Analisis Saham

Bisnis Anjlok, Saham SONA Tunggu Pemulihan Ekonomi

Ajaib.co.id – PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) merupakan perusahaan yang berdiri pada tanggal 25 Agustus 1978 dengan nama PT Sona Topas Group. Perusahaan kemudian memulai beroperasi secara komersial pada tahun 1980.

Namun, pada tahun 1981 ada perubahan nama perusahaan menjadi PT Sona Topas. Sampai pada tanggal 13 Oktober 1990, nama perusahaan diubah lagi menjadi PT Sona Topas Tourism Industry.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, terdapat ruang lingkup kegiatan SONA. Di antaranya, bidang usaha biro perjalanan wisata, seperti penjualan tiket wisata terutama dalam negeri, pengurusan dokumen, hotel dan perjalanan wisata.

Saat ini, perolehan pendapatan utama yang dihasilkan oleh SONA berasal dari anak usaha PT Inti Dufree Promosindo. Untuk diketahui, perusahaan ini bergerak sebagai operator bebas bea terbesar di Indonesia dengan Toko bebas bea (Duty free shop) di Bali, Jakarta dan Medan.

Pada 26 Mei 1992, SONA mendapatkan pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SONA (IPO) kepada masyarakat. Sebanyak 1.500.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000 per saham dan harga penawaran Rp3.750 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 21 Juli 1992.

Apakah saham ini masih layak dikoleksi? Bagaimana keadaan fundamental perusahaan saat ini dan apa rencana bisnis yang akan dilakukan? Mari kita bedah kinerja saham SONA.

Pandemi Bikin SONA Tutup Gerainya di Bali

Perusahaan yang bergerak dalam biro perjalanan pariwisata yaitu PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) memang masih tertekan sebagai dampak adanya pandemi.

SONA pada 2020 bahkan sempat memutuskan untuk menutup toko yang dioperasikan anak usahanya Toko Bali Galleria. Toko tersebut berlokasi di tengah kota Jalan By Pas Ngurah Rai Bali. Direktur SONA Susan Liwang mengatakan, kalau penutupan toko bebas bea itu terhitung tanggal 28 Maret hingga akhir April 2020.

Dampak dari penutupan toko tersebut pun menyebabkan penurunan jumlah pendapatan perusahaan ini. Sementara, entitas anak tetap harus memenuhi kewajiban dalam hal pembayaran operasional misalnya sewa, listrik, dan gaji karyawan, konsesi dan lain-lain.

Sebelumnya, SONA juga telah mengumumkan kalau entitas anak yaitu PT Inti Dufree Promosindo (IDP) ini mengalami penurunan kinerja selama Februari 2020. Penurunan kinerja ini seiring dengan wabah virus Covid-19 yang sudah berlangsung selama bulan Februari 2020 dan sampai sekarang penurunan pendapatan masih berlangsung.

Bisnis SONA Sehat Sejak 2017

Sebelum kondisi pandemi datang, emiten PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) berada dalam kondisi bisnis yang sehat dan aman. Perusahaan tetap mampu untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan.

Berikut data ikhtisar keuangan yang diambil dari informasi finansial perseroan (dalam jutaan rupiah):

Dari data tersebut, secara penjualan SONA dalam keadaan yang stabil. Begitu juga dengan perolehan laba tahun berjalan perusahaan. Meskipun pada 2019 untuk kinerja bisnisnya cenderung mengalami penurunan ketimbang 2018.

SONA harus menelan penurunan kinerja sepanjang tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2019, emiten berkode saham SONA ini mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp1,75 triliun atau anjlok 11,61% dari pendapatan sebanyak Rp1,98 triliun pada tahun sebelumnya.

Sejalan dengan menurunnya pendapatan, SONA sebenernya berhasil menekan beban pokok pendapatan 11,77% menjadi Rp 905,19 miliar. Pasalnya pada 2018 beban pokok pendapatan mencapai Rp1,03 triliun.

Sehingga laba bruto SONA ini sebesar Rp843,62 miliar atau turun 11,29% dari laba kotor Rp951,03 miliar pada 2018. Selain itu, beban umum dan administrasi juga meningkat dari Rp401,05 miliar pada 2018, menjadi Rp429,45 miliar di tahun 2019.

Dengan begitu, SONA menorehkan laba yang dapat diatribusikan pada entitas induk atau laba bersih sebesar Rp 78,22 miliar merosot 44,49% dari laba bersih Rp 123,34 miliar pada 2018.

Jika dilihat dari rasio keuangannya memang kondisi bisnis SONA saat ini sedang sehat. Berikut data yang diambil dari ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 dari informasi finansial perseroan:

Bagaimana Prospek Bisnis SONA ke Depannya? Apakah Sahamnya Layak Dikoleksi?

Emiten SONA tidak menyampaikan banyak hal kepada publik mengenai strategi perusahan khususnya untuk 2021 ini. Namun, strategi perseroan selama pandemi yakni dengan melakukan efisiensi dalam setiap pengeluaran biaya operasional dan negosiasi kontrak dengan pihak ketiga.

Perusahaan juga bakal melakukan efisiensi di tengah pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar di Jabodetabek. SONA juga masih menunggu pemulihan aktivitas pariwisata di Bali karena turut berimbas terhadap kinerja perseroan.

Secara trek pembagian dividen, menurut data RTI per 13 April. Sejak 2017 hingga 2020 SONA belum pernah membagikan dividennya kepada investor. Berdasarkan situasi bisnis SONA di 2020 dan strategi yang belum banyak disampaikan, sebaiknya kamu tetap memantau pergerakan dan aksi korporat dari perusahaan.

Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait