

Ajaib.co.id – PT Elnusa Tbk (ELSA) merupakan perusahaan yang bergerak di sektor energi terintegrasi untuk memberikan solusi total. Perusahaan yang didirikan sejak 25 April 1969 ini memiliki beberapa segmen bisnis, di antaranya hulu migas, yang mana emiten saham ELSA melakukan kegiatan survei seismik darat, zona transisi, dan laut di Indonesia.
Cakupan wilayah survei seismik ELSA merupakan yang terbesar di Indonesia. Selain itu perusahaan juga melakukan kegiatan produksi hulu migas, misalnya pengeboran di lebih dari 63 sumur Vico Indonesia.
Dari segmen distribusi dan logistik energi, ELSA mengelola 49 terminal BBM, berperan sebagai operator distribusi BBM nasional, dan turut mendukung program BBM Satu Harga untuk wilayah Sulawesi, Kalimantan, Bali, Sumatra, Nusa Tenggara, dan wilayah Indonesia timur lainnya.
Baru-baru ini, saham ELSA meraih bisnis Award Indonesia 2020 untuk kategori perusahaan publik yang bergerak di sektor pertambangan minyak dan gas bumi. ELSA juga tidak luput dari ‘rekomendasi’ influencers, adalah Kaesang Pangarep yang menjagokan ELSA karena dianggap stimulus positif dari pemerintah dan fundamentalnya yang bagus di tengah pandemi COVID-19.
Per 17 Januari 2021, saham ELSA ditutup di harga Rp398, turun sedikit dari harga IPO nya Rp400 yang listing pada 06 Februari 2008. Kepemilikan saham ELSA terbagi menjadi tiga, yaitu PT Pertamina Persero dengan kepemilikan mayoritas mencapai 41,1%, diikuti publik sebesar 45,4%, dan yang terakhir Dana Pensiun Pertamina dengan besaran kepemilikan 13,4%. Total sahamnya yang beredar 7,2 miliar lembar saham.
Untuk mengetahui lebih lanjut apakah saham ini benar-benar semenarik yang dijelaskan Kaesang Pangarep, mari kita bedah saham ELSA bersama-sama.
Kinerja Keuangan
Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, ELSA mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,7 triliun di Q3 2020, turun tipis 2,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu di angka Rp5,91 triliun. Di pos lain, beban pokok pendapatan berhasil ditekan menjadi Rp5,1 triliun pada Q3I 2020 dibandingkan Rp5,32 triliun di Q3 2019.
Imbas dari menurunnya pendapatan saham ELSA tertekannya laba bersih di Q3 2020 menjadi Rp187 miliar dari Rp238 miliar, anjlok 21,42%. Kontribusi segmen hulu migas mendominasi pendapatan ELSA sebesar 54%, diikuti jasa distribusi dan logistik energi 42%, dan 4% berasal dari jasa penunjang. Namun, jika dibandingkan dengan perusahaan di sektor yang sama, seperti MEDC, ELSA masih menunjukkan kinerja keuangan yang positif.
Menurunnya pendapatan dan laba bersih ELSA merupakan efek triple shock di tengah pandemi, mulai dari turunnya harga minyak dunia, menurunnya konsumsi BBM mengingat mayoritas masyarakat bekerja dari di rumah, dan fluktuasi kurs Rupiah.
Beralih ke posisi keuangan, saham ELSA justru menunjukkan kenaikan aset selama 9 bulan pertama 2020. Dibandingkan Q3 2019, total aset ELSA naik cukup signifikan sebesar 23% dari Rp6,1 triliun menjadi 7,6T. Tentunya aset yang naik adalah indikator yang bagus untuk menentukan apakah suatu saham memiliki kondisi keuangan yang baik.
Kenaikan aset juga diikuti oleh kinerja positif dari ekuitas yang naik 7% dari Rp3,4 triliun ke Rp3,6 triliun. Namun, yang perlu investor perhatikan juga liabilitas ELSA meroket di Q3 2020 ini menjadi Rp3,9 triliun dari periode sama di tahun sebelumnya di angka Rp2,7 triliun, melesat 44%.
Komponen Laba |
September 2019 ($ Miliar) |
September 2020 ($ Miliar) |
Pendapatan | 5,917 | 5,760 |
Laba Bersih | 238 | 187 |
Aset | 6,175 | 7,599 |
Ekuitas | 3,455 | 3,681 |
Liablitas | 6,175 | 7,599 |
Meskipun kinerja keuangan ELSA turun selama 8 bulan 2020, ELSA setidaknya masih mampu membukukan keuntungan di tengah pandemi COVID-19 dan menurunnya harga minyak global. Selain itu, aset dan ekuitasnya yang meningkat menjadi bukti bahwa kondisi keuangan perusahaan cukup baik. Namun, pos liabilitas juga perlu menjadi perhatian bagi para investor, mengingat angkanya naik signifikan lebih dari 40%.
Selanjutnya, mari kita amati rasio-rasio keuangan umum saham ELSA di bawah ini.
Rasio | September 2019 | September 2020 |
ROA | 3,86% | 2,46% |
ROE | 6,90% | 5,08% |
NPM | 10,06% | 10,67% |
GPM | 4,03% | 3,75% |
OPM | 6,35% | 6,54% |
DER | 0.79 | 1.06 |
Jika dilihat dari rasio-rasio keuangan yang dimiliki ELSA, tampak perusahaan mampu mengoperasikan bisnis dengan efisien. Bahkan di beberapa pos rasio, seperti NPM, OPM mengalami kenaikan, meski tipis. Angka DER saham ELSA juga masih di angka ideal <2, meski terjadinya kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sayangnya, ROA dan ROE perusahaan turun dibandingkan Q3 2019. Namun, jika dibandingkan rasio perusahaan industri yang sama, rasio keuangan ELSA masih jauh lebih sehat dan efisien.
