Ajaib.co.id – Banyak negara masih bergumul dengan berbagai krisis akibat pandemi wabah virus Corona (Covid-19). Tapi, China justru mulai keluar dari krisis dan telah menjalani kehidupan normal, termasuk di Kota Wuhan yang dituding sejumlah kalangan menjadi pusat awal merebaknya (ditemukannya) virus Corona. Apa yang membuat China bangkit dari krisis virus Corona?
Bangkitnya China dari krisis virus Corona bisa dilihat dari sejumlah indikator. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi China tumbuh sebesar 2,3%.
Pada kuartal terakhir tahun lalu, pertumbuhan ekonomi China tercatat lebih besar lagi, yakni 6,5%. Pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi China juga positif, yakni 4,9%. Data menunjukkan China sebagai satu-satunya negara di dunia yang tidak mengalami kontraksi tahun lalu.
Meski begitu, tahun 2020 tercatat sebagai tahun dengan ekonomi terlemah di China sejak Revolusi Kebudayaan tahun 1976.
Kebangkitan kembali ekonomi China terbilang sangat cepat. Sejumlah pakar tak menyangka ekonomi China dapat bangkit secepat itu. Terlebih bila mengingat China pernah menutup nyaris semua aktivitas sosial dan ekonomi dalam upaya menanggulangi virus China.
Lantas, apa yang membuat China dapat bangkit dari krisis virus Corona dengan cepat? Berikut adalah sejumlah faktor yang mendorong China bangkit dengan cepat dari krisis virus Corona.
Lockdown
Pemerintah China bertindak tegas dan cepat untuk memberlakukan lockdown tak lama berselang setelah virus Corona terdeteksi di Kota Wuhan. Memang, warga lokal awalnya diizinkan keluar dari rumah mereka. Tapi, lonjakan kasus yang semakin signifikan kemudian terjadi. Merespon hal itu, Pemerintah China memperketat pembatasan.
Kota Wuhan lockdown. Pemerintah China menutup jalur transportasi darat, laut, dan udara dari dan ke Kota Wuhan. Penerapan lockdown di Wuhan disusul oleh kota-kota lainnya.
Sebagian besar warga China hanya diizinkan keluar rumah untuk keperluan mendesak. Untuk memesan makanan dan kebutuhan lain, warga bisa menggunakan jasa kurir.
Tak berhenti di sana, rumah sakit darurat khusus Corona pun didirikan. Kebijakan Pemerintah China makin agresif. Petugas kesehatan mengunjungi rumah warga untuk memeriksa kesehatan. Warga yang terindikasi sakit ‘dipaksa’ untuk melakukan isolasi diri.
Kota Wuhan bak ‘kota hantu’ hanya dalam waktu dua bulan. Hampir tanpa ada perdebatan di ruang publik mengenai kebijakan lockdown di negara Tirai Bambu tersebut. Harus diakui, strategi lockdown di beberapa kota di China terbukti efektif.
Pertanahan
Faktor lainnya yang mendorong bangkitnya China dari krisis virus Corona adalah sektor pertanahan. Pada sektor ini, Pemerintah China memberikan fleksibilitas dalam penggunaan lahan. Sistem nasional untuk pendaftaran tanah pun diberlakukan.
Pemerintah China juga mereformasi sistem pengadaan tanah di pedesaan. Reformasi ini bertujuan membuat lebih banyak tanah pedesaan dijual untuk tujuan komersial. Selain itu, Pemerintah China juga memperbaiki perpajakan pada lahan konstruksi yang menganggur.
Tenaga Kerja
Faktor berikutnya yang berkontribusi terhadap kebangkitan China dari krisis virus Corona ialah sektor tenaga kerja. Pada sektor ini, Pemerintah China antara lain mengalokasikan sumber daya pendidikan, pekerjaan, dan perawatan medis ke tempat-tempat yang sesuai dengan populasi penduduk.
Teknologi
Selain ekonomi, China telah dikenal sebagai salah satu negara raksasa teknologi dunia. Maka, tak heran bila sektor ini juga mendorong kebangkitan China dari krisis virus Corona. Lebih rinci, Pemerintah China mengembangkan pasar untuk bertukar data.
Di samping itu, Pemerintah China juga mempromosikan standardisasi data dalam Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). Tambah pula, Pemerintah China giat mempromosikan kerja sama global dalam pengembangan obat antiviral dan vaksin.
Keuangan
Sektor keuangan jelas berkontribusi besar terhadap pemulihan ekonomi di China setelah hantaman keras pandemi Covid-19. Langkah Pemerintah China di sektor ini antara lain aktif mengulangi peningkatan fleksibilitas nilai tukar Yuan dan menumbuhkan infrastruktur dasar pada pasar saham, termasuk listing, perdagangan, dan delisting.
Restrukturisasi gaji pegawai negeri yang sebanding dengan gaji pekerja di subsektor swasta pasar modal pun diterapkan. Tak ketinggalan, Pemerintah China mempercepat pengembangan pasar obligasi dengan memperluas ukuran dan jenis produk. Secara bertahap, Pemerintah China pun mempermudah persyaratan masuk pasar bagi lembaga keuangan asing.
Insentif
Pemerintah China juga memberikan berbagai insentif. Bahkan, jumlahnya terhitung banyak dan bervariasi. Salah satu insentif itu diberikan untuk industri mobil. Industri mobil cukup vital bagi laju perekonomian China. Industri mobil China juga menyerap sekitar 40 juta orang.
Pandemi Covid-19 ‘memukul telak’ industri mobil di China. Pada kondisi normal, penjualan mobil baru di China berpotensi menembus enam juta unit. Tapi, penjualan mobil baru di China justru anjlok 42% pada kuartal I tahun 2020.
Guna mendongkrak permintaan mobil, Pemerintah China memperpanjang subsidi dan keringanan pajak bagi kendaraan energi terbarukan, termasuk mobil hibrid listrik, hingga dua tahun ke depan.
Sejumlah pemerintah daerah di China pun menerapkan kebijakan subsidi tunai untuk pembelian mobil baru. Besaran subsidi tunai itu sekitar Rp20 jutaan per unit.
Otoritas China juga menawarkan insentif terkait vaksin virus Corona. Pemberian insentif ini cukup beragam, mulai dari pemberian telur gratis, kupon toko hingga diskon untuk bahan makanan atau dagangan. Tujuannya untuk mempercepat kampanye vaksinasi.
Pajak pun tak terlewatkan dari insentif. Tak tanggung-tanggung, Pemerintah China telah menggelontorkan insentif pajak senilai Rp4.000 triliun hingga Agustus 2020. Jumlah insentif itu terdiri atas fasilitas pajak baru yang diberikan oleh Pemerintah China serta kelanjutan insentif pajak yang sudah diberikan sejak tahun-tahun sebelumnya.
Dilihat dari jumlah wajib pajak, sebanyak 92% dari kurang-lebih 50 juta wajib pajak usaha kecil di China telah mendapat pembebasan dari pemungutan pajak pertambahan nilai (PPN) pada Januari hingga Agustus 2020. Tambah pula, 8% sisanya diberi fasilitas pengurangan tarif PPN dari 3% menjadi 1%.