Reksa Dana

Obligasi Vs Reksa Dana Pendapatan Tetap, Apa Bedanya?

Beda Investasi pada Obligasi Vs Reksa Dana Pendapatan Tetap

Suku bunga acuan 3,5% yang ditetapkan Bank Indonesia merupakan suku bunga terendah sepanjang sejarah Indonesia. Hal ini membuka peluang menarik untuk berinvestasi pada obligasi atau reksa dana pendapatan tetap. Lalu mana yang lebih investasi obligasi langsung atau reksa dana pendapatan tetap?

Sebelum membahas lebih jauh mengenai kelebihan dan kekurangan dari investasi obligasi secara langsung maupun melalui reksa dana pendapatan, kamu wajib pahami dulu perbedaan keduanya.

Sebab secara teori, harga obligasi akan berbanding terbalik dengan suku bunga. Artinya ketika suku bunga turun, maka harga obligasi cenderung naik. Ini lantaran perubahan suku bunga biasanya diikuti perubahan yield, alias imbal hasil yang diharapkan oleh investor obligasi.

Beda Obligasi dan Reksa Dana Pendapatan Tetap

Singkatnya, obligasi merupakan produk surat pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi yang berisi janji untuk membayar kembali pokok dan atau bunga pada tanggal jatuh tempo.

Sedangkan, reksa dana pendapatan tetap atau reksa dana obligasi merupakan jenis produk investasi yang mengalokasikan sebagian besar dana investor kepada surat utang, baik itu untuk korporat maupun untuk negara.

Biasanya, investasi reksa dana pendapatan tetap akan mengalokasikan dananya minimal 80 persen pada obligasi atau surat berharga dalam bentuk utang. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah informasi lengkap mengenai reksa dana pendapatan tetap dan obligasi.

1. Reksa dana pendapatan tetap

Produk reksa dana pendapatan ini akan menginvestasikan 80% dana kelolaannya pada produk efek utang. Seperti produk reksa dana lainnya, kamu tidak perlu repot untuk memperhatikan serta menganalisis saham karena terdapat Manajer Investasi (MI) yang akan melakukannya untukmu.

Instrumen investasi ini berisi produk efek utang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Selain itu kamu bisa dengan mudah mencairkan danamu kapan pun tanpa adanya biaya tambahan, berbeda dengan pencairan dana deposito yang akan mendapatkan pinalti apabila pencairan dilakukan sebelum jatuh tempo. 

Investasi ini juga memiliki risiko lebih rendah daripada reksa dana saham. Naik turunnya harga efek utang tidak terlalu fluktuatif reksa dana saham. Selain itu, penggunaan reksa dana ini cocok bagi kamu yang memiliki tujuan investasi dalam jangka waktu 2-5 tahun karena Nilai Aktiva Bersih (NAB) dalam produk ini cukup stabil dan cenderung mengalami kenaikan. 

2. Obligasi

Obligasi sendiri merupakan surat utang jangka menengah maupun jangka panjang yang dapat dijual atau beli. Jenis ini berisi utang dari pihak yang menerbitkan dengan jaminan akan membayar imbalan berupa kupon pada periode tertentu serta melunasi pokok utang pada akhir waktu, sesuai ketentuan dari pihak penerbit dan investor.

Dengan jaminan kupon ini, surat berharga (utang) dapat dikategorikan ke dalam investasi pendapatan tetap. Selain itu kamu bisa membeli produk ini saat penawaran perdana maupun ketika berada di pasar sekunder. Berbeda dengan reksadana obligasi yang menghimpun dana di sebuah wadah untuk kemudian Manajer Investasi akan mengalokasikan minimal 80% danamu ke produk efek utang.  

Jenis Obligasi

Penerbit obligasi adalah pemerintah dan juga banyak diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan swasta. Obligasi yang diinvestasikan di reksa dana pendapatan tetap bisa bermacam-macam, baik dari pemerintah maupun swasta.

Perbedaan utama antara obligasi yang diterbitkan swasta dengan pemerintah adalah pada risiko gagal bayarnya.

Untuk masalah pembiayaan utang, perusahaan swasta dapat menerbitkan obligasi untuk mencari dana. Ini merupakan alternatif lain untuk mengumpulkan dana selain meminjam dari bank. Di banyak hal, pasar obligasi menawarkan persyaratan yang lebih menguntungkan dan juga suku bunga yang lebih rendah.

Baik perusahaan terbuka maupun swasta dapat menerbitkan obligasi. Tetapi, risikonya adalah adanya kemungkinan untuk default atau gagal bayar. Hal ini akan ditandai dengan surat.

Obligasi juga memiliki rating atau peringkat. Ini dihitung menggunakan faktor-faktor seperti stabilitas keuangan perusahaan, utang saat ini dan potensi pertumbuhan.

Di Indonesia, obligasi korporasi dapat dikatakan tidak likuid. Hanya diperdagangkan secara over-the-counter dan memerlukan investasi minimum yang terbilang besar. Hal lain yang perlu diperhatikan ketika ingin berinvestasi pada obligasi korporasi adalah untuk memilih obligasi yang memiliki rating tinggi.

Tingkat rating ini menunjukkan besarnya risiko jika penerbit obligasi gagal membayar pokok atau pun bunga.

Obligasi ini diterbitkan oleh pemerintah untuk mendapatkan pendanaan dari masyarakat. Dikenal juga dengan nama Surat Berharga Negara. Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dianggap lebih aman daripada obligasi karena angka default yang lebih rendah.

Selain itu, obligasi ini juga dijamin undang-undang. Oleh karena itu, obligasi pemerintah cenderung memiliki tingkat kupon yang lebih rendah dibandingkan obligasi korporasi untuk jatuh tempo yang sama.

Di AS, obligasi yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan AS dengan tahun atau kurang hingga jatuh tempo disebut “Bills”. Obligasi pemerintah di AS dikeluarkan oleh US treasury.

Di Indonesia, obligasi pemerintah atau Surat Utang Negara semakin populer. Dari segi kupon, ada dua jenis obligasi yang dikeluarkan pemerintah, yaitu:

  • Fixed Rate (FR): obligasi dengan kupon tetap
  • Variable Rate (VR): obligasi dengan kupon variable

Selain itu, terdapat juga obligasi yang diterbitkan sesuai dengan prinsip syariah/sukuk negara, dikenal juga dengan Surat Berharga Syariah Negara.

Cara Kerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Vs Obligasi

Sebagai investor, tentu kita bisa berinvestasi langsung pada obligasi maupun secara tidak langsung melalui reksadana pendapatan tetap. Berikut ini adalah perbedaan dari kedua cara tersebut.

1. Agen Penjual

Untuk bisa berinvestasi di obligasi baik di pasar perdana maupun pasar sekunder, investor bisa melakukannya melalui bank dan perusahaan sekuritas yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.

Untuk memperoleh reksa dana pendapatan tetap, investor bisa berinvestasi melalui manajer investasi atau agen penjual seperti bank dan perusahaan sekuritas yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.

2. Minimum Pembukaan Rekening

Minimum nilai rekening untuk transaksi obligasi bervariasi antar agen penjual dan jenis produknya. Untuk ORI dan Sukuk Ritel, umumnya minimum nilai rekening dari Rp5.000.000 sesuai pecahan obligasi.

Namun untuk obligasi pemerintah dan swasta lainnya, bisa dimulai dari Rp1.000.000.000 dan umumnya hanya tersedia untuk nasabah prioritas.

Minimum investasi reksa dana pendapatan adalah secara umum adalah Rp100.000. Terdapat juga beberapa reksadana pendapatan tetap yang menetapkan Rp10.000 sebagai minimum investasi seperti di Ajaib.

3. Perolehan Kupon

Dengan berinvestasi pada obligasi langsung, begitu ada pembayaran kupon, akan diteruskan kepada pemegang obligasi.

Hal ini agak berbeda kebanyakan reksadana pendapatan tetap yang memiliki kebijakan untuk menginvestasikan kembali kupon yang diperolehnya. Dengan adanya kebijakan re-investasi tersebut, maka kupon yang diterima selanjutnya akan meningkatkan harga obligasi.

Meski demikian, ada juga reksadana pendapatan tetap yang kebijakan investasinya meneruskan kupon yang diterima kepada investor. Biasanya kupon dikumpulkan dan dibagikan pada tanggal tertentu sesuai prospektus reksa dana.

