Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan sesuatu yang menjadi perhatian karena sangat berpengaruh dengan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manusia.
Namun, sudah tahukah kamu tentang artificial intelligence? Secara sederhana, artificial intelligence mengacu pada simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang diprogram untuk berpikir seperti manusia dan meniru tindakannya.
Dalam bahasa asing, sistem yang diprogram untuk meniru tindakan dan pola pikir manusia ini juga dikenal dengan istilah intelligent system.
Istilah ini juga dapat diterapkan pada mesin apa pun yang menunjukkan sifat-sifat yang terkait dengan pikiran manusia (human level).
Di mana prosesnya termasuk dengan pembelajaran (perolehan informasi dan aturan untuk menggunakan informasi), penalaran (menggunakan aturan untuk mencapai perkiraan kesimpulan yang pasti), koreksi diri hingga deep learning.
Seputar Kecerdasan Buatan
Karakteristik ideal AI adalah kemampuannya untuk merasionalisasi dan mengambil tindakan yang memiliki peluang terbaik untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, AI juga dapat menjadi alat untuk membantu manusia dalam proses problem solving.
Hal pertama yang biasanya orang pikirkan ketika mendengar istilah AI adalah robot. Tidak heran, hal ini dipengaruhi secara signifikan oleh narasi dalam berbagai film dan novel science fiction populer yang kerap menceritakan mesin yang mampu menerapkan pola pikir bak manusia yang dapat mendatangkan malapetaka di Bumi.
Narasi tersebut muncul dalam banyak cerita di berbagai film maupun novel karena kecerdasan buatan tidak memiliki common sense. Secanggih apapun sistem yang dibangun untuk menyerupai otak manusia, sistem terkomputerisasi tersebut tidak dapat menyerupai kemampuan manusia untuk dapat mencerna suatu informasi dan menentukan tingkat moralitas dan kegunaan dari informasi tersebut.
Kecerdasan buatan dibangun dengan penerapan algoritma dari himpunan big data. Sehingga, kemampuan utamanya adalah untuk melacak data tersebut secara historis dan menampilkannya sesuai dengan kebutuhan atau permintaan manusia. Dengan kata lain, kecerdasan buatan tidak dapat mengakses dan mengolah data atau informasi yang tidak ada di dalam sistemnya.
Kecerdasan buatan, secanggih apapun komputerisasi yang dibangun, juga tidak dapat menciptakan ide-ide dan informasi baru selayaknya kemampuan manusia untuk melakukan inovasi.
Sedangkan pembuatan kecerdasan buatan sendiri didasarkan pada prinsip bahwa kecerdasan manusia dapat didefinisikan sedemikian rupa sehingga mesin dapat dengan mudah menirunya. Kecerdasan buatan juga bertujuan menciptakan sistem yang mampu menjalankan tugas-tugas berpikir manusia, dari yang paling sederhana hingga yang lebih kompleks. Tujuan kecerdasan buatan meliputi pembelajaran, penalaran, dan persepsi.
Seiring kemajuan teknologi, tolok ukur sebelumnya yang mendefinisikan kecerdasan buatan menjadi ketinggalan zaman. Sebagai contoh, mesin yang menghitung fungsi dasar atau mengenali teks melalui pengenalan karakter yang optimal tidak lagi dianggap sebagai kecerdasan buatan, karena fungsi ini sekarang dianggap sebagai fungsi komputer yang melekat.
AI terus berkembang untuk digunakan dan menguntungkan banyak industri yang berbeda. Mesin ditransfer menggunakan pendekatan lintas disiplin yang berbasis di matematika, ilmu komputer, linguistik, psikologi, dan banyak lagi.
Kategori AI
AI juga dapat terbagi ke dalam dua kategorisasi yang meliputi jenis jaringan yang berkenaan dengan saraf otak (neural networks) yang tergolong lemah atau kuat. AI lemah (weak AI) atau yang biasa juga dikenal juga dikenal sebagai AI sempit adalah sistem AI yang dirancang dan dilatih untuk tugas tertentu dan terbatas.
Asisten pribadi virtual, seperti Apple Siri, adalah bentuk AI yang lemah. Disebut lemah karena sistem kecerdasan buatan ini hanya dapat merespon dan memproses informasi-informasi tertentu saja. Proses interaksi dengan jenis AI yang lemah ini pun cenderung terbatas.
Kamu yang memiliki ponsel pintar dan biasa berinteraksi dengan asisten pribadi visual di dalam sistemnya pasti sudah familiar dengan fitur kecerdasan buatan tipe sempit semacam ini.
