Berita

Mata Elang yang Dibutuhkan Sekaligus Diresahkan

Ajaib.co.id – Profesi mata elang saat ini menjadi pembicaraan banyak orang karena aksinya yang dinilai meresahkan.

Bagi kamu yang belum mengetahuinya, profesi ini adalah jenis baru dari debt collector. Biasa disebut dengan matel untuk sebutan yang lebih singkat. Akhir-akhir ini sering dibicarakan di media karena sepak terjangnya yang semakin terlihat.

Di masa pandemi ini banyak orang yang terpaksa meminta bantuan pada pihak kreditur untuk meminjam uang dengan jaminan motor.

Ada lagi kasus di saat debitur tidak mampu membayar kredit motor yang seharusnya dibayarkan karena pemasukan yang menurun drastis. Akibatnya terpaksa berhadapan dengan debt collector.

Pekerjaan Berisiko dan Dibutuhkan Perusahaan Kreditur

Pihak bank atau lembaga keuangan lain, biasanya mempekerjakan debt collector untuk menagih utang. Mereka dibayar per proyek dengan sistem outsourcing. Keberadaannya sangat diandalkan oleh pihak bank atau lembaga keuangan lain.

Fungsi mereka adalah mencegah kredit macet yang diakibatkan mandeknya penerimaan tagihan dari kredit-kredit yang telah dilakukan.

Kredit macet adalah masalah yang sering dihadapi oleh pihak bank atau lembaga keuangan lain. Namun, dampaknya sangat besar apabila tidak diatasi dengan baik. Seperti krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun 1998, bank-bank sampai kolaps karena masalah kredit macet.

Pihak debt collector sering ditakuti dan kehadirannya dianggap mengganggu. Padahal sebenarnya mereka bukan bermaksud mengganggu, hanya memang ditugaskan untuk melakukan penagihan dari tagihan yang menunggak selama berbulan-bulan.

Debt collector yang baik biasanya akan menagih sesuai dengan SOP yang ditentukan oleh perusahaan dan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Mata Elang, Debt Collector yang Punya Cara Kerja Berbeda

Jika debt collector biasanya menagih utang dengan mendatangi rumah debitur yang menunggak utang, mata elang tugasnya mencegat debitur yang berada di jalan. Sistem kerja mereka ini mungkin lebih rumit karena seharian harus berada di pinggir jalan, sembari memerhatikan nomor polisi motor-motor yang lewat.

Jika nomor polisi tersebut sesuai dengan debitur yang diincar oleh perusahaan kreditur, mereka akan merampas motor di tempat.

Profesi mereka dinamai seperti itu karena kemampuan penglihatan mereka yang bagus, yang langsung bisa menemukan target yang sesuai dengan catatan. Cara kerja mereka dianggap kontroversial karena tidak hanya membuat resah debitur yang motornya diambil secara paksa, tapi juga orang lain yang berada di tempat tersebut.

Bahkan di Jakarta kemarin sempat terjadi keributan antara mata elang dan pengemudi ojek online yang direbut motornya. Pengemudi tersebut sedang bekerja, tiba-tiba saja dicegat, terlibat aksi kejar-kejaran, lalu motornya dirampas.

Biasanya mereka berhasil mengejar karena yang melakukan tugasnya tidak hanya seorang, bisa dua orang atau tiga sekaligus.

Pengemudi ojek online itu melawan dan pertengkaran pun tidak bisa dihindari. Ia dibantu oleh rekan-rekannya juga sesama ojek online. Akhirnya pertikaian itu berhenti ketika jajaran anggota kepolisian datang ke lokasi.

Hal ini kemudian menjadi pertanyaan berbagai macam pihak kenapa cara menagihnya harus seperti itu? Sementara aturan untuk mengambil jaminan atau barang yang dibeli dengan kredit sudah cukup jelas.

Pertama-tama dilakukan teguran melalui surat. Dan eksekusinya pun seharusnya tidak dilakukan di depan umum seperti itu. Jika ditagih secara baik-baik pun biasanya pihak debitur akan menyerahkan barang jaminan kepada pihak leasing sehingga tidak ada pertengkaran yang tidak diperlukan.

Pihak perusahaan leasing mungkin akan terbantu dengan kehadiran mata elang, tapi tetap saja hal ini harus diperhatikan kembali agar tidak menimbulkan konflik berikutnya.

Dianggap Mengganggu Keamanan Umum

Yang ditagih biasanya kendaraan motor karena kasusnya paling banyak menimpa mereka yang kredit motor. Selain itu menarik kendaraan di tempat itu memang lebih mudah.

Perampasan motor di tempat umum seperti itu tentu saja bukan hanya meresahkan pihak debitur yang tidak menyangka akan dicegat secara tiba-tiba, tapi orang lain yang berada di sekitar jalan akan ikut terganggu.

Pengejaran yang dilakukan oleh matel cukup riskan dan berbahaya, bahkan untuk mata elang itu sendiri karena dilakukan di tengah jalan yang dipenuhi kendaraan bermotor. Bukan tidak mungkin terjadi kecelakaan dan orang lain yang tidak terlibat dalam masalah jadi kena getahnya.

Masalah debt collector yang kasar sebenarnya bukan hal baru lagi, tapi siapa yang menyangka sekarang jenisnya ada yang baru lagi. Dan ini lebih kontroversial dibandingkan penagihan yang terjadi sebelum-sebelumnya.

Namun, tidak semua debt collector adalah orang yang kasar. Jika debitur bisa kooperatif, semuanya bisa diselesaikan secara baik-baik.

Menghindar dari Mata Elang

Daripada berurusan dengan matel, paling baik adalah bisa terhindar darinya. Matel biasanya akan bekerja ketika pihak debitur susah ditagih atau menghindar terus ketika ditelepon tidak pernah dijawab, lalu dikunjungi ke rumah tidak pernah membukakan pintu. Akhirnya debitur pun diincar di jalanan.

Matel biasanya akan tahu di mana pihak debitur kemungkinan lewat dari data-data yang diketahuinya. Untuk itulah pihak debitur harus membayar tagihan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Jika menunggak cicilan karena tidak mampu membayar, bicarakan baik-baik dengan pihak kreditur agar bisa dicari penyelesaiannya. Jika pihak debitur sedang dalam keadaan sulit bisa mendapatkan keringanan.

Walaupun tugas matel untuk membantu perusahaan terhindar dari kredit macet, tapi prosedur perampasan sepeda motor yang dilakukan matel sudah seharusnya diperhatikan kembali. Konflik yang terjadi di ruang terbuka bisa saja terjadi secara luas.

Masalah ini pun mendapatkan perhatian serius dari pihak kepolisian karena terindikasi menyalahi aturan. Terutama karena alasan-alasan yang sudah disebutkan di atas. Semoga saja masalah ini ada penyelesaiannya.

Artikel Terkait