Bisnis & Kerja Sampingan

Mayapada Group dan Konglomerasi Bisnisnya

Sumber: Mayapada Group

Ajaib.co.id – Mayapada Group merupakan salah satu konglomerasi bisnis terbesar di Indonesia. Didirikan pada tahun 1986 oleh Dato Sri Tahir, awalnya bisnis yang ia geluti adalah perdagangan pakaian dan manufaktur tekstil.

Dewasa ini, Mayapada lebih dikenal karena industri perbankannya yakni Bank Mayapada. Nah, Mayapada Group sebenarnya masih sangat erat hubungannya dengan Lippo Group mengingat istri dari Dato Sri Tahir adalah Rosy Riady, anak dari taipan dan pendiri Lippo Group, Mochtar Riady. 

Selain dari bisnis perbankan, Mayapada Group juga terkenal dengan bisnis rumah sakit, hotel dan real estate, retail hingga media. Tak ketinggalan, Mayapada Group juga memiliki yayasan bernama Tahir Foundation dengan visi memberikan kesetaraan pelayanan kesehatan dan edukasi untuk Indonesia yang lebih baik. 

Nah, untuk lebih memahami berbagai bisnis yang dijalankan oleh salah satu grup bisnis paling besar di Indonesia ini, yuk simak penjelasannya berikut ini.  

Finansial

Tulang punggung dari bisnis layanan finansial Mayapada Group adalah Mayapada Bank atau PT Bank Mayapada Internasional Tbk yang juga merupakan perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia dengan kode emiten MAYA. Bank tersebut kini memiliki 190 cabang dengan target nasabah pemilik usaha kecil dan menengah yang dinilai akan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Dikutip dari Kontan, baru-baru ini Dato Sri Tahir menambah modal untuk Bank Mayapada melalui suntikan dana sebesar Rp1 triliun yang dilakukan sebagai bagian dari upaya pemilik Mayapada Group tersebut untuk memperkuat modal perseroan. 

Meskipun begitu, Mayapada Group bukanlah pemegang saham pengendali dari bank swasta tersebut mengingat baru-baru ini manajemen Bank Mayapada mengemukakan bahwa saat ini pemegang saham pengendali perusahaan yakni Cathay Financial Holding berencana untuk memperbesar komposisi kepemilikan saham saham diatas 40 persen. 

Skema yang rencananya akan diambil perusahaan asal Taiwan tersebut adalah penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue. Adapun, Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menyebut proses uji tuntas atau due diligence terhadap Cathay Financial Holding hanya tinggal menunggu hari. 

Berdasarkan kinerja fundamentalnya, kinerja Bank Mayapada selama periode pandemi juga kurang memuaskan. Sepanjang semester pertama tahun 2020, Mayapada Bank mencatatkan penurunan pendapatan bunga berikut dengan laba bersih masing-masing menjadi Rp2,55 miliar dan Rp143,56 juta. 

Tidak ketinggalan, perseroan juga memiliki jaringan asuransi berpartner dengan  mitra internasional yakni Zurich Insurance dan Sompo Japan Nipponkoa General Insurance. 

Layanan Kesehatan

Berusaha menyasar segmen kelas menengah, Mayapada Group juga memiliki jaringan rumah sakit yakni PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk atau Mayapada Hospital. 

Melalui website resmi Mayapada Group, emiten rumah sakit berkode sandi saham SRAJ itu menargetkan akan membuka satu lagi rumah sakit baru di kawasan Kuningan, Jakarta Pusat yang kemudian akan menggenapi 4 unit usaha rumah sakit jaringan Mayapada Group. 

Hingga saat ini, jaringan Mayapada Group dari unit rumah sakit terdiri dari Mayapada Hospital Tangerang, Mayapada Hospital Jakarta Selatan, BMC Mayapada Hospital Bogor.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2020, perseroan masih saja menelan rugi tercermin dari rugi bersih periode berjalan sebesar Rp63 miliar yang diakibatkan oleh merosotnya pendapatan menjadi Rp476 miliar yang diakibatkan oleh tingginya beban usaha. 

Properti

PT Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO) adalah emiten properti milik Mayapada Group yang terbilang mampu membukukan kinerja yang apik pada semester pertama tahun ini akibat dari penjualan kantor sebesar Rp63,73 miliar.

Hal ini membuat Maha Properti Indonesia mencetak laba sebesar Rp15,62 miliar, berbanding terbalik dari rugi pada periode semester pertama tahun lalu sebesar Rp11,04 miliar. 

Jika dirunut, perusahaan ini pernah mengumumkan membatalkan rencana akuisisi dua anak usaha PT Hanson International Tbk (MYRX) dan PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO) yakni PT Mandiri Mega Jaya (MMJ) dan PT Hokindo Properti Investama (HPI) setelah mengetahui bahwa perusahaan tersebut terafiliasi dengan terdakwa skandal Jiwasraya Benny Tjokrosaputro. 

Berikutnya, perusahaan juga menilai kalau bisnis properti masih kurang prospektif pada tahun ini sehingga perseroan akhirnya mundur dari rencana ekspansi perusahaan. 

Pariwisata

Mayapada Group juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata meliputi penjualan produk bebas bea, retail, tiket dan voucher hotel yakni PT Sona Topas Tourism Industry Tbk. Kinerja perusahaan dengan kode sandi saham SONA tersebut juga terpantau cukup terpukul akibat dari penyebaran virus corona pada awal tahun 2020 ini, 

Dilihat dari laporan keuangan hingga akhir Juni 2020, perseroan mencatatkan penurunan penjualan 75,56 persen menjadi hanya Rp224,22 miliar. Pada akhirnya, perseroan mencatatkan rugi sebesar Rp64,52 miliar setelah sempat mencatatkan keuntungan sebesar Rp40,51 miliar.

Berdasarkan keterangan Bisnis.com, manajemen Sona Topas Tourism Industry menyatakan akan melakukan langkah efisiensi di tengah PSBB atau pembatasan sosial berskala besar di kawasan Jabodetabek sembari menunggu pemulihan aktivitas pariwisata di Bali yang juga berimbas terhadap kinerja perseroan.

Pihak perusahaan mengakui bahwa pandemi virus corona memang sangat memukul pendapatan perseroan mengingat gerai retail perseroan banyak berada di kawasan bandara sementara aktivitas penerbangan sempat hampir lumpuh pada awal periode penyebaran virus. 

Oleh sebab itu, perusahaan terus berusaha melakukan efisiensi demi menjaga keberlangsungan bisnis tetap bertahan di era pandemi seperti saat ini. 

Melihat dari konglomerasi bisnis Mayapada Group di atas, apakah kamu akhirnya memiliki keinginan untuk juga bisa mengecap keuntungan dari prospek bisnis masa depannya? Jika kamu memang sedang berpikir untuk berinvestasi di saham emiten Mayapada Group, maka mulai saja dulu dengan mempelajari pergerakan sahamnya melalui aplikasi investasi Ajaib.

Sumber: Tahir sudah kucurkan dana Rp 1 triliun untuk tambah modal Bank Mayapada dan Mayapada Hospital (SRAJ) Siap Buka 1 Rumah Sakit Baru, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait