Ajaib.co.id – Harga komoditas mulai menunjukkan pemulihan pada awal tahun 2021 setelah sempat terpukul akibat pandemi sejak Maret tahun lalu. Hal ini dianggap akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian negara yang memang sedikit banyak terbantukan dari sumber daya alam terutama komoditas.
Sementara itu, terdapat satu jenis komoditas yang paling menyita perhatian pada awal tahun ini yakni minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Harga minyak kelapa sawit sempat menyentuh rekor tertingginya selama 10 tahun terakhir pada awal tahun ini disebabkan oleh berbagai faktor.
Secara garis besar, harga minyak kelapa sawit memang memiliki korelasi positif terhadap prospek pemulihan ekonomi negara apalagi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Hal ini dikarenakan dari segi jumlah pekerja di Indonesia, 27,3 persen total tenaga kerja berasal dari sektor agrikultur mayoritas CPO.
Karena tenaga kerja yang diserap dari sektor tersebut cukup tinggi, korelasi antara harga CPO dan daya beli masyarakat serta pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah berbanding lurus.
Harga CPO Market pada Awal Tahun
Dikutip dari Bisnis.com, data Bloomberg menunjukkan bahwa perdagangan Rabu 6 Januari 2021, harga CPO berjangka untuk kontrak teraktif di Bursa Malaysia berada pada level tertinggi sejak tahun 2008 yakni di posisi 4.040 ringgit per ton, naik 1,87 persen atau 74 poin dari hari sebelumnya.
Selama tahun berjalan 2020, harga CPO melonjak 3,83 persen. Adapun, penguatan CPO masih mengikuti tren pergerakan yang terjadi sepanjang tahun lalu ditandai dengan meroketnya harga sebesar 27,95 persen. Penguatan harga minyak sawit memang dipengaruhi oleh gangguan pasokan di negara produsen CPO terbesar kedua di dunia yakni Malaysia.
Sebagai informasi, pasokan CPO Malaysia pada Desember tahun lalu terkontraksi hingga 24 persen menjadi hanya 1,18 juta dibandingkan pada November 2020. Angka pasokan tersebut terendah sejak tahun 2007 lalu. Gangguan pasokan ini menjadi katalis positif yang kuat untuk harga CPO bergerak naik lagi pada awal tahun ini apalagi Malaysia adalah produsen CPO terbesar di dunia.
Harga CPO Berangsur Ambrol pada Akhir Bulan
Harga CPO anjlok 4,12 persen dalam sepekan pada pertengahan bulan Januari ini. Setelah sempat menyentuh angka 4.040 ringgit per ton, harga minyak kelapa sawit langsung terperosok ke level 3.282 ringgit per ton.
Anjloknya harga CPO disebabkan oleh pasar utama minyak kelapa sawit Malaysia yakni China memilih untuk membeli CPO dari Indonesia karena harga dan pajak yang ditawarkan oleh negara tetangga tersebut lebih tinggi. China juga berencana untuk tak hanya mengimpor komoditas produk Indonesia seperti minyak kelapa sawit tetapi juga batu bara.
Koreksi harga CPO memang dianggap wajar oleh kalangan analis mengingat reli harga umumnya berdampak pada kenaikan pasokan yang pada akhirnya menurunkan harga yang sudah terlanjur tinggi.
Bagaimana Kinerja Saham Sawit?
Dikutip dari data statistik harian Bursa Efek Indonesia per 25 Januari 2020, indeks agrikultur mencatatkan koreksi sebesar 2,61 persen atau 37,94 poin ke level 1.416, dari posisi 1.453 pada akhir pekan lalu. Indeks sektoral ini bahkan mencetak penurunan terdalam jika ditarik dari data year to date atau awal tahun ini yakni dengan pelemahan sebesar 5,47 persen.
Pada perdagangan 25 Januari 2021, saham perkebunan sawit bahkan tidak ada satupun yang ditutup pada zona hijau. Saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) anjlok 6,64 persen ke level Rp985, diikuti leh PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) sebesar 6,06 persen ke level Rp124.
Adapun hanya saham PT London Sumatera Indonesia Tbk. (LSIP) yang mencatatkan harga stagnan yakni Rp1.275 dan PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) yang harganya masih stabil di posisi Rp1.750 jika dibandingkan dengan harga penutupan pekan sebelumnya.
Meskipun anjlok paling dalam pada hari ini, sepanjang tahun berjalan, saham SSMS ternyata masih mencetak cuan dengan kenaikan sebesar 23,13 persen. Kendati demikian, mayoritas saham sawit memang mencetak koreksi yang dalam, dipimpin oleh SGRO yang anjlok 29,44 persen, hingga PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) yang hanya terkoreksi 0,48 persen.
Prospek Saham Perkebunan Sawit
Estimasi pendistribusian vaksin dinilai masih akan menggerek permintaan minyak kelapa sawit, sehingga terlalu dini untuk mengatakan bahwa permintaan akan komoditas yang juga dikuasai oleh Indonesia ini akan menurun. Harga minyak kelapa sawit dalam jangka pendek dinilai analis masih akan bagus karena produksi dari Malaysia dan Indonesia masih akan terganggu karena aturan pembatasan sosial di masing-masing negara.
Di sisi lain, prospek saham CPO masih akan menarik yang didorong oleh harga minyak kelapa sawit global itu sendiri. Jika harganya menurun, pasti akan ada potensi untuk rebound. Kedua, potensi penguatan harga saham CPO disebabkan oleh situasi La Nina pada awal tahun 2021. Ketiga, China yang menjadi pasar utama minyak kelapa sawit juga akan merayakan tahun baru imlek yang diduga kembali akan meningkatkan permintaan.
Dengan demikian, beberapa analis merekomendasikan saham LSIP sebagai top picks-nya karena kinerja fundamentalnya yang cukup apik dari valuasinya yang masih murah.
Nah, memilih saham untuk dijadikan pegangan untuk investasi jangka panjang memang tidaklah mudah. Kamu harus melakukan analisa yang cukup panjang untuk mengetahui prospek keberlanjutan bisnis dan juga keuntungannya di masa mendatang.
Jika kamu sudah memiliki satu atau beberapa saham pegangan yang kamu yakini bisa memberi cuan besar dalam beberapa tahun ke depan, jangan lupa untuk langsung berinvestasi di aplikasi investasi Ajaib, ya. Karena selain aman, Ajaib juga bisa kamu akses dimanapun. Download segera melalui Apple App Store dan Play Store kamu, ya!