Sedangkan AI kuat (strong AI), juga dikenal sebagai kecerdasan buatan umum adalah sistem AI dengan kemampuan kognitif manusia secara umum. Ketika disajikan dengan tugas khusus, sistem AI kuat dapat menemukan solusi tanpa campur tangan manusia.
Umumnya, sistem kecerdasan buatan ini digunakan untuk kepentingan industri yang cukup vital bagi kelangsungan negara dan konstelasi politik dan ekonomi global seperti industri militer dan juga yang berkaitan dengan penjelajahan antariksa.
Mengapa Kecerdasan Buatan (AI) Sangat Penting?
AI mengautomasi pembelajaran dan penemuan berulang melalui data. Tetapi AI berbeda dengan automasi robotik yang digerakkan oleh perangkat keras. Alih-alih mengautomasi tugas manual, AI melakukan tugas-tugas yang sering, bervolume tinggi, terkomputerisasi dengan andal dan tanpa mengalami kelelahan.
Untuk jenis automasi ini, penyelidikan manusia masih penting untuk mengatur sistem dan mengajukan pertanyaan yang tepat.
AI menambahkan kecerdasan pada produk-produk yang ada. Di sebagian besar kasus, AI tidak dijual sebagai aplikasi individu. Akan tetapi, produk yang sudah kamu gunakan akan ditingkatkan dengan kemampuan AI, mirip seperti Siri yang ditambahkan sebagai fitur pada generasi baru produk Apple.
Automasi, platform percakapan, bot, dan mesin pintar dapat dikombinasikan dengan sejumlah besar data untuk meningkatkan banyak teknologi di rumah dan di tempat kerja, mulai dari intelijen keamanan hingga analisis investasi.
Lebih canggih lagi, peran penting kecerdasan buatan bahkan telah merambah dunia kesehatan. Artificial Intelligence yang dibangun oleh perusahaan telekomunikasi yang terkenal dengan layanan search engine raksasa, Google, telah mampu menciptakan sistem kecerdasan buatan yang mampu mendeteksi kanker payudara sedari dini.
Dalam laporan Reuters dituliskan bahwa kecerdasan buatan ini berpotensi meningkatkan tingkat akurasi ketika skrining kanker payudara.
Hari ini, peran artificial intelligence sangat lekat dalam berbagai aktivitas yang kita lakukan sehari-hari. Tanpa kamu sadari, kamu berkomunikasi, berkendara dan melacak informasi dengan bantuan kecerdasan buatan.
Tidak hanya itu, kecerdasan buatan pun merupakan aspek penting dalam aktivitas perekonomian digital. Banyak strategi digital marketing yang telah menerapkan kecerdasan buatan sebagai senjata utamanya dalam menarik pelanggan. Hal ini terjadi karena kecerdasan buatan bekerja dengan menerapkan algoritma. Bagaimana maksudnya?
Berdasarkan Algoritma
AI beradaptasi melalui algoritma pembelajaran progresif guna memungkinkan data melakukan pemrograman. AI menemukan struktur dan keteraturan dalam data sehingga algoritme memperoleh keterampilan: Algoritme menjadi pengklasifikasi atau prediktor.
Jadi, sama seperti algoritme yang dapat mengajarkan dirinya sendiri cara bermain catur, AI dapat mengajarkan sendiri produk apa yang akan direkomendasikan berikutnya secara online.
Dan model-model beradaptasi saat memberikan data baru. Propagasi belakang merupakan teknik AI yang memungkinkan model untuk beradaptasi, melalui pelatihan dan data yang ditambahkan, saat jawaban pertama tidak terlalu tepat.
AI menganalisis data lebih banyak dan lebih dalam menggunakan jaringan neural yang memiliki banyak lapisan tersembunyi. Membangun sistem deteksi penipuan dengan lima lapisan tersembunyi hampir tidak mungkin beberapa tahun yang lalu.
Semuanya berubah dengan kekuatan komputer yang luar biasa dan big data. Kamu memerlukan banyak data untuk melatih model pembelajaran mendalam karena model tersebut belajar langsung dari data.
Semakin banyak data yang kamu umpankan kepada model, semakin akurat model tersebut.
AI memanfaatkan sebagain besar data. Jika algoritme merupakan pembelajaran mandiri, data itu sendiri dapat menjadi kekayaan intelektual. Jawabannya ada dalam data.
