Ekonomi

Gig Economy Adalah Tren Kerja Masa Kini, Benarkah?

GIG Economy Adalah

Ajaib.co.id – Dunia pekerjaan bersifat dinamis. Dinamikanya mengikuti perubahan tren dan kebutuhan dari waktu ke waktu, atau yang dikenal dengan istilah gig economy. Gig economy adalah adalah pasar tenaga kerja yang terdiri dari freelancer atau part timer sebagai lawan dari kontrak tetap dan full time.

Pengertian gig economy

Gig’ atau ‘panggung’ adalah istilah yang kerap digunakan dalam industri hiburan, spesifiknya musik. Gig economy bermakna suatu kondisi perekonomian yang ditandai dengan pergeseran status para pekerja. Bila sebelumnya status pekerja dalam sebuah perusahaan adalah tenaga kerja permanen, kini statusnya berubah menjadi kontrak sementara (short-term contract), karyawan tidak tetap (temporary workers), atau independent workers (freelance).

Sebenarnya, istilah gig economy bukanlah sesuatu yang baru. Konsep gig economy mulai populer sekitar puncak krisis keuangan di sejumlah negara pada tahun 2008–2009.

Gig economy di Indonesia

Gig economy telah melanda banyak negara. Bagaimana di Indonesia? Menurut Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purba Sari, kondisi tak berbeda jauh juga terjadi di tanah air. Lebih spesifik, fenomena gig economy sedang menjamur di kalangan kaum muda Indonesia. 

Ia merujuk pada Survei Cyrus Network belum lama ini. Pada survei tersebut, angkatan kerja Indonesia lebih menyukai bekerja sebagai karyawan kontrak jangka pendek atau pekerja lepas (freelancer) dibandingkan menjadi karyawan tetap selama puluhan tahun di satu tempat.

Baca Juga: 4 Cara Melakukan Perencanaan Keuangan Jangka Panjang bagi Milenial

Jenis-jenis pekerjaan gig economy

Meskipun fenomenanya makin kentara, bukan berarti semua pekerjaan sesuai dengan ‘arus’ gig economy. Sejumlah pekerjaan yang umum dipekerjakan di fenomena gig economy antara lain:

  • IT: network analyst, information security engineer
  • Penulisan: content writer, copywriter, UI/UX writer
  • Akuntansi: akuntan, accounting assistant
  • Administratif: virtual assistant, pharmacy technician, design administrative assistant
  • Pendidikan: guru, dosen, tutor
  • Software development: game engineer, UI/UX designer, DevOps engineer
  • Project management: project manager, office manager dan sebagainya

Kelebihan dan kekurangan gig economy

Kelebihan gig economy

1. Potensi penghasilan tidak terbatas

Perbedaan yang terlihat jelas pada gig economy dan sistem konvensional adalah soal pendapatan. Pada gig economy, pekerja berkesempatan menerima penghasilan tak terbatas. Seorang freelancer, misalnya, bisa mengambil pekerjaan lepas sebanyak mungkin selama ia mampu melakukannya dengan baik. Hal ini berbeda dengan sistem konvensional di mana seorang pekerja umumnya memiliki pendapatan tetap dari gaji yang diterimanya. Peluangnya mengambil pekerjaan lain di waktu senggang pun cukup terbatas.

2. Fleksibilitas waktu

Pekerja pada sistem konvensional biasanya bekerja berdasarkan rutinitas working hours. Sebaliknya, pekerja yang memiliki profesi terkait gig economy memiliki keleluasaan waktu. Ia bisa saja menyelesaikan satu proyek dalam hitungan jam, hari, minggu, bulan hingga tahun. Pekerja tersebut juga bisa melakukannya kapan saja, baik pagi, siang, atau malam hari. Yang penting, pekerjaan tersebut dapat selesai sesuai deadline yang telah disepakati. 

3. Pilihan lebih banyak

Pekerja dalam gig economy juga memiliki bargaining position lebih baik. Maksudnya, ia memiliki pilihan lebih bervariasi soal jenis pekerjaan dan bayarannya. Seorang penulis freelance, misalnya, dapat memilih jenis tulisan apa yang sesuai dengan minatnya. Selain itu, ia juga bisa menegosiasikan jumlah bayaran pekerjaan tertentu dengan pemberi kerja atau kliennya. 

Hal ini sangat sulit ditemui pada sistem konvensional. Umumnya, perusahaan memiliki standar gaji untuk jabatan tertentu. Standar tersebut ditawarkan kepada calon pekerja. Calon pekerja memiliki posisi yang ‘lemah’ untuk bernegosiasi. Apalagi mengingat angka pengangguran masih tinggi sehingga tersedia banyak tenaga kerja di pasar.

Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat Beli Mobil Baru? Ini Penjelasannya

Kekurangan gig economy

1. Inkonsistensi pendapatan

Memang, seorang pekerja pada gig economy bisa meraup penghasilan tak terbatas. Namun, di sisi lain, hal ini juga berarti potensi inkonsistensi pendapatan. Seorang pekerja, contohnya, dapat meraup banyak uang di bulan lalu. Namun, saat ini pendapatannya jauh berkurang.

Inkonsistensi pendapatan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Pandemi Covid-19, misalnya, membuat sebagian tutor privat kehilangan pemasukan karena terbatasnya kegiatan belajar-mengajar tatap muka. Oleh sebab itu, ia harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi, misalnya mengadakan kelas secara online.

2. Tidak mendapat berbagai insentif dari perusahaan

Tidak bekerja di sebuah perusahaan tak hanya berarti kehilangan gaji rutin tiap bulan, melainkan juga beberapa insentif lain, seperti asuransi kesehatan atau bonus tahunan. 

3. Membayar pajak sendiri 

Umumnya, perusahaan membayarkan sebagian pajak penghasilan para pekerjanya. Sebaliknya, gig economy mendorong para pekerja untuk membayar pajak penghasilannya sendiri.

Tips sukses menjalani gig economy

1. Mengatur waktu dengan baik

Salah satu tantangan pekerjaan pada gig economy adalah mengatur waktu. Banyak pekerja tergiur dengan jumlah pekerjaan yang ditawarkan kepadanya. Namun, hal ini tak diikuti dengan kapabilitas dan kemampuannya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Bisa saja ia menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Namun, kualitasnya belum tentu optimal.

2. Beradaptasi dengan keahlian

Banyak profesi baru yang tercipta pada gig economy. Maka, penting untuk cepat beradaptasi dengan kondisi terkini. Kembangkan keahlian Anda untuk mendapat kesempatan lebih besar menerima proyek. Terkadang, pekerjaan tertentu menuntut lebih dari satu keahlian.

3. Memiliki merek

Merek atau brand tak hanya monopoli perusahaan atau organisasi. Individu juga memiliki brand. Jadi, branding sangat penting dalam gig economy. Ingat, ada ribuan–atau mungkin jutaan–para pencari kerja di pasar. Jika tidak terlihat menonjol, sulit bagi Anda dapat bertahan di gig economy.

4. Bersabarlah 

Sukses memerlukan proses. Proses membutuhkan waktu. Jarang sekali kesuksesan dapat diraih seseorang secara instan.

Jadi, bersikap sabar penting dalam mengarungi ketatnya pertarungan di gig economy. Branding, misalnya, dilakukan dengan berbagai upaya yang membutuhkan waktu, seperti membangun basis pelanggan yang kuat dan setia.   

Baca Juga: Cara Take Over KPR untuk Kamu yang Keberatan Cicilan Rumah

Artikel Terkait