Saham

Membeli Saham Bukan Hanya Soal Harganya Saja

Ada banyak instrumen investasi yang menjanjikan keuntungan. Namun memang tidak ada yang lebih menggiurkan dibandingkan trading saham untuk berinvestasi. Mulai dari investor pemula sampai kelas kakap semuanya ingin memiliki saham demi mendulang untung sebanyak mungkin. Tapi mungkin kita masih sering bertanya-tanya apa sebenarnya yang jadi paramater utama dalam membeli saham?

Kebanyakan orang melakukan pembelian saham hanya berdasarkan harganya saja. Asumsinya ketika harga saham yang rendah akan memberikan lebih banyak saham untuk dimiliki. Dengan demikian, potensi keuntungannya juga cukup tinggi. Padahal sebenarnya itu bukan cara membeli saham yang tepat.

Perlu beberapa pertimbangan untuk investasi saham secara benar dan menjanjikan dalam jangka panjang. Kalau kamu menyewa jasa perencana keuangan profesional mungkin kamu bisa duduk manis menunggu rekomendasinya. Namun tidak demikian, jika kamu adalah pemula yang bari terjun ke pasar modal.

Kamu harus melakukan pertimbangan sendiri terkait jual beli saham dan tentunya aspek pentingnya bukan hanya sekedar harga saja. Meski demikian, setiap orang tentunya punya pertimbangan yang berbeda-beda tergantung kemampuan dan kebutuhannya. Paling tidak, kamu harus tahu bahwa harga saham bukanlah patokan utama dalam keputusanmu ketika membuka rekening saham.

Jangan Membeli Saham Berdasarkan Harganya Saja, Ini Pertimbangan Lainnya

Memiliki bagian saham mewakili bukti kepemilikan dalam bisnis. Dengan memiliki saham, kamu akan mendapatkan hak suara dalam pengelolaan perusahaan dan mendapatkan keuntungan dari devidennya. Kamu sebagai pemilik saham juga akan mendapatkan klaim atas aset perusahaan. Ada pula potensi keuntungan dari menjualnya ketika harga saham tersebut naik.

Investasi saham di Indonesia cukup populer karena menjanjikan keuntungan yang lumayan. Saat ini ada setidaknya 636 emiten dari berbagai perusahaan yang diperdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fluktuasi harganya cukup tinggi, karena itulah sangat menjanjikan bagi investor. Sebanding dengan risikonya, high risk high return.

Kinerja investasi saham sendiri terbukti jauh lebih baik dibandingkan investasi saham atau investasi deposito misalnya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah bertumbuh hingga 64,5% pada Juni 2019 ini, tercatat dalam 5 tahun belakangan. Sedangkan investasi emas secara global hanya naik 5,55% saja. Sementara investasi deposito naik hingga 7%, lebih tinggi namun tetap kalah dibandingkan saham.

Masyarakat Indonesia kini juga diajak untuk ikut membeli saham melalui program pemerintah. Meskipun disediakan banyak informasi dan rekanan perusahaan sekuritas yang terpercaya, namun keputusan membeli saham yang mana tetap saja membingungkan. Apalagi saham merupakan jenis investasi yang rumit sehingga akhirnya banyak masyarakat yang ragu dan akhirnya enggan ikut serta.

Jika kamu memiliki 10 juta untuk diinvestasikan dan diberi pilihan antara membeli seribu lot saham perusahaan ABC dengan seribu per saham, atau 20 lot saham perusahaan XYZ dengan harga 50 ribu, mana yang akan Kamu pilih? Banyak investor akan membeli seribu lot saham ABC karena harga sahamnya lebih rendah. Mereka berargumen bahwa saham seribu terlihat murah dan harga 50 ribu per saham untuk saham lain terlalu berisiko.

Jika kamu setuju dengan alasan di atas, kamu akan terkejut. Yang benar adalah kamu tidak memiliki informasi yang cukup untuk menentukan saham mana yang harus dibeli berdasarkan harga saham saja. Setelah melakukan analisis yang cermat, kamu mungkin menemukan bahwa saham seharga 50 ribu tersebut justru lebih murah daripada saham dengan harga seribu. Bagaimana maksudnya? Simak contoh di bawah ini.

