Ajaib.co.id – Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil mengakuisisi saham Freeport. Sebanyak 51 persen kepemilikan saham PT Freeport Indonesia menjadi milik Indonesia. Berarti, mayoritas saham memang sudah kuasa Indonesia.
Pada Agustus 2018 lalu, CEO Freeport McMoRan Inc telah menandatangani dokumen Sales and Purchase Agreement (SPA) dan disaksikan langsung oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin.
Penandatangan SPA ini merupakan lanjutan dari penandatangan Head of Agreement (HoA) antara PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), Rio Tinto, dan Freeport-McMoRan Inc yang dilakukan pada 12 Agustus 2018. Penandatangan ini sekaligus sebagai bukti divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
Jalan divestasi ini panjang dan berliku, di mana pemerintah melalui Inalum tidak melakukan akuisisi langsung melainkan dengan membeli participating interest (PI) milik Rio Tinto perusahaan pertambangan asal Britania sebesar 40 persen di PTFI sebesar US 3,85 miliar atau setara Rp55 triliun.
Potensi kehilangan Penerimaan Pajak
Proses akuisisi saham PT Freeport Indonesia (PTFI) yang dikebut Joko Widodo dua tahun menjelang Pilpres 2019 berujung pada potensi hilangnya penerimaan perpajakan sebesar Rp1,82 triliun. Hal tersebut terungkap setelah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaudit Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2018, lima bulan setelah Holding BUMN Pertambangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) resmi melakukan penguasaan 51 persen saham Freeport.
Dalam laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I/2019, auditor BPK menyebut potensi kerugian negara disebabkan oleh inkonsistensi pelaksanaan peraturan di kementerian/lembaga. Salah satunya, melalui penandatanganan nota kesepahaman tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi Produksi antara Kementerian ESDM dengan PTFI pada 31 Maret 2017.
Nota itu penting dalam proses negosiasi akuisisi. Sebab waktu itu, izin ekspor konsentrat Freeport sudah berakhir dan pemerintah menolak perpanjangan izin kecuali lewat IUPK. Lalu untuk mendapatkan IUPK, raksasa tambang asal Amerika Serikat itu harus bersedia melakukan proses divestasi 51 persen sahamnya. Namun nota kesepahaman itu justru menimbulkan persoalan.
Pada salah satu klausulnya disebutkan bahwa bea ekspor konsentrat PTFI ditetapkan sebesar 5 persen. Padahal, di dalam aturan PMK No. 13/2017 yang terbit pada Februari 2017, bea ekspor konsentrat Freeport ditetapkan 7,5 persen.
Pengambilalihan Saham Freeport
Jokowi, dikutip dari Detik, mengatakan, selama proses pengambilalihan saham Freeport Indonesia, ada yang menyampaikan banyak risiko ketika Indonesia menjadi pemegang saham mayoritas. “Saya ditakut-takuti waktu mau ambil Freeport. Pak presiden hati-hati kalau mau ambil Freeport,” kata Jokowi.
Jokowi mengaku, pada saat mendapatkan informasi tersebut pun langsung mempertanyakan risiko apa yang akan didapat usai berhasil menjadi pemegang saham mayoritas. “Hati-hati seperti apa? Hati-hati kalau bapak berani ambil Freeport, Papua akan goncang. Saya ke Papua, kok biasa-biasa saja. Nggak masalah,” ujar presiden ketujuh Republik Indonesia itu.
Tidak Mau Ditakut-Takuti
Kendati demikian, Jokowi pun tetap memutuskan kepada para jajaran menteri terkait untuk tetap menuntaskan pengambilalihan saham Freeport Indonesia. Menurut Jokowi, informasi yang hanya menakut-nakuti dirinya hanya untuk menggagalkan Indonesia menjadi pemegang saham mayoritas di perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu.
“Akhir 2018 yah nyatanya kita bisa ambil 51 persen saham PT Freeport. Saya ketemu Obama saat proses pengambilalihan, nggak ngomong sama saya juga. Ketemu presiden sekarang Trump, nggak nyinggung-nyinggug juga, berarti hanya nakut-nakuti saya aja. Itu urusan bisnis. Tapi yang dulu-dulu ditakuti-takuti. Nggak ada yang masalahkan itu,” jelasnya.
Selain itu, keberhasilan merebut Freeport sebagai bukti bahwa pemerintahan era Jokowi bukan antek asing. Menurut Jokowi, kabar tersebut juga semakin tidak benar ketika Blok Mahakam dan Blok Rokan berhasil dikuasai PT Pertamina (Persero).
“Itu dituduh antek asing. Yang mana. Akhir 2019, namanya Freeport, tambang terbesar di dunia dikelola Freeport Mcmoran, AS, kita sudah pegang mayoritas 51 persen,” kata Jokowi.
Nah, bagi kamu para investor yang tertarik untuk membeli saham Freeport, kamu bisa membeli saham PTFI sekarang juga melalui Ajaib. Di Ajaib, kamu bisa membeli saham dengan mudah hanya dengan mendownload aplikasinya dan membuka rekening saham. Selain saham Freeport, kamu juga bisa memilih banyak saham dari perusahaan terbaik Indonesia. Hanya dengan modal Rp100 ribu, kamu sudah bisa membeli saham di Ajaib. Namun, sebelum membelinya, pastikan kamu telah mengecek harga saham terbaru ya.
Bukan hanya saham, Ajaib juga membantu kamu membeli investasi pada instrumen reksa dana. Di mana, dengan Ajaib, kamu bisa mulai berinvestasi hanya dengan modal Rp10 ribu. Investasinya pun bisa kamu lakukan secara online, tanpa harus keluar rumah.
Selain mudah dan cepat, Ajaib juga memberikan kamu rasa aman dalam berinvestasi, di mana Ajaib telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan, sehinga kamu tidak perlu lagi ragu dalam berinvestasi. Jadi tunggu apalagi? Yuk mulai investasi kamu di Ajaib. Baik reksa dana maupun saham, kini bisa kamu lakukan dengan mudah di Ajaib!