Ajaib.co.id – Dalam industri consumer goods, kerupuk adalah sesuatu yang unik di mana penjualan biasanya meningkat ketika krisis mulai terasa di kalangan masyarakat umum. Kamu bisa perhatikan peningkatan penjualan kerupuk yang signifikan di tahun-tahun krisis seperti tahun 1997, 1998, 2008 dan pandemi.
Selama pandemi, hotel dan restoran dibatasi jam operasionalnya sehingga permintaan akan kerupuk dari hotel dan restoran berkurang drastis. Namun tak menjadi soal bagi SKLT karena permintaan di masyarakat atas kerupuk meningkat selama pandemi dan menutup kehilangan pendapatan dari hotel dan restoran.
Kepiawaian emiten terlihat di sini dengan manuver strateginya selama pandemi. Ketika permintaan dari hotel dan restoran turun drastis, emiten melakukan distribusi lebih banyak ke pasar-pasar dan langsung menyentuh konsumen. Berikut bedah saham SKLT yang memiliki manajemen lincah dalam mensiasati keadaan dan melakukan penghematan biaya-biaya.
Profil Emiten
PT Sekar Laut Tbk (SKLT) dikenal sebagai perusahaan barang konsumsi yang memproduksi kerupuk, saus tomat, sambal, bumbu masak instan, dan bumbu siap pakai, yang dipasarkan dengan merek FINNA. Pabrik Perusahaan berlokasi di Jawa Timur, Indonesia.
Sumber pendapatan lain datang dari anak usahanya PT Pangan Lestari, yang bergerak di bidang distribusi dan perdagangan barang konsumsi, pakan udang dengan pusat distribusi di kota Jawa dan Bali.
Perusahaan didirikan pada tanggal 19 Juli 1976 dan melaksanakan penawaran saham perdana (IPO) di papan pengembangan bursa pada tanggal 8 September 1993. Dengan jumlah saham beredar sebesar 690.740.500 lembar di harga Rp 2470 maka kapitalisasi harganya adalah sebesar Rp 1,71 Triliun.
Pemegang saham dengan kepemilikan signifikan diantaranya: Omnistar Investment Holdings Limited (26,79%), Alamiah Sari (26,16%), Malvina Investment Limited (17,72%), Shadforth Agents Limited (13,39%), tersebar di masyarakat (5,94%), Saham Treasury (10%).
Kinerja Pada Laporan Keuangan Terakhir
Laporan keuangan (LK) terakhir yang disampaikan emiten adalah LK kuartal I-2021. Berikut ulasannya:
1Q21 | 1Q20 | Perubahan | |
Pendapatan | 336,72 miliar | 329,9 miliar | 2,07% |
Laba Kotor | 85,27 miliar | 84,23 miliar | 1,23% |
Laba Bersih | 18,1 miliar | 12,41 miliar | 45,82% |
Pendapatan emiten per kuartal I-2021 naik 2,07% menjadi Rp 336,7 miliar dari sebelumnya di periode yang sama di 2019 Rp 329,9 miliar. Meski hanya naik 2,07% saja namun laba bersihnya membaik dengan peningkatan sebesar 45,82% menjadi Rp 18,1 miliar. Hal ini dikarenakan perusahaan mampu menghemat biaya-biaya.
Penghematan biaya terjadi pada beban keuangan alias beban bunga yang berkurang akibat emiten mengurangi liabilitas. Berikut rasio-rasio profitabilitas yang dapat disampaikan:
1Q21 | 1Q20 | |
ROE | 4,26% | 3,16% |
GPM | 25,33% | 25,53% |
OPM | 6,92% | 5,68% |
NPM | 5,38% | 3,76% |
Berkat peningkatan pada laba bersih, rasio laba per modal kerja (ROE) meningkat menjadi 4,26% dari sebelumnya 3,16%. Pengurangan beban keuangan menyebabkan marjin laba usaha (OPM) naik ke 6,92% dari sebelumnya 5,68% saja di Kuartal I-2020. Marjin laba bersih naik menjadi 5,38% di tahun kuartal I-2021 dari sebelumnya 3,76% di periode yang sama di 2020.