# Contoh Praktis Tentang Cara Mengevaluasi Harga Saham

Setiap saham dalam portofoliomu mewakili kepemilikan fraksional dalam bisnis. Pada tahun 2017, Gudang Garam mendapat untung sekitar 7,75 triliun rupiah. Perusahaan dengan nilai saham paling mahal di Indonesia ini memiliki sekitar 1,92 miliar saham beredar.

Ini berarti bahwa masing-masing saham tersebut mewakili kepemilikan 1 / 1.920.000.000 dari bisnis (atau 0,0000000521% dan memberikan Kamu hak untuk 3.900 ribu dari keuntungan 7,5 triliun keuntungan dibagi dengan 1,92 miliar saham = 3.900 ribu per saham).

Asumsikan bahwa saham perusahaan diperdagangkan pada 90 ribu per saham dan dewan direksi Gudang Garam berpikir itu agak terlalu mahal bagi investor rata-rata. Akibatnya, mereka mengumumkan stock split. Jika GGRM mengumumkan pemecahan saham 2-1, perusahaan akan menggkamukan jumlah saham yang beredar (dalam hal ini jumlah saham akan meningkat menjadi 3,84 miliar dari 1,92 miliar).

 Perusahaan akan mengeluarkan satu saham untuk setiap saham yang sudah dimiliki investor, memotong harga saham menjadi dua. Misalnya, jika memiliki 100 saham pada 90 ribu rupiah dalam portofoliomu pada hari Senin, setelah pemecahan, kamu akan memiliki 200 saham seharga 45 ribu rupiah untuk masing-masing saham.

Setiap saham sekarang hanya bernilai 1 / 3.840.000.000 dari perusahaan, atau 0.000000026%. Karena kenyataan bahwa setiap saham sekarang mewakili setengah dari kepemilikan yang dilakukannya sebelum pembagian, itu hanya berhak atas setengah keuntungan, atau 1.950 rupiah. 

Investor harus bertanya pada dirinya sendiri mana pilihan yang lebih baik. Apakah membayar 90 ribu untuk pendapatan sebesar 3.900 rupiah, atau membayar 45 ribu untuk pendapatan sebesar 1.950 rupiah? Tidak ada pilihan yang lebih baik. Pada akhirnya, investor memiliki situasi yang sama persis.

Transaksi ini mirip dengan seorang pria dengan tagihan listrik sebesar 100 ribu rupiah dan membayarnya dengan dua lembar 50 ribu. Meskipun kondisi sekarang tampak seperti pria ini punya lebih banyak uang, realitas ekonominya tidak berubah. Sehingga dapat membuktikan tidak ada gunanya menunggu stock split untuk membeli saham perusahaan.

# Contoh Ilustrasi Harga Saham Relatif terhadap Nilai

Itu semua bertujuan untuk membuat satu poin yang sangat penting, yaitu harga saham sendiri tidak ada artinya. Harga saham dalam kaitannya dengan pendapatan dan aset bersih yang menentukan apakah suatu saham over atau undervalued. Kembali ke pertanyaan yang diajukan di awal artikel ini, asumsikan contoh berikut.

  • Perusahaan ABC diperdagangkan pada seribu rupiah per saham dan memiliki EPS 10 rupiah.
  • Perusahaan XYZ diperdagangkan pada 50 ribu rupiah per saham dan memiliki EPS seribu rupiah.

Saham ABC diperdagangkan dengan rasio harga terhadap pendapatan (rasio P/E) 100 (seribu rupiah per saham dibagi dengan EPS sebesar 10 rupiah, P/E = 100). Saham XYZ, di sisi lain, diperdagangkan pada P/E 50 (50 ribu rupiah per saham dibagi dengan EPS sebesar seribu rupiah, P/E = 50).

Dengan kata lain, kamu membayar 100 rupiah untuk setiap 1 rupiah pendapatan dari perusahaan ABC, sementara perusahaan XYZ menawarkan pendapatan 1 rupiah yang sama dengan hanya 50 rupiah.

Aspek Lain Ketika Membeli Saham

Kebanyakan investor percaya nilai saham ditentukan oleh harganya. Itu hanya berlaku sampai batas tertentu. Tetapi ada perbedaan besar yang nyata antara keduanya. Harga saham hanya memberitahumu nilai perusahaan saat ini atau nilai pasarnya.

