
Ajaib.co.id – Dalam dunia investasi, yield merupakan salah satu konsep krusial yang perlu dipahami. Yield, atau imbal hasil mencerminkan pendapatan yang dihasilkan dari suatu investasi, dinyatakan sebagai persentase dari nilai investasi tersebut.
Yield yang tinggi dapat menarik investor yang mencari pendapatan pasif. Namun, yield yang tinggi juga dapat mengindikasikan risiko yang lebih tinggi. Memahaminya memungkinkan investor untuk mengevaluasi potensi keuntungan investasi mereka dan membandingkannya dengan investasi lain.
Apa itu Yield?
Yield adalah persentase dari keuntungan yang dihasilkan dari investasi dalam jangka waktu tertentu. Secara sederhana, yield mencerminkan seberapa besar return yang bisa diharapkan oleh seorang investor dari investasi yang mereka lakukan.
Yield biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan dapat dihitung berdasarkan nilai investasi awal dan pendapatan yang diperoleh. Dikutip dari Investopedia, yield mengacu pada pendapatan yang diterima dan direalisasikan dari hasil investasi dalam periode waktu tertentu. Misalnya, dalam investasi saham, yield bisa berasal dari dua sumber utama yaitu kenaikan harga saham dan dividen yang dibagikan oleh perusahaan.
Yield menjadi hal penting yang harus selalu diperhatikan investor untuk menghindari kerugian saat melakukan investasi. Biasanya, imbal hasil bergantung pada metode trading baik aktif ataupun pasif. Selain itu, alat ukur ini juga bergantung pada cara dan upayamu selaku investor untuk mengatasi kondisi pasar di kala aktivitas investasi berlangsung.
Perbedaan Yield dan Return
Meskipun sering digunakan secara bergantian, keduanya memiliki perbedaan. Yield merupakan ukuran persentase dari pendapatan investasi yang diharapkan atau telah terealisasi, sedangkan return mengacu pada total keuntungan atau kerugian aktual yang diperoleh dari suatu investasi. Sedangkan, return dihitung sebagai selisih antara harga jual dan harga beli suatu aset, ditambah pendapatan yang diterima (seperti dividen).
Secara sederhana, berikut rumus menghitung yield:
Imbal Hasil/Nilai Pokok x 100 Persen
Misalnya, kamu membeli saham seharga Rp1.000 dan setahun kemudian saham tersebut naik menjadi Rp1.200. Selain itu, di dalam satu tahun, Anda mendapatkan dividen senilai misalnya, Rp20 per lembar sahamnya.
Yield atau imbal hasil yang didapatkan terdiri atas kenaikan harga saham ditambah dividen yang diterima, dibagi dengan nilai pokok saham ketika pertama kali membali saham tersebut.
Sebagai contoh dari perhitungan ilustrasi di atas, maka: Yield= (Rp 200 + Rp 20)/Rp 1.000 = 0,22 Atau bila menggunakan persentase, maka yield yang didapatkan yakni sebesar 22 persen.
Jenis-Jenis Yield dalam Investasi
Dalam investasi, yield digunakan untuk mengukur hasil investasi suatu instrumen keuangan Berikut ini beberapa jenisnya.
1. Current Yield
Jenis yield yang satu ini merupakan rasio di antara harga obligasi saat ini di pasar dengan kupon bunga. Rumus menghitung current yield:
Current yield = (Nilai Obligasi x Persen Pertumbuhan Tahunan)/Harga Saham Saat Ini x 100 persen.
Contohnya:
Kamu membeli obligasi dengan harga Rp20.000.000. Masa tenor obligasi adalah 10 tahun. Obligasi juga menawarkan kupon sebesar 15% per tahun. Jika harga obligasi saat ini adalah 12.000.000, maka perhitungan current yield-nya adalah =
Rp20.000.000 x 15% / Rp12.000.000 x 100% = 25%
Baca Juga: Pengertian Current Yield dan Cara Menghitungnya
2. Yield to Maturity (YTM)
Yield to maturity atau jatuh tempo juga diperuntukkan untuk obligasi. YTM merupakan besaran hasil investasi yang didapat investor sampai masa tenor obligasi berakhir. Ini juga bisa terjadi ketika uang investasi awal sang investor telah dikembalikan seluruhnya.
Berbeda dengan current yield, penghitungan YTM dilakukan dengan menyamakan harga obligasi sekarang dengan semua tingkat pengembalian di masa yang akan datang. Pada prakteknya, nilai YTM akan menyesuaikan perubahan harga obligasi yang sering naik dan turun di pasaran. Rumus perhitungannya adalah:
YTM = [Imbal Hasil + (Nilai Obligasi Sekarang – Nilai Obligasi Terakhir) / Tenor Obligasi] / [(Nilai Obligasi Terakhir + Nilai Obligasi Sekarang) / 2] X 100 per lembar.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Yield to Maturity dalam Instrumen Obligasi
3. Yield Deviden
Penghitungan besaran yield devidend dilakukan dengan membagi deviden yang dibayarkan kepada investor dengan harga saham. Jenis deviden ini juga dinilai lebih sederhana dan simpel karena dapat diketahui hanya dengan melihat hasil pembagian tersebut.
Contohnya:
Perusahaan A memiliki saham seharga Rp2.000. Sedangkan dividen yang dimiliki adalah Rp50 per lembar. Maka, yield dividennya dapat dihitung sebagai berikut:
Rp50 : Rp2.000 x 100% = 2.5%
Dividen bernilai tinggi biasanya menunjukkan adanya potensi pemasukan pasif yang menjanjikan dari saham milik investor.
4. Yield to Call (YTC)
Yield to Call adalah tingkat pengembalian yang diperoleh investor jika obligasi yang dapat dipanggil (callable bond) ditarik kembali oleh penerbit sebelum jatuh tempo. YTC dihitung dengan mempertimbangkan harga pembelian obligasi, kupon, waktu hingga tanggal panggilan, dan harga panggilan.
Rumusnya mirip dengan YTM, tetapi menggunakan tanggal panggilan sebagai gantinya.
YTC = [Imbal Hasil + (Nilai Obligasi Sekarang – Nilai Obligasi Terakhir) / Tenor Sampai Calling Saham] / [(Nilai Obligasi Terakhir + Nilai Obligasi Sekarang) / 2] X 100 persen.
4. Yield Management
Yield management adalah manajemen hasil. Namun terdapat istilah lain yang memiliki arti serupa dengan yield management yaitu revenue management. Meski memiliki arti sama, kedua yield ini berbeda.
Revenue management merupakan manajemen hasil perusahaan secara makro (besar). Oleh sebab itu, revenue management mencakup penghasilan sepenuhnya dari perusahaan. Sementara yield management adalah hasil yang lebih sempit fokusnya. Adalah suatu sistem strategi pembuatan harga berdasarkan waktu dan situasi pasar, jenis produk, dan target konsumen.
Baca Juga: Kupon vs Yield: Pelajari Pentingnya Kupon & Yield Menggunakan Ilustrasi Kompas Arah Mata Angin
Dengan menggunakan yield management, perusahaan dapat menetapkan cara terbaik menjual produk. Menentukan target pembeli yang tepat serta waktu penjualan terbaik. Memperoleh keuntungan maksimal. Sebagai hasilnya nanti, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Yield management biasanya bersifat sementara dan tidak baku. Keluwesan sifatnya ditentukan oleh 5 hal penting yang dikenal dengan istilah “5C”. 5C terdiri dari cost, calendar, clock, capacity dan consumer demand.
- Cost = Harga layanan kepada konsumen.
- Calendar = Waktu dan durasi konsumen bisa mengakses serta menggunakan layanan.
- Clock = Waktu dan durasi penawaran layanan diberikan ke konsumen.
- Capacity = Jumlah layanan yang bisa diterima oleh konsumen.
- Consumer demand = Jumlah permintaan konsumen terhadap produk.
Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang!
Sebagai aplikasi Pilihan #1 Investor Indonesia, Ajaib kini lebih stabil, lebih lengkap, lebih baik. Di Ajaib, #SemuaBisa investasi di saham, reksa dana, hingga obligasi. Melalui Ajaib Alpha, Anda juga dapat jual beli saham Amerika, Aset Kripto, dan trading perpetual futures. Download aplikasi Ajaib dan Ajaib Alpha sekarang!
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.