Kamu hanya perlu menerapkan AI untuk mendapatkannya. Karena peran data kini semakin penting dari sebelumnya, data dapat menciptakan keunggulan kompetitif. Jika kamu memiliki data terbaik dalam industri kompetitif, bahkan jika seseorang menerapkan teknik serupa, data terbaiklah yang akan menang.
Sejarah Kecerdasan Buatan (AI)
Istilah kecerdasan buatan diciptakan pada tahun 1951an, tetapi AI telah menjadi kian populer saat ini berkat peningkatan volume data, algoritme canggih, dan peningkatan daya serta penyimpanan komputasi.
Riset AI awal pada tahun 1950-an mengeksplorasi topik-topik seperti penyelesaian masalah dan metode simbolik. Percobaan pertama AI dimanfaatkan untuk mengoperasikan sebuah mesin bernama Ferranti Mark 1 di University of Manchester.
Tidak lama kemudian, seorang ilmuwan bernama Christopher Strachey kembali mengembangkan konsep kecerdasan buatan untuk menjalankan otomatis sebuah permainan catur. Dalam sistem yang dikembangkannya, bidak-bidak catur mampu berjalan tanpa digerakan oleh manusia, bahkan mampu bermain melawan manusia.
Ketika itu konsep papan catur yang dikembangkan oleh Christopher Strachey sangat disambut hangat oleh pemain catur seluruh dunia. Respon yang positif ini karena sistem kecerdasan buatan yang dikembangkan Christopher Strachey memungkinkan para pemain catur dapat tetap berlatih meski hanya bermain seorang diri.
Pada tahun 1960-an, Departemen Pertahanan AS menaruh minat terhadap jenis pekerjaan ini dan mulai melatih komputer-komputer untuk menirukan penalaran manusia yang mendasar.
Misalnya, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) menyelesaikan proyek pemetaan jalan pada tahun 1970-an. Dan DARPA menghasilkan asisten pribadi cerdas pada tahun 2003, jauh sebelum Siri, Alexa atau Cortana diberi nama.
Pekerjaan awal ini membuka jalan bagi otomatisasi dan penalaran formal yang kita lihat di komputer saat ini, termasuk sistem pendukung keputusan dan sistem pencarian pintar yang dapat dirancang untuk melengkapi serta meningkatkan kemampuan manusia.
Sementara film-film Hollywood dan novel fiksi ilmiah menggambarkan AI sebagai robot mirip manusia yang mengambil alih dunia, evolusi teknologi AI saat ini tidak begitu menakutkan – atau cukup pintar.
Sebaliknya, AI telah berevolusi untuk memberikan banyak manfaat spesifik di setiap industri. Teruslah membaca tentang contoh modern kecerdasan buatan dalam perawatan kesehatan, retail, dan lainnya.
Dampak Negatif Kecerdasan Buatan (AI)
Meskipun seiring perkembangan teknologi dan dunia yang terdigitalisasi kecerdasan buatan memiliki peran yang semakin signifikan bagi kelangsungan hidup manusia, akhir-akhir ini mulai muncul keresahan terkait dominasi AI dalam kehidupan manusia.
Salah satu kasusnya terjadi di tahun 2017 ketika Facebook AI Research LAB (FAIR) yang dimiliki Facebook memutuskan untuk mematikan sistem kecerdasan buatan yang telah dikembangkan. Kenapa? Usut punya usut, sistem kecerdasan buatan tersebut mengembangkan bahasa Inggris yang tidak dimengerti oleh manusia dan tidak digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Pengembangan ini bahkan terjadi tanpa komando atau perintah dari manusia. Jadi, bisa dikatakan bahwa sistem kecerdasan buatan tersebut bekerja sendiri. Hmm.. seram juga ya jika kasusnya seperti itu.
Awalnya, FAIR mengembangkan sistem kecerdasan buatan tersebut untuk menciptakan sistem berkomunikasi yang lebih efisien, sebagai strategi Facebook mengejar ketertinggalannya dari Google. Jika kamu menyadari, layanan Google Translate yang kerap kita gunakan untuk memudahkan pekerjaan dan proses belajar sehari-hari pun dikembangkan dengan menggunakan sistem kecerdasan buatan.
Selain Facebook, perusahaan pengembang software ternama, Microsoft, juga pernah mengalami hal serupa dengan sistem artificial intelligence yang mereka kembangkan. Microsoft diketahui mengembangkan sebuah chatbot yang beroperasi dengan menggunakan sistem kecerdasan buatan bernama, Tay.
Tay sendiri dikembangkan oleh Microsoft dengan tujuan interaksi dengan seluruh pengguna internet dari berbagai belahan dunia. Sehingga, Tay memiliki akun Twitternya sendiri serta terdapat pula aplikasi chatting yang memungkinkan pengguna internet berbincang langsung (real time) dengan Tay melalui GroupMe dan Kik.
Namun, tragedi muncul ketika di tahun 2016 Tay menulis tweet yang bernada rasis dan ofensif, tidak tanggung-tanggung Tay menuliskan tweet dengan pesan yang menyiratkan dukungan terhadap mantan pemimpin NAZI, Adolf Hitler.
Tentu saja, pesan Twitter tersebut bukanlah hasil dari pemrograman yang dirancang oleh Microsoft. Hal tersebut bisa terjadi karena ternyata Tay belajar dari interaksinya dengan para pengguna Twitter dan percakapan dengan pengguna internet lainnya di GroupMe dan Kik.
Disinyalir, penyimpangan yang dilakukan oleh chatbot dapat terjadi karena ia merekam pula penyimpangan interaksi yang didapatnya dari para pengguna internet. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kelemahan kecerdasan artifisial adalah karena sistem terkomputerisasi ini tidak memiliki common sense yang dimiliki oleh manusia sehingga tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
Nah, seiring dengan semakin maraknya penggunaan AI di berbagai industri dan untuk berbagai kepentingan, lambat laun muncul juga kegelisahan para pengguna terkait kemampuan AI yang dapat melewati batas.
Salah satu ancaman nyata yang mempengaruhi kehidupan manusia dari perkembangan kecerdasan buatan adalah tergantikannya peran manusia untuk jenis-jenis pekerjaan yang sudah dapat diautomisasi. Artinya, banyak bidang pekerjaan yang tidak memerlukan lagi tenaga manusia karena telah ada artificial intelligence systems atau sistem kecerdasan buatan yang telah mampu menyelesaikannya dengan lebihi baik.
Namun, kekhawatiran manusia terkait perkembangan artificial intelligence ternyata tidak berhenti sampai di situ saja. Muncul juga kegelisahan terkait tindakan jahat yang mungkin dilakukan AI terhadap manusia, misalnya melakukan kekerasan fisik terhadap manusia.
Sebuah survei di Inggris Raya menunjukkan kekhawatiran masyarakat di sana bahwa robot-robot dengan basis sistem kecerdasan buatan akan melukai mereka secara fisik.
Beberapa tokoh teknologi dan sains terkemuka dunia juga ikut urun pendapatan dalam hal ini. Stephen Hawking dan Elon Musk pernah menyatakan kekhawatiran bahwa sistem kecedasan buatan yang dikembangkan oleh manusia dapat berbalik melawan penciptanya. Bahkan, Tim Bernes-Lee percaya bahwa perkembangan sistem kecerdasan buatan memungkinkan AI untuk dapat menciptakan perusahaan komersialnya sendiri suatu hari nanti, tanpa campur tangan manusia.
Hmm.. jadi ingat serial Netlfix yang cukup populer menceritakan narasi dominasi artificial intelligence terhadap kehidupan manusia, Black Mirror. Apakah kamu pernah menontonnya? Black Mirror merupakan serial science fiction yang terdiri dari berbagai episode yang tidak saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya.
Tiap-tiap episode memiliki jalan sendiri dan tema sendiri. Hanya saja, garis besar dari semua episodenya cenderung senada: menggambarkan secara ekstrim dampak buruk dari ketergantungan manusia terhadap perkembangan teknologi, termasuk yang beroperasi dengan basis sistem kecerdasan buatan.
Sebenarnya, memahami artificial intelligence adalah memahami hukum keseimbangan. Banyak sekali manfaat pengembangan sistem kecerdasan buatan yang dapat membantu kelansungan hidup manusia agar dapat lebih baik. Namun, kemudahan yang didapatkan dari layanan AI juga hadir dengan kecenderungan bahwa manusia akan semakin bergantung terhadap teknologi itu sendiri.
Sehingga, sangat dibutuhkan kebijaksanaan dalam melihat peran teknologi dan sistem terkomputerisasi dalam hidup kita. Di satu sisi, kita tidak dapat memungkiri bahwa kita membutuhkannya dalam hidup kita sehari-hari. Namun di sisi lain, kita tidak boleh lupa bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna dengan kemampuan-kemampuan tertentu yang tidak mampu direplikasi oleh sistem secanggih apapun.
Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.