Riwayat Kinerja
Komponen | CAGR 2017-2020 |
Laba Bersih | 2.1% |
Pendapatan | 1.5% |
Total Aset | 1.4% |
Tingkat pertumbuhan dalam 5 tahun terakhir mencerminkan kinerja ELSA yang baik. Terlihat dari semua pos tumbuh rata-rata 1% – 2% selama periode 2017 – 2020. Angka ini bisa menjadi nilai tambah bagi ELSA di mata investor.
Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham
Tahun | Dividen per Saham | Jumlah yang dibayarkan (Rp Miliar) |
2016 | 10,28 | 75 |
2017 | 4,26 | 31 |
2018 | 5,08 | 37 |
2019 | 9,4 | 69 |
2020 | `12,2 | 89 |
Saham ELSA rutin membagikan dividen terhitung 5 tahun berturut-turut. Bahkan, di tengah pandemi COVID-19, perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Ini menjadi salah satu bukti bahwa ELSA cukup royal dengan investor dan terus mencetak keuntungan setiap tahunnya.
Prospek Bisnis ELSA
Sebagai satu anak perusahaan PT Pertamina, ELSA sudah membaca dengan jeli dinamika global yang terjadi. Di tengah lonjakan harga minyak dunia dan pembatasan produksi di Arab Saudi, perusahaan memasang target ambisius Rp7 triliun sampai akhir tahun 2021 meski di tengah ketidakpastian, mengingat kebijakan PPKM yang diluncurkan seiring semakin meningkatnya angka kasus harian COVID-19 di Indonesia.
Meskipun PPKM berpotensi menekan mobilitas dan permintaan minyak, tren harga minyak dunia terus melonjak. Per 15 Februari 2021, harga minyak brent untuk pengiriman April 2021 melonjak ke US$ 63,50 per barel, naik 1,71% dari akhir pekan lalu yang ada di angka US$ 62,43 per barel. Harga minyak jenis ini naik ke level tertinggi dalam 13 bulan terakhir.
Harga minyak west texas intermediate (WTI) juga naik ke angka US$ 60,75 per barel, naik 2,15% dari akhir pekan lalu yang sebelumnya di angka US$ 59,47 per barel. Harga minyak tersebut kini menyentuh level tertingginya sejak 8 Januari 2020.
Selain itu, ELSA tengah mengembangkan Hydraulic Workover & Drilling Unit (HWD-Unit) untuk mengejar target pemerintah lifting minyak 1 juta barel per hari. Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini memiliki 4 strategi atau program untuk mendukung pencapaian target produksi tersebut, salah satunya dengan menjaga produksi eksisting.
ELSA dianggap memiliki kompetensi dan kapabilitas dalam berbagai operasi produksi dan maintenance untuk lifting migas. Jasa yang ditawarkan ELSA pun bervariasi, mulai dari well intervention, drilling/workover, hingga operation & maintenance (O&M).
Strategi yang kedua adalah percepatan resources to production. ELSA memiliki kompetensi dan pengalaman jasa engineering, procurement, & construction (EPC) di sektor hulu migas, di antaranya konstruksi stasiun kompresor gas di PT Pertamina EP untuk menjalankan strategi ini.
ELSA juga akan menerapkan strategi enhanced oil recovery (EOR) dengan menjalin kemitraan strategis bersama pabrikan kimia terkemuka yang telah memiliki kompetensi untuk melakukan EOR secara mandiri, yakni injeksi polimer di lapangan Tanjung.
Strategi lainnya yang akan diterapkan ELSA berupa penemuan raksasa atau Giant Discoveries untuk mendukung rampungnya survei seismik laut 2D KKP Jambi Merang untuk Pertamina sepanjang 32.000 KM. Seismik tersebut merupakan yang terpanjang se-Asia Pasifik dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Menyambut 2021, ELSA sudah menyiapkan modal kerja sebesar Rp600 miliar yang diharapkan dapat mendukung kinerja perusahaan. Nilai modal tahun ini bahkan jauh lebih besar dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp500 miliar. Dana yang berasal dari internal maupun eksternal ini nantinya akan diinvestasikan ke peralatan HWD Unit, Coiled Tubing Unit, hingga penambahan armada mobil tangki maupun infrastruktur Terminal BBM dan LPG.
Manajemen ELSA optimis dengan adanya program vaksinasi COVID-19, tren kenaikan harga minyak dunia, serta strategi diversifikasi portofolio, akan meningkatkan gairah di industri nasional dan mendorong margin usaha yang berpotensi meningkatkan laba di tahun 2021.
Kesimpulan
Per 17 Februari 2021, terpantau PER ELSA berada di angka 11.82 kali, sedangkan PBV nya 0.816 kali. Ini artinya harga saham ELSA masih undervalued.
Dengan kinerja yang baik , kondisi keuangannya yang sehat, prospek bisnis yang besar, dan konsisten dalam membagikan dividen. Investor bisa memasukkan saham ELSA ke watchlist untuk menjadi pilihan dalam berinvestasi.
Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.