Saham dari perusahaan PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) saat ini amblas di level 54.42 persen. Hal itu terjadi karena indeks sektor aneka industri membukukan kinerja imbal hasil terburuk sepanjang 9 bulan pertama tahun ini dengan melemah hingga 16,05 persen. Saham-saham industri tekstil seperi saham POLY ini memiliki kontribusi yang signifikan atas penurun itu.
Saham yang Menorehkan Imbal Negatif
Dari 19 saham emiten tekstil dan farmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 Januari hingga 30 September 2019, ada 8 saham selain saham POLY yang menorehkan imbal hasil negatif.
Data pergerakan harga pasar menunjukkan, saham PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) turun 38,97 persen, PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO) turun 36,54 persen, PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX) turun 35,58 persen, dan PT Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT) turun 25,58 persen.
Saham-saham dari industri tekstil dan garmen yang terpapar aksi jual oleh investor didorong karena tertekannya kinerja fundamental perusahaan. Apalagi perusahaan sedang dilanda arus impor di sektor produk hulu dan meningkatnya persaingan pasar ekspor, di mana hal ini berujung pada pemberhentian karyawan massal dan penutupan pabrik.
Saham MYTX Rugi RP134 Miliar
MYTX tercatat mengalami kerugian hingga Rp134,37 miliar, di mana nilai ini turun 29,76 persen secara tahunan (YoY). Penurunan itu dibandingan dengan kerugian periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp191,3 miliar.
Kemudian, saham POLY dan ARGO yang awalnya meraup keuntungan pada semester I/2018, pada paruh pertama tahun ini mengalami rugi bersih masing-masing 54,36 persen dan 42,47 persen (YoY).
Saham Duniatex Dilanda Isu Gagal Bayar
Meski bukan perusahaan publik salah satu pemain besar di industri tekstil, yakni PT Delta Merlin Dunia Textile (Duniatex) sedang dilanda isu gagal bayar. Hal itu dikarenakan perusahaan tidak mampu untuk membayar kupon atas surat utang global sebesar 300 juta dolar Amerika dengan tingkat bunga sebesar 8,625 persen yang sudah jatuh tempo pada 12 September 2019. Selain itu, ada biaya pokok utang dan bunga atas pinjaman sindikasi senilai 79 juta dolar Amerika yang jatuh tempo pada 21 September 2019.
Dengan begitu, lembaga pemeringkat global, Fitch Ratings dalam rilis terbarunya memutuskan untuk menurunkan peringkat utang Duniatex menjadi RD (Restricted Default) atau gagal bayar terbatas.
Lebih lanjut, mirisnya kondisi industri tekstil juga tercermin dari penutupan beberapa pabrik. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat ada 9 pabrik yang tutup akibat kalah bersaing dengan produk impor dalam kurun waktu 2018 hingga 2019.
Perusahaan Tekstil Tutup Karena Impor dari China
Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Harian API, Anne Patricia Sutanto, mengungkapkan bahwa fenomena banyak perusahaan tekstil Indonesia yang tutup disebabkan oleh impor dari China. Produk China makin superior daripada produk lokal apalagi harga yang dipatok sangat kompetitif.
Selain itu, untuk pasar tekstil ekspor, Indonesia semakin kalah dengan Vietnam. Sejak 2012 lalu, kinerja ekspor Indonesia sudah tersalip Vietnam. Kini, ekspor tekstil dan produk tekstil Vietnam sudah mencapai 48 miliar dolar Amerika, sedangkan Indonesia hanya sekitar 13 miliar dolar Amerika dalam beberapa tahun terakhir.
Dengan kondisi ini, wajar saja jika pelaku pasar mulai kehilangan kepercayaan atas prospek bisnis perusahaan sehingga mereka memilih untuk meraih dananya.
Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.