Berikut informasi mengenai liabilitas dan ekuitas emiten:
1Q21 | 1Q20 | Perubahan | |
Liabilitas | 378,68 miliar | 412,6 miliar | -8,2% |
Ekuitas | 425 miliar | 392,79 miliar | 8,2% |
Dengan adanya peningkatan laba bersih emiten mampu membayar sebagian liabilitas sehingga liabilitas turun sebesar 8,2% menjadi Rp 378,68 miliar saja di kuartal I-2021. Dengan turunnya liabilitas, modal kerja alias ekuitas naik sebesar kenaikan liabilitas yakni 8,2% menjadi Rp 425 miliar.
Penurunan liabilitas diiringi kenaikan ekuitas menjadikan rasio kesehatan keuangan emiten meningkat. Berikut rasio kesehatan keuangan emiten yang dapat disampaikan:
1Q21 | 1Q20 | |
DER | 89,09% | 105,05% |
Current Ratio | 160,47% | 133,69% |
ICR | 7,52 | 3,67 |
Rasio kesehatan emiten meningkat terlihat dari DER (laba per ekuitas) yang turun menjadi 89,09% dari sebelumnya 105,05%. Rasio DER yang dianjurkan memang di bawah 100%. Secara jangka pendek pun emiten menguat, rasio lancar/current membaik dari posisinya di 133,69% menjadi 160,47% di Kuartal I-2021.
Dengan turunnya DER, beban keuangan alias bunga pinjaman juga berkurang dan menyebabkan rasio ICR naik menjadi 7,52x. Berikut laporan riwayat kinerjanya dari tahun ke tahun.
Ulasan Singkat Tahun 2020
Sepanjang tahun 2020 total penjualan ke hotel dan restoran adalah Rp 200 miliar, di mana kurang lebih sekitar 30% hilang. Namun di sisi lain, penjualan yang hilang tersebut tertutup oleh penjualan langsung ke masyarakat yang nilainya meningkat, sehingga dampaknya tidak terlalu besar.
Selama ini memang strategi emiten adalah dengan melakukan kerja sama dengan berbagai hotel dan restoran sebagai sumber pendapatan tetap. Namun ketika pandemi berlangsung emiten mesti cari cara lain untuk menutup berkurangnya volume penjualan ke hotel dan restoran.
Tak lantas berdiam diri, manajemen melakukan berbagai strategi untuk mengikuti perubahan pasar. Ketika konsumsi masyarakat beralih ke konsumsi rumah tangga yang meningkat, emiten melakukan distribusi produk ke pasar lokal yang mudah di jangkau masyarakat, termasuk penjualan lewat pasar daring.
Untuk mengikuti perubahan pola belanja masyarakat, ketersediaan produk tetap diutamakan sehingga nilai penjualan dapat dipertahankan. Keberhasilan dicapai terutama karena penyebaran produk yang baik dan penerimaan masyarakat terhadap kualitas produk perseroan.
Riwayat Kinerja
Sekar Laut Tbk (SKLT) adalah emiten pengolahan kerupuk merek Finna, selain itu emiten juga memiliki segmen usaha lain yakni saos, roti dan barang dagangan. Berikut laporannya:
Pendapatan | Laba Kotor | Laba Usaha | Laba Bersih | |
2017 | 914,18 miliar | 237 miliar | 41,29 miliar | 23,1 miliar |
2018 | 1,04 triliun | 267,31 miliar | 54,16 miliar | 32,1 miliar |
2019 | 1,28 triliun | 323,9 miliar | 81,23 miliar | 44,98 miliar |
2020 | 1,25 triliun | 333,58 miliar | 74,74 miliar | 42,52 miliar |
CAGR | 11,10% | 12,07% | 21,87% | 22,55% |
Pendapatan turun dari Rp 1,28 triliun di 2019 menjadi Rp 1,25 triliun di akhir tahun 2020. Meski demikian SKLT secara umum masih termasuk ke dalam emiten yang memiliki kinerja baik. Secara historis pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) pendapatan emiten yang sebesar 11,1% per tahun.
Adapun laba kotor bertumbuh dengan CAGR sebesar 12,07% per tahun. Meski pendapatan turun sedikit, di akhir 2020 laba kotor meningkat menjadi Rp 333,58 miliar dari sebelumnya Rp 323,9 miliar.
Yang lebih hebatnya lagi laba usaha bertumbuh dengan tingkat CAGR 21,87% dan diikuti oleh pertumbuhan laba bersih dengan besar CAGR yang kurang lebih sama. Peningkatan CAGR pada laba usaha dan laba bersih menandakan adanya usaha emiten untuk melakukan penghematan beban-beban.
Emiten memang sudah semestinya berhemat karena beban gaji pegawai, beban umum dan administrasi dan beban lainnya memangkas pendapatan cukup besar. Berikut rasio profitabilitas emiten:
ROE | GPM | OPM | NPM | |
2017 | 7,51% | 25,93% | 4,52% | 2,53% |
2018 | 9,47% | 25,58% | 5,18% | 3,07% |
2019 | 11,83% | 25,28% | 6,34% | 3,51% |
2020 | 10,45% | 26,61% | 5,96% | 3,39% |
Perbandingan antara laba kotor dengan pendapatan (GPM) adalah sebesar 25-27 persen setiap tahunnya. Artinya beban pokok pendapatan ada di kisaran 74-an persen setiap tahunnya. Laba usaha sebelum pajak dan depresiasi amortisasi, jika dibandingkan dengan pendapatan nilainya kecil saja yakni 4-6 persen per tahun. Alhasil rasio laba bersih per pendapatan (NPM) hanya berada di antara 2-4 persen saja setiap tahunnya.
Kini kita mengerti bahwa emiten memang sudah selayaknya melakukan penghematan beban-beban karena kecilnya marjin laba. Salah satu upaya yang dilakukan emiten untuk memperkecil biaya-biaya adalah dengan mengurangi utang berbunga. Berikut laporannya:
Liabilitas | Ekuitas | Beban Keuangan | |
2017 | 328,71 miliar | 307,56 miliar | 15,54 miliar |
2018 | 408 miliar | 339,23 miliar | 17,54 miliar |
2019 | 410,46 miliar | 380,38 miliar | 21,52 miliar |
2020 | 366,9 miliar | 406,95 miliar | 18,7 miliar |
CAGR | 3,73% | 9,78% | 6,38% |
Meski liabilitas sempat meningkat di tahun 2019 namun segera emiten melunasi sebagia liabilitasnya. Total liabilitas alias kewajiban perusahaan turun menjadi Rp366,9 miliar di tahun 2020 dari Rp410,46 miliar di tahun 2019. Penurunan total kewajiban sebesar 10,61% memang diakui manajemen dilakukan agar keuangan perusahaan lebih likuid dan teratur.
Dengan liabilitas yang berkurang, beban keuangan pun turun menjadi Rp 18,7 miliar di tahun 2020. Semula beban keuangan sempat membengkak menjadi Rp 21,52 miliar, namun berkat penutupan sebagian liabilitas oleh emiten maka bunga pinjaman pun berkurang.
Secara keseluruhan, total aset perusahaan turun sebesar 2,15% dari tahun 2020 ke tahun 2019. Kewajiban lancar perusahaan turun sebesar 16% di tahun 2020. Selama tahun 2020, ekuitas meningkat sebesar 7% menjadi Rp 406,95 miliar. Kontributor peningkatkan ekuitas terbesar diperoleh dari laba perusahaan di tahun 2020.
