yang berbeda, tak menutup kemungkinan sebuah perusahaan merilis obligasi dan Medium Term Note pada waktu yang bersamaan. Hal ini tentunya akan disesuaikan dengan kebutuhan dan profil risiko kredit dari masing-masing perusahaan tersebut.

Untuk memahami lebih jauh instrumen ini, kita juga perlu memahami jaminan yang menyertai penerbitan Medium Term Note. Di sinilah perbedaan yang paling mencolok antara Medium Term Note dan Obligasi. Pasalnya, jaminan MTN umumnya berbentuk clean basis atau tanpa jaminan khusus. Biasanya jaminan yang dimaksud bukan berupa aset perusahaan yang telah dijadikan jaminan.

Hal lain yang juga perlu dipahami adalah metode penawarannya yang berlaku di Indonesia. Jika obligasi ditawarkan melalui mekanisme penawaran umum, MTN ditawarkan secara terbatas. MTN hanya maksimal dimiliki oleh 49 pihak saja. Proses penawarannya juga lebih sederhana dan tidak seketat penerbitan obligasi, karena MTN biasanya hanya ditawarkan ke sejumlah pihak tertentu.

Kupon atau imbal hasil yang akan diterima oleh pemegang MTN, biasanya sejalan dengan tenornya. Sebagai contoh, surat utang dengan jangka waktu 5 tahun biasanya akan memberikan kupon lebih besar dibandingkan surat utang dengan jangka waktu 2 tahun.

Selain tenor, besaran kupon juga akan dipengaruhi oleh rating yang diberikan oleh perusahaan pemeringkat efek. Semakin bagus rating yang didapatkan, biasanya semakin kecil kuponnya. Namun, secara umum, karena proses penawaran dan karakteristiknya yang lebih terbatas, MTN biasanya menawarkan bunga yang lebih besar dibandingkan obligasi.

Secara teori, MTN sebagai surat utang juga bisa diperdagangkan di pasar sekunder layaknya obligasi. Sayangnya, pada praktiknya hal ini jarang terjadi. Hanya obligasi pemerintah seri FR yang benar-benar aktif diperdagangkan. Obligasi korporasi, apalagi MTN, jarang sekali diperdagangkan.

Bagi Anda yang berminat untuk investasi di MTN, mungkin sekarang Anda bertanya berapa besar biaya investasi minimum yang diperlukan. Jawabannya adalah pasti lebih tinggi dari obligasi. Jika obligasi ritel biasanya memerlukan investasi minimum Rp5 juta, obligasi seri FR minimum Rp1 miliar, MTN memiliki investasi minimum Rp5 miliar atau puluhan miliar.

Jika Anda tidak memiliki dana sebesar itu untuk membeli MTN, tidak usah ragu. Pasalnya, MTN juga menjadi bagian dari portofolio sejumlah reksa dana. Biasanya reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana terproteksi memiliki MTN sebagai salah satu portofolio mereka, sesuai dengan regulasi dan kebijakan masing-masing manajer investasi.

Pada instrumen reksa dana pendapatan tetap obligasi yang memiliki likuiditas lebih baik biasanya menerima alokasi investasi yang paling besar. Kalaupun ada MTN dalam portofolio reksa dana ini, biasanya jumlahnya sedikit sekali. Sementara itu, untuk reksa dana terproteksi yang tidak terlalu mementingkan likuiditas memiliki potensi yang lebih besar untuk mengoleksi MTN.

Dari sisi kebijakan investasi, reksa dana pendapatan tetap dibatasi hanya boleh menempatkan dana kelolaan di satu instrumen non-obligasi pemerintah sebesar 10%. Sementara itu, reksa dana terproteksi dibolehkan menempatkan dana kelolaan hingga 100 persen pada satu instrumen dari satu perusahaan.

Dari karakteristik tersebut, maka risiko yang lebih besar sebenarnya ada pada reksa dana terproteksi yang memiliki MTN dibandingkan reksa dana pendapatan tetap. Pasalnya, portofolio MTN pada reksa dana pendapatan tetap bisa jadi sangat kecil sehingga jika terjadi gagal bayar tidak akan memberi dampak signifikan.

Sebaliknya, reksa dana terproteksi yang dibolehkan memfokuskan investasinya di satu instrumen saja, bisa sangat berisiko jika terjadi gagal bayar MTN. Tentu hal ini dapat terjadi jika reksa dana terproteksi tersebut hanya berinvestasi di MTN tersebut.

Oleh karena itu, saat berinvestasi pada reksa dana terproteksi, investor harus berfokus pada risiko gagal bayar perusahaan penerbit MTN dan Obligasi. Pihak yang menawarkan seperti Bank Agen Penjual atau Manajer Investasi tidak memberikan jaminan apapun kepada Anda apabila terjadi gagal bayar.

Sementara itu, jika Anda berinvestasi pada reksa dana pendapatan tetap, tentunya risiko gagal bayar tetap ada walaupun lebih kecil karena terdiversifikasi. Namun, karakteristiknya yang dapat diperjualbelikan setiap saat, harga reksa dana dapat berfluktuasi.

Selain itu, sebagai investor Anda juga perlu memahami bahwa apabila suku bunga acuan mengalami kenaikan, maka hal ini dapat menyebabkan harga reksa dana pendapatan tetap turun, begitu pula sebaliknya. Untuk itu, investor perlu memperhatikan perubahan data makro ekonomi seperti suku bunga dan inflasi, dan tentunya risiko penurunan harga.

Jika Anda ingin memulai dan mempelajari lebih lanjut tentang investasi, khususnya reksa dana dan saham, Anda bisa melakukannya dengan menggunakan aplikasi Ajaib! Aplikasi ini telah mendapatkan izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mulailah investasi Anda di Ajaib, segera!

Sumber: Ini Perbedaan Obligasi dan MTN yang Menjadi Aset Dasar Reksa Dana dan Medium Term Note (MTN), dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait