Ekonomi

Dolar Singapura Kian Meroket! Inilah yang Menjadi Penyebabnya

Ajaib.co.id – Dolar Singapura akhir-akhir ini menunjukkan penguatan terhadap rupiah, kenaikan mata uang milik negeri singa ini dapat disebabkan oleh beberapa sentimen positif dari pasar. Perlu diketahui bahwa nilai tukar suatu mata uang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Sehingga, tak heran bila pergerakan nilai tukar suatu mata uang begitu fluktuatif tergantung dari kondisi ekonomi dan faktor-faktor lainnya. Bagi masyarakat Indonesia, dolar Singapura bukanlah sebuah mata uang negara yang asing bagi mereka. 

Lantaran, mata uang milik negara tetangga Indonesia ini banyak disimpan oleh investor valas. Umumnya, investor banyak menyimpan dolar Singapura ketika modal yang dimiliki belum cukup untuk membeli USD atau mata uang teratas lainnya di dunia. 

Dalam perekonomian dunia, Singapura dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki pengaruh yang besar dalam percaturan ekonomi di pasar dunia. Sehingga, kebijakan ekonomi maupun perdagangan di Singapura dalam mempengaruhi kondisi perekonomian global.

Faktor-faktor yang mempengaruhi SGD Meroket

Meroketnya kurs dolar Singapura terhadap rupiah akhir-akhir ini dapat didorong oleh faktor-faktor non-ekonomi di antaranya:

  • Inflasi

Tingkat inflasi yang terjadi di sebuah negara dapat menyebabkan anjlok atau naiknya nilai tukar uang. Karena ketika tingkat inflasi di sebuah negara tergolong rendah, hal ini akan membuat produk-produk domestik di negara tersebut semakin kompetitif di pasar internasional dengan meningkatnya ekspor produk ke negara lain dan meningkatnya permintaan mata uang domestik.

Sedangkan, bila tingkat inflasi yang terjadi sangat tinggi, produk-produk domestik menjadi kurang kompetitif lantaran mengalami penurunan permintaan dari sisi ekspor.

  • Suku Bunga 

Suku bunga yang tinggi yang diterbitkan oleh bank sentral di suatu negara dapat membuat aliran dana investasi asing yang masuk menjadi meningkat. Lantaran, investor asing tergiur dengan suku bunga yang ditawarkan di negara tersebut. Umumnya, aliran dana investasi asing yang masuk bisa melalui investasi langsung maupun obligasi.

Tentunya berbeda halnya bila suku bunga yang diterapkan di suatu negara sangat rendah. Tentunya investor asing akan menarik dananya dan memindahkan dana tersebut ke negara-negara yang menawarkan suku bunga yang lebih kompetitif.

  • Neraca Perdagangan

Pergerakan naik dan turunnya nilai tukar suatu mata uang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas bisnis atau perdagangan yang dilakukan di sebuah negara. Bila nilai ekspor melebih nilai impor (surplus perdagangan), permintaan mata uang domestik akan meningkat, bila hal ini terjadi nilai tukar mata uang di negara tersebut bisa mengalami kenaikan.

  • Utang Pemerintah

Pemerintah yang memiliki utang yang terlalu tinggi akan membuat negara tersebut berisiko mengalami gagal bayar. Hal inilah yang diantisipasi oleh investor sehingga meninggalkan negara tersebut dan berinvestasi di negara lainnya yang memiliki utang pemerintah yang lebih rendah.

Hal ini sebaliknya pun demikian, ketika utang pemerintah rendah para investor tidak ragu atau khawatir untuk mengelontorkan dananya ke sebuah negara. Singapura adalah negara yang memiliki pengelolaan utang yang sangat baik untuk membiayai kebutuhan negaranya, namun utang itu sendiri sebagian diperoleh dari masyarakatnya sendiri. 

  • Spekulasi

Spekulasi yang dilakukan oleh investor untuk menyimpan dolar Singapura dalam jangka waktu tertentu merupakan faktor berikutnya yang membuat nilai tukar SGD meroket akhir-akhir ini. Seperti diketahui, mata uang negara Singapura sering dijadikan sebagai alternatif investasi valas selain mata uang teratas di dunia lainnya.

Banyak yang menganggap bahwa dolar Singapura lebih cocok untuk jangka pendek, sedangkan USD cocok untuk jangka panjang. Spekulasi inilah yang membuat nilai tukar SGD akhir-akhir ini menguat.

  • Pertumbuhan Ekonomi

Selama 2020, pertumbuhan ekonomi global mengalami kontraksi atau minus. Namun, pergantian tahun dari 2020 ke 2021 bisa menjadi momen bagi negara-negara untuk memperbaiki kondisi ekonominya. Tak terkecuali, perekonomian Singapura yang diprediksi akan mengalami pertumbuhan hingga 6% di 2021. 

Tentunya proyeksi penguatan ekonomi di Singapura, membuat terjadinya penguatan SGD.

  • Risiko Politik

Kemenangan Joe Biden atas Donald Trump pada pilpres AS 2020 kemarin merupakan sentimen positif bagi perekonomian di Asia Tenggara. Lantaran, pengamat menilai Joe Biden akan mampu memperbaiki hubungan internasional Amerika Serikat dengan negara-negara Asia, termasuk Singapura yang memiliki pengaruh besar dalam perekonomian. Hal ini juga bisa menjadi isu yang membuat dolar Singapura semakin baik saja.

Kedelapan faktor non-ekonomi di atas adalah faktor-faktor yang bisa mendorong semakin menguatnya SGD saat ini. Walaupun begitu, tahun 2021 juga masih penuh ketidakpastian. Lantaran, bila vaksinasi yang diberikan kepada warga Singapura tidak berhasil mengatasi pandemi.

Tentunya hal ini akan memperlambat pemulihan ekonomi di Singapura yang diakibatkan roda perekonomian belum bisa berjalan secara normal. Belum lagi, pemerintah Singapura sudah mengonfirmasi bahwa varian baru virus corona telah ditemukan di Singapura, yang dikabarkan memiliki penyebaran yang lebih tinggi dan ganas mencapai 70% dibanding virus corona sebelumnya.

UU Cipta Kerja Bisa Bikin Dolar Singapura Gigit Jari

Kebijakan pemerintah yang mengesahkan UU Cipta Kerja dapat menjadi dampak negatif bagi nilai tukar SGD terhadap rupiah. Lantaran, UU Cipta Kerja membuat investasi ke Indonesia menjadi semakin mudah untuk dilakukan dengan mudahnya mengurus perizinan dan lain sebagainya.

Selain itu, suku bunga yang tinggi di Indonesia saat ini juga akan membawa pengaruh positif bagi rupiah. Karena aliran investasi asing diprediksi akan masuk ke pasar obligasi. Sehingga, nilai tukar dolar Singapura bisa kembali tertekan terhadap rupiah berkat adanya aliran investasi asing yang besar setelah UU Cipta Kerja disahkan oleh Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.

UU Cipta Kerja yang disahkan oleh pemerintah memang diproyeksi untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia agar terlihat lebih menarik bagi investor asing yang ingin berinvestasi di tanah air. Dengan menawarkan semakin mudahnya mengurus perizinan usaha di Indonesia.

Artikel Terkait