Kenaikan ekuitas ini menunjukkan kemampuan emiten dalam mengelola modal kerja menjadi laba bersih. Selain itu liabilitas yang lebih rendah akan berdampak pada kesehatan keuangan emiten. Berikut rasio-rasio kesehatan keuangan emiten yang dapat disampaikan:
DER | Current Ratio | |
2017 | 106,87% | 126,31% |
2018 | 120,29% | 122,44% |
2019 | 107,91% | 129,01% |
2020 | 90,16% | 153,67% |
Rasio DER sebelum tahun 2020 selalu berada di atas batas atas yang dianjurkan yakni 100%. Namun di tahun 2020 emiten mengetatkan beban-beban dan sanggup menurunkan liabilitas dan akhirnya rasio DER berada di bawah batas yang dianjurkan, 90,16%.
Rasio lancar juga menunjukkan penguatan kesehatan secara jangka pandek di mana aset lancar adalah sebesar 153% dibandingkan dengan liabilitas lancarnya. Dengan demikian kesehatan keuangan emiten saat ini sangat baik, secara jangka pendek pun sangat aman.
Prospek
Dengan program vaksinasi nasional harapan datang pada pulihnya permintaan dari sektor horeca (hotel, resto dan cafe). Prospek juga datang dari penjualan ekspor, adapun komposisi penjualan ekspor pada tahun 2020 adalah 226 miliar sedangkan pada tahun 2019 penjualan ekspor perusahaan sebesar 210 miliar.
Negara tujuan ekspor sambal, roti dan kerupuk Finna yang paling besar sampai saat ini masih negara-negara di Eropaseperti Belanda dan Inggris. Selain itu, permintaan juga datang dari negara-negara ekspor lainnya seperti Australia, Korea, dan China.
Manajemen saat ini melihat peluang di sambal uleg dan oleh karena itu di tahun 2021 perusahaan fokus dengan produk sambal seperti Uleg Sambal Teri, Uleg Sambal Udang, dan akan launching Uleg Chili Prawn Crispy dan Uleg Sambal Mie Bakso. Penambahan varian-varian sambal ini diharapkan dapat mendongkrak penjualan SKLT di tahun 2021.
Dividen
Emiten rutin membagikan dividen setiap tahun. Berikut riwayat pembagian dividen oleh SKLT:
Besar Div. (Rp) / lembar saham | Total dividen | Laba Bersih Periode Sebelumnya | Div. Payout | |
2021 | 15 | 10,36 miliar | 42,52 miliar | 24,37% |
2020 | 15 | 10,36 miliar | 44,98 miliar | 23,03% |
2019 | 9 | 6,21 miliar | 32,1 miliar | 19,36% |
2018 | 7 | 4,83 miliar | 23,1 miliar | 20,93% |
Setiap tahun emiten membagikan 20-an persen dari laba bersih yang dicapainya di tahun sebelumnya.
Kesimpulan
Saat ini SKLT sudah termasuk ke dalam kategori perusahaan bagus dengan mempertimbangkan pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) atas pendapatan sebesar 11% setiap tahun diiringi dengan CAGR laba usaha dan laba bersih sebesar 22%.
Kemampuan manajemen telah teruji dengan baik dengan penghematan beban-beban yang telah berhasil mereka lakukan. Marjin laba pun menguat meski masih di bawah 10%.
Selain bagus, emiten juga masuk ke dalam kategori sehat dengan menurunkan liabilitasnya. Adapun rasio DER telah turun dan masuk ke dalam kategori sehat. Rasio lancar juga semakin baik menandakan bahwa keuangan emiten aman secara umum dan secara jangka pendek.
Berinvestasi di saham SKLT termasuk baik dan aman. Dividen yang dibagikan adalah sebesar 20-an persen dari laba bersih yang didapatnya di periode sebelumnya.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.