4. Risiko Fluktuasi Harga

Karena dapat diperjualbelikan sewaktu-waktu, harga obligasi juga berfluktuasi naik turun dari waktu ke waktu.

Harga obligasi dinyatakan dalam persentase. Ketika harganya di atas 100 persen, disebut bahwa harga obligasi at Premium, ketika di bawah 100 persen, disebut at Discount dan ketika harganya sama dengan 100 persen, harganya disebut at Par.

Dengan asumsi bahwa perusahaan penerbit obligasi mampu melunasi kewajibannya, maka harga obligasi baik sedang di atas 100 ataupun di bawah 100, ketika jatuh tempo akan kembali ke harga 100. Dengan kata lain, risiko fluktuasi harga di obligasi bisa diminimalkan dengan memegang obligasi hingga jatuh tempo.

Harga reksa dana pendapatan tetap dinyatakan dalam Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB per Up) dan dimulai dari angka 1.000.

Berbeda dengan investasi obligasi langsung dimana ketika sudah jatuh tempo maka masa investasinya berakhir, reksa dana pendapatan tetap dapat membeli obligasi yang baru sehingga tidak memiliki jatuh tempo.

Akibatnya harga reksa dana (NAB per Up) dapat naik turun mengikuti fluktuasi harga obligasi. Selain itu, keahlian manajer investasi dalam melakukan jual beli obligasi dan kebijakan pembagian dividen juga dapat turut mempengaruhi harga reksa dana.

Karena tidak memiliki jatuh tempo, harga reksa dana pendapatan tetap belum tentu kembali 1.000 pada saat isi obligasinya jatuh tempo. Dengan kata lain, dalam investasi reksadana pendapatan tetap mengandung risiko fluktuasi naik turunnya harga.

5. Kemudahan Jual Beli

Pasar sekunder obligasi relatif kurang likuid. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya dan waktu untuk menjual obligasi di pasar sekunder.

Hal ini berbeda dengan reksa dana pendapatan yang dapat diperjual belikan kapan saja karena manajer investasi wajib membayar ke investor pada saat ada instruksi pencairan (redemption) maksimal 7 hari kerja.

6. Risiko Gagal Bayar

Risiko utama dari investasi dari obligasi adalah ketika penerbit obligasi gagal memenuhi komitmennya untuk membayar kupon dan pokok pada waktu yang telah ditetapkan.

Ketika risiko gagal bayar terjadi, maka nilai obligasi dapat anjlok bahkan tidak ada harganya sama sekali. Apabila tidak dapat dijual pada pasar sekunder, investor obligasi harus menunggu eksekusi aset yang menjadi jaminan obligasi untuk mendapatkan kembali investasinya. Proses tersebut dapat memakan waktu yang cukup lama.

Risiko gagal bayar obligasi juga dapat terjadi di reksa dana. Perbedaannya, manajer investasi melakukan diversifikasi dengan maksimal investasi pada satu perusahaan swasta adalah 10 persen. Pengecualian apabila investasinya di obligasi pemerintah yang bisa mencapai 100 persen.

Dengan demikian, investor reksa dana baru akan kehilangan asetnya apabila 10 perusahaan swasta penerbit obligasi yang menjadi portofolio investasi bangkrut pada saat yang bersamaan.

7. Perpajakan

Sebagai investor, atas hasil kupon dan keuntungan selisih harga (capital gain) dari investasi obligasi dikenakan pajak final 15 persen. Sementara jika berinvestasi pada reksa dana bukan merupakan objek pajak.

Ketika reksadana berinvestasi pada obligasi, atas kupon dan keuntungan selisih harga mendapat insentif pajak yaitu sebesar 5 persen hingga 2020 dan 10 persen untuk 2021 dan seterusnya.

Mulai Investasi Obligasi FR di Ajaib Sekarang!

Salah satu instrumen investasi yang cocok untuk diversifikasi adalah Obligasi FR (fixed rate). Sekarang kamu bisa beli Obligasi FR di Ajaib! Beli bond kapan saja, mudah & praktis karena semua prosesnya online! Yuk, mulai perjalanan investasimu di Obligasi bersama Ajaib Bond sekarang!

Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download aplikasi Ajaib sekarang!

Artikel Terkait