Ajaib.co.id – Mungkin kamu pernah mendengar istilah “pom-pom” dalam perbincangan tentang saham baru-baru ini. Pom-pom saham semakin jadi pusat perhatian gara-gara ulah para selebriti yang mempromosikan saham jagoannya masing-masing secara tidak bertanggung jawab. Padahal saham yang dipromosikan belum tentu benar-benar bermutu.
Apa sebenarnya arti pom-pom saham itu, dan bagaimana agar investor dapat mewaspadainya? Kita akan mengupas tuntas dalam artikel ini.
Merunut Jejak Pom-Pom Saham
Pom-pom saham adalah fenomena ketika harga saham didorong agar naik dengan pesat dalam waktu singkat melalui kabar dan rumor yang menyesatkan, dengan tujuan agar pelaku pom-pom dapat menjual sahamnya dengan harga jauh lebih tinggi di pasar saham.
Istilah ini berasal dari kata berbahasa Inggris “pump” yang bermakna “memompa”. Di dunia Barat, juga dikenal dengan istilah “pump and dump” (pompa dan buang).
Contohnya: Influencer saham A memborong saham ABCD dengan harga Rp150 per lembar di pasar modal. Ia kemudian mulai merekomendasikan saham ABCD kepada follower-nya melalui media sosial, messenger, email, atau medium lain. Promosi itu dikemas dengan menarik atau disampaikan secara berulang-ulang hingga para follower-nya semakin tertarik untuk membeli.
Karena harga saham tergolong murah, peningkatan minat beli akan mudah mengangkat harganya naik lebih tinggi dalam waktu singkat. Sang influencer A kemudian mulai melepas saham ABCD yang dimilikinya secara bertahap.
Ia keluar dari pasar dengan cuan melimpah berkat skema pump yang sukses, sedangkan para follower-nya akan berakhir dengan tumpukan saham nyangkut dalam portofolio.
Saham pom-pom biasanya berasal dari lapis kedua atau lapis ketiga (bukan blue chip). Fundamental saham pom-pom bisa jadi bagus, bisa jadi jelek. Yang jelas pom-pom akan mendorong harga saham meroket sampai melebihi nilai wajarnya, sehingga follower yang mengikut gelombang beli saham paling akhir akan mendapatkan saham dengan harga terlalu mahal.
Setelah stok saham sang influencer habis dan ia berhenti mempromosikannya, harga saham akan turun lagi ke tingkat harga wajarnya atau malah lebih rendah lagi.
Siapakah Pelaku Pom-pom Saham?
Biasanya, bandar saham menjadi biang kerok aksi pom-pom ini. Namun perkembangan media sosial kini menambah banyak daftar orang atau instansi yang bisa memompa saham seperti itu. Sebutlah artis populer, ustaz terkemuka, bahkan orang kebanyakan yang mampu membangun grup investor-nya sendiri di Whatsapp atau Telegram.
Para pelaku pump ini dapat mengajak orang lain membeli atau menjual suatu saham secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, mereka biasanya berupaya menghasut publik dengan cara memberikan kesan mengagumkan atau menampilkan iming-iming keuntungan menggiurkan.
Dari pembentukan opini publik tersebut, banyak orang akan mempercayainya dan buru-buru ikut membeli saham yang dipromosikan.
Sepintas, pompom saham mirip dengan rekomendasi jual/beli yang umum dipublikasikan oleh media massa atau sekuritas setiap harinya. Namun, ada beberapa faktor penting yang membedakan.
1. Pelaku pom-pom saham memajang keuntungan yang telah diperolehnya dari saham dalam waktu singkat, tetapi tidak menunjukkan kerugian yang pernah dialaminya. Tujuannya bisa jadi agar orang lain mempercayai analisisnya, ataupun untuk membangun reputasi sebagai investor top anti-loss. Padahal, investasi saham berisiko tinggi dan tidak selalu untung.
2. Pelaku tidak memberikan wawasan tentang kondisi fundamental perusahaan yang dapat membantu para follower-nya menganalisis sendiri saham pilihannya. Realitanya, saham pom-pom itu kemungkinan hanya akan naik sementara saja karena pengaruh goreng-menggoreng saham mendorong harga naik melebihi nilai wajarnya.
3. Pelaku menciptakan urgensi untuk membeli saham secepatnya agar keuntungannya tidak keburu dinikmati orang lain. Para follower-nya kemungkinan akan mengalami FOMO (Fear of Missing Out), sehingga buru-buru berinvestasi tanpa menganalisis ulang secara mandiri.
4. Pelaku sengaja luput memberikan “disclaimer” yang jelas. Mereka mungkin tidak memberikan “disclaimer“, atau hanya mengatakan “disclaimer on” tanpa menjelaskan isi disclaimer tersebut.
Keempat nomor di atas merupakan tanda-tanda pelaku pom-pom saham jaman now yang patut diwaspadai investor. Kalau bertemu dengan sosok yang cocok dengan tanda-tanda tersebut, segera menghindar jauh-jauh. Boleh-boleh saja menyimak buah pemikiran mereka, tetapi jangan mengambil keputusan investasi semata-mata karena omongan mereka saja.
Cara Menghindari Pom-Pom Saham
Investor yang lebih berpengalaman mungkin sudah lebih lihai menghindarinya, karena sudah lama makan asam-garam di dunia investasi. Tapi bagaimana dengan pemula? Sebagai panduan awalmu, coba ikuti tiga tips menghindari pom-pom saham berikut ini.
1. Waspadalah ketika mengendus banjir informasi tentang potensi kenaikan saham tertentu. Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang pasti untung tanpa risiko. Segera selidiki fakta-fakta tentang saham tersebut secara mendalam.
2. Periksa umur dan latar belakang perusahaan, sebelum membeli saham mana pun. Pelaku pom-pom biasanya menggoreng saham perusahaan-perusahaan yang belum lama melantai di bursa, memiliki harga yang sudah lama sideways, atau menyediakan produk yang tidak banyak dikenal publik. Kadang-kadang ada baiknya juga menyelidiki komposisi pemegang saham dan jajaran manajemen perusahaan.
3. Bersikaplah skeptis terhadap rumor yang belum jelas kepastiannya. Isu merger, akuisisi, dan aksi korporasi lain sering muncul hanya sebagai sarana untuk pom-pom saja, tetapi tanpa follow-up nyata. Sebaiknya jangan menganggap suatu rumor saham sebagai fakta, sebelum ada rilis keterbukaan informasi dari pihak otoritas bursa yakni BEI atau pernyataan pihak berwenang tentang aksi korporasi terkait.
Tips investasi dan rekomendasi saham memang sangat memudahkan kita. Tapi penting untuk mengingat bahwa di luar sana banyak menipulator yang siap ambil keuntungan dari kelengahan investor dengan segala cara, termasuk pom-pom saham. Jadi, pastikan untuk selalu menganalisis ulang rekomendasi saham apa pun yang kamu terima.