Jadi harga hanya menunjukkan seberapa banyak perdagangan saham atau harga yang disepakati oleh pembeli dan penjual. Semakin banyak pembeli berarti harga saham akan naik, sementara lebih banyak penjual berarti harga akan turun.

Di sisi lain, nilai intrinsik adalah nilai aktual perusahaan. Nilai ini mencakup faktor berwujud dan tidak berwujud termasuk analisis fundamental. Kamu dapat menggunakan aspek kualitatif dan kuantitatif perusahaan untuk menentukan nilai, menganalisis model bisnis dan laporan keuangannya.

Nasihat investasi tertua adalah membeli di harga rendah dan menjual di harga tinggi. Tidak mudah untuk mengetahui apakah harga saham saat ini rendah atau tinggi dibandingkan dengan harga di mana “seharusnya” saham tersebut berada. Tetapi kamu jelas tidak ingin membeli saham yang harganya sangat tinggi kecuali yakin tingkat tinggi saat ini hanyalah awal dari apa yang akan menjadi kenaikan yang lebih signifikan.

Sekarang untuk bagian yang sulit: Bagaimana kamu bisa tahu bahwa harga saham saat ini sedang tinggi? Jawabannya adalah mencari informasi sebanyak mungkin mengenai fluktuasi harga saham tersebut.

Informasi tentang harga saham A yang lebih tinggi (atau lebih rendah) daripada harga saham B, C dan D adalah informasi yang kurang berguna. Lebih penting untuk mengetahui apakah harga saham saat ini dekat dengan tertinggi atau terendah selama 52 minggu terakhir. Sebagian besar screener saham dapat menunjukkan hal ini kepadamu, tetapi ini bukan cara untuk memilih saham. Informasi yang lebih berguna adalah mengetahui rasio P/E.

Temukan beberapa saham dengan rasio P/E yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Akan sangat baik jika kamu fokus pada industri yang diketahui benar. Persempit pilihanmu menjadi hanya beberapa saham, kemudian bacalah tentang masing-masing perusahaan.

Jika kamu tahu cara membaca laporan keuangan, lihat metrik utama seperti ROE, margin laba, dan pertumbuhan pendapatan. Tujuannya adalah untuk memutuskan apakah perusahaan dikelola dengan baik, merupakan pesaing di industrinya, dan kemungkinan akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang.

Mulailah dengan mengidentifikasi saham dari industri yang kamu pahami. Mungkin kamu seorang pecandu teknologi atau pencinta mode maka carilah saham dari perusahaan tersebut. Atau mungkin kamu sering bepergian untuk perjalanan bisnis sehingga tahu secara langsung tentang berbagai jaringan hotel. Maka manfaatkan pengetahuan itu dengan membeli saham industri tersebut.

Selanjutnya, kamu bisa membuka screener saham online yang mencantumkan perusahaan berdasarkan industri. Nantinya kamu akan mengenali beberapa perusahaan tetapi tidak semua perusahaan di industri itu. Tetapi jangan tertarik pada penjualan saham hanya karena nama perusahaan itu tidak asing untukmu. Belum tentu kinerja perusahaan tersebut menguntungkan untuk pemegang sahamnya.

Screener saham memungkinkan kamu untuk menyaring dan mengurutkan saham di industri pilihan sesuai dengan berbagai karakteristik. Misalnya, kamu dapat memfilter menurut ukuran perusahaan, ukuran keuangan tertentu, dividen (meskipun tidak semua saham membayarnya), atau bahkan bagaimana perusahaan dinilai oleh sistem yang berfokus lingkungan.

Ada pepatah umum berkata untuk jangan menilai buku dari sampulnya. Bagi investor, pepatah ini bisa diartikan menjadi, jangan menilai saham dari harga sahamnya. Meskipun begitu banyak informasi tersedia bagi investor, banyak orang masih salah berasumsi bahwa saham dengan harga yang lebih murah itu saham murah, sementara saham lain dengan harga lebih mahal adalah saham yang mahal.

Gagasan ini dapat membawa investor ke jalan yang salah dan membuat beberapa keputusan buruk untuk uang mereka.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait