Pensiun, Saham

Bisakah Mengandalkan Dividen untuk Pensiun?

Ajaib.co.id – Siapa yang ingin terus bekerja keras setelah masuk usia pensiun? Tentu tidak ada seorang pun yang mau. Oleh karena itu, banyak orang berlomba-lomba menjadi pegawai negeri sipil (PNS) atau bekerja di BUMN agar memperoleh program jaminan pensiun yang mapan.

Padahal, sebenarnya ada banyak cara lain untuk memperoleh uang pensiun salah satunya adalah berinvestasi rutin di instrumen investasi yang mampu tumbuh tinggi. Beberapa instrumen investasi yang berpeluang tumbuh di atas inflasi salah satunya adalah saham.

Saham dapat memberikan keuntungan berupa dividen atau bagian dari laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang sahamnya. Pembagian dividen dilakukan secara rutin setiap periode tertentu, seperti setiap tahun atau enam bulanan.

Apa bila kita memegang saham perusahaan yang memiliki fundamental baik dan terus mencatatkan pertumbuhan laba maka jumlah dividen yang dibagikan pun cenderung naik juga tiap tahunnya.

Mungkin kamu merasa ragu, “bisakah kita mengandalkan dividen untuk pensiun?” atau “bagaimana jika emiten berumur pendek dan tidak bisa bertahan sampai kita pensiun kelak?”. Tenang saja, ada solusi yang bisa menyelesaikan semua keraguan itu.

Merancang Program Pensiun dengan Dividen Saham

Hingga saat ini, belum ada perusahaan investasi yang memfasilitasi program pensiun dengan dividen saham. Jadi kamu harus merancang sendiri programnya sesuai dengan kondisi keuangan masing-masing. Untuk itu, kamu harus menjawab beberapa pertanyaan ini terlebih dahulu:

  1. Pada umur berapa kamu ingin pensiun? Berapa lama lagi hingga kamu mencapai umur tersebut?
  2. Berapa besar biaya hidup yang dibutuhkan selama masa pensiun kelak? 
  3. Berapa besar pendapatan bulanan yang siap disisihkan untuk program pensiun ini?

Usia pensiun menurut perundang-undangan Indonesia saat ini adalah 57 (lima puluh tujuh) tahun. Sedangkan harapan hidup rata-rata orang Indonesia menurut data Kementrian Kesehatan tahun 2019 adalah 71 tahun. 

Umpama kamu saat ini berusia 30 tahun dan ingin pensiun mulai umur 57, berarti kamu punya waktu 27 tahun untuk menyiapkan biaya hidup selama 15 tahun berikutnya. Seandainya biaya hidup semasa pensiun kelak sebesar Rp30 juta per tahun, berarti kamu harus berusaha mendapatkan dividen sebesar minimum Rp30 juta pula per tahun.

Namun, ilustrasi sederhana ini belum memperhitungkan inflasi yang tentunya akan semakin meningkatkan kebutuhan biaya hidup kamu kelak.

Demi mendapatkan gambaran yang lebih presisi, ada baiknya kamu membuat tabel proyeksi biaya hidup setelah pensiun dengan asumsi biaya hidup naik tiap tahun.

Pertumbuhan inflasi Indonesia per tahun kalender 2020 adalah sebesar 1,68%, tetapi ini rekor terendah dalam sejarah. Ada kemungkinan juga inflasi Indonesia naik mencapai kisaran 4-5% per tahun ketika masa pensiunmu tiba.

Proyeksi tersebut akan menjadi target dalam rencana investasi sahammu, sekaligus menentukan berapa banyak pendapatan bulanan yang perlu disisihkan untuk merealisasikannya.

Strategi Investasi Saham Untuk Persiapan Pensiun

Saham tergolong aset investasi yang memiliki nilai fluktuatif. Harga saham bisa naik 100% dalam satu bulan, tetapi juga bisa jatuh 100% dalam satu bulan. Sebuah perusahaan bisa jadi berprospek bagus tahun lalu, tapi terlibat skandal tahun ini. Karenanya, dibutuhkan strategi investasi saham khusus untuk persiapan pensiun kamu.

1. Pilih saham-saham mapan

Untuk program pensiun, berfokuslah memilih saham-saham blue chip yang terbukti memberikan dividen tinggi. Ciri-cirinya: saham berkapitalisasi tinggi, rajin membagikan dividen, memiliki dividend yield yang besar, serta mempunyai return on equity (RoE) di atas 15x.

Saham-saham berkarakteristik seperti itu mungkin berharga mahal, tetapi lebih sesuai untuk program pensiun daripada saham-saham growth stock. Mengapa demikian? Growth stock boleh jadi masih murah dan memiliki prospek yang bagus, tetapi mereka belum tentu memberikan dividen. Tidak ada jaminan growth stock akan sudah mulai memberikan dividen ketika kamu masuk usia pensiun kelak. 

Kamu juga perlu berhati-hati jika akan memilih saham berdasarkan prinsip value investing, karena ada perusahaan-perusahan yang kelihatannya bervaluasi bagus tapi sebenarnya jelek (value trap). Value investing bermaksud memilih saham-saham dengan valuasi murah (rasio P/E dan PBV rendah), lalu menjualnya ketika valuasinya sudah mahal. Tetapi kamu kan berniat untuk menyimpan saham ini dalam jangka waktu sangat lama. 

Mengingat kamu akan berinvestasi dalam kurun waktu multi-tahun (jika diasumsikan usia pensiun kamu masih lama), sah-sah saja memilih saham-saham yang memiliki rasio P/E dan PBV tinggi. Saham-saham itu mungkin kelihatannya sudah mahal berdasarkan value investing, tetapi kamu bisa berinvestasi dengan cara mencicil (nabung saham) agar harga rata-rata tetap murah dalam jangka panjang.

2. Buat portofolio yang minimum terdiri atas 3-4 saham

Ada dua jenis risiko investasi saham, yakni risiko sistemik dan non-sistemik. Risiko sistemik bersumber dari kondisi makro yang tidak bisa kita kendalikan sendiri. Sedangkan risiko non-sistemik berasal dari suatu saham atau industri tertentu saja, sehingga kita dapat mengatasinya dengan cara menyusun portofolio terdiversifikasi.

Portofolio terdiversifikasi artinya kamu mengoleksi beberapa saham dari industri berbeda-beda. Umpama kamu mengoleksi tiga saham dalam portofolio, maka kamu dapat meragamkannya dengan memilih 1 saham perbankan, 1 saham infrastruktur, dan 1 saham barang konsumsi. Ketiga sektor ini relatif mapan dibanding sektor siklikal seperti tambang dan agri. 

Kalau kamu hanya berinvestasi pada satu saham saja, rencana pensiun bisa gagal total hanya karena kinerja satu perusahaan goyah selama beberapa saat. Daripada menghadapi skenario jelek itu, ada baiknya berinvestasi pada beberapa saham sejak awal. Setidaknya 3-4 perusahaan yang rajin membagikan dividen wajib masuk dalam portofoliomu demi memastikan masa pensiun yang aman.

3. Mengombinasikan strategi nabung saham dengan buy on weakness

Kalau kamu masih bergantung pada pekerjaan bergaji bulanan, maka kamu mungkin tidak bisa berinvestasi secara lump sum (sekaligus beli banyak). Jadi, pilihan strategi terbaik berikutnya adalah nabung saham. 

Teknisnya, kamu perlu menyisihkan modal tertentu setiap bulan untuk dibelikan saham-saham pilihan. Kamu tak perlu memedulikan berapa harga saham saat itu, yang penting beli saja asalkan fundamental saham sudah terkonfirmasi bagus. Dengan nabung saham, kamu bisa menghimpun saham secara bertahap hingga mencapai target dividen yang telah ditentukan.

Alternatif lain, kamu juga bisa menyisihkan bonus dan THR untuk buy on weakness (BoW). Buy on weakness artinya membeli saham secara lump sum ketika harganya sedang rendah atau terdiskon, dan diperkirakan akan naik lagi. Strategi buy on weakness ini sebaiknya dilaksanakan dengan berbekal analisis fundamental dan teknikal yang matang.

Kamu bisa memilih strategi investasi ala nabung saham saja, buy on weakness saja, ataupun mengombinasikan keduanya. Semuanya bagus untuk program pensiun, asalkan kamu dapat menjalankan strategi dengan baik.

4. Reinvestasi dividen selama kamu belum masuk masa pensiun

Jika kamu sudah melaksanakan petunjuk nomor satu hingga nomor tiga, mungkin saat ini portofoliomu sudah mengoleksi beberapa saham yang akan memberikan dividen dalam waktu dekat. Nah, dividen itu sebaiknya ditabung untuk dibelikan saham lagi (reinvestasi) daripada ditarik tunai.

Alternatif lain, kamu dapat menarik dividen untuk dimasukkan dalam investasi berisiko rendah seperti produk reksa dana pasar uang dan obligasi. Tujuannya untuk mendiversifikasi portofolio agar kamu tetap punya uang cadangan selama masa pensiun kelak. Seandainya IHSG jatuh sekalipun, kamu masih akan memiliki tabungan hasil dana dividen dalam investasi alternatif ini untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Artikel Terkait