Investasi, Obligasi

Apa Itu Investasi dengan Instrumen Utang?

Ajaib.co.id – Sebagai masyarakat awam, kita mengenal utang sebagai kewajiban yang umumnya berupa materi dan harus kita bayarkan karena telah meminjamkan sesuatu. Dalam praktiknya, kita biasanya meminjam uang Rp1 juta kepada seorang teman dekat, dan mengembalikannya dalam jumlah yang sama dalam jangka waktu yang singkat. 

Namun, dalam praktik yang lebih profesional lagi, utang dalam jumlah dan waktu tertentu membutuhkan imbal hasil tertentu. Sebagai contoh, jika kamu meminjam uang sebesar Rp5 juta ke sebuah koperasi. Maka koperasi tersebut menetapkan imbal hasil berupa bunga yang harus kamu bayarkan selama 6 bulan masa pinjaman yang adalah 6%.

Sehingga di akhir pembayaran, kamu harus membayar pinjaman tersebut sebesar Rp5,3 juta. Dengan kata lain, selama enam bulan, kamu harus membayar sekitar Rp884 ribu per bulannya. Biaya tersebut belum ditambah dengan biaya administrasi atau pajak yang membebaninya. 

Namun, tahukah kamu kalau kamu sendiri bisa menjadi pemberi pinjaman dan memperoleh keuntungan dari investasi berbasis utang? Di dunia finansial, instrumen investasi memiliki aset dasar atau underlying asset yang bisa mengukur nilai investasi itu sendiri.

Sebagai contoh, deposito yang kita tempatkan di bank memiliki underlying asset berupa uang tunai yang pada akhirnya menghasilkan bunga jika deposan membenamkan uangnya di bank dalam jangka waktu tertentu. Hal yang sama juga terjadi dengan berbagai instrumen investasi lain seperti reksa dana, saham dan lain sebagainya. 

Instrumen investasi berbasis utang memiliki aset dasar atau underlying asset berupa pembayaran dalam jumlah tetap dengan menggunakan kupon atau bunga dalam jangka waktu tertentu sehingga bersifat mengikat.

Kegiatan ini bisa dilakukan oleh perserorangan ataupun entitas sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan dua atau lebih pihak yang terlibat di dalamnya. Sebagai instrumen investasi yang berbasis utang, kesepakatan umumnya melibatkan agunan, tingkat bunga atau kupon, jangka waktu dan jatuh tempo pembayaran. 

Apakah Kita Perlu Berutang? 

Pertanyaan diatas sebenarnya bisa dijawab dengan mudah berdasarkan pada tujuan yang jelas mengenai penggunaan dana dari utang itu sendiri. Para ahli finansial mengklasifikasikan dua jenis utang yakni utang produktif dan utang konsumtif.

Utang produktif merupakan jenis pinjaman yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat keuangan seperti modal investasi, modal usaha, dan pembelian aset untuk tujuan disewakan. Sehingga pada akhirnya, pinjaman produktif adalah utang yang dipakai untuk mendapatkan uang lagi. Jenis utang ini juga memiliki rencana yang terstruktur sehingga dapat memperoleh keuntungan dari imbal hasilnya. 

Sementara itu, utang konsumtif adalah jenis pinjaman yang diperuntukkan bagi kebutuhan konsumsi tanpa maksud menghasilkan keuntungan daripadanya. Jenis pinjaman seperti ini misalnya adalah kredit handphone dengan versi terbaru, pinjaman berbasis paylater untuk keinginan liburan hingga pembelian rumah untuk kebutuhan tempat tinggal. 

Tidak hanya perseorangan, perusahaan juga menjalankan praktik utang dalam rangka mengembangkan usahanya. Jika ditelusuri lebih jauh, negara juga menjalankan hal ini dengan maksud memprioritaskan belanja negara yang produktif di sektor utama seperti kesehatan, pendidikan, dan finansial.

Di sisi lain, pemerintah juga memberikan penyertaan modal negeri (PMN) yang lebih besar kepada badan usaha milik negara (BUMN) agar memiliki ruang gerak untuk mengembangka usahanya. 

Nah, baik perseroangan maupun negara membutuhkan uluran tangan dari warga negara individu untuk setidaknya memberikan kontribusi membantu arus kasnya tetap lancar dengan memberikan utang. Utang sendiri adalah kelas aset pendapatan tetap karena memberikan imbal hasil yang tetap kepada pemberi utang. 

Jenis Instrumen Investasi Berbasis Utang

Berdasarkan jenis instrumennya, jenis investasi berbasis utang akan berfokus pada modal utang yang diterbitkan oleh perserorangan atau entitas institusional. Beberapa jenis investasi berbasis utang adalah

  • Peer-to-peer Lending

Peer-to-peer lending adalah kegiatan pinjam meminjam antar perseroan yang umumnya dipertemukan dalam suatu platform tertentu. Praktik ini sebenernya sudah banyak dilakukan oleh mayoritas orang.

Namun, bentuknya kini lebih diperbaharui dengan menyematkan perjanjian formal. Kegiatan seperti ini berkembang jauh lebih pesat setelah menjamurkannya financial technology (fintech) di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 

Beberapa fintech juga menyasar target konsumer yang lebih luas seperti konsumen pemilik kartu kredit, pedagang pasar, petani, pemilik UMKM, hingga perusahaan berstatus perseroan terbatas. 

Beberapa fintech mengklaim bahwa bagi pendana, suku bunga pinjaman yang didapatkan dari instrumen peer-to-peer lending jauh tinggi dibandingkan dengan bunga deposito bank.

Namun, di sisi lain, kelemahan dari peer-to-peer lending adalah potensi keterlambatan pembayaran hingga gagal bayar yang menghantui. 

  • Obligasi Perusahaan

Obligasi perusahaan adalah salah satu jenis utang berupa surat utang yang terbitkan oleh perusahaan baik berstatus BUMN, BUMD, hingga perusahaan swasta dalam jangka waktu menengah atau panjang.

Pendana biasanya akan mendapatkan imbal hasil berupa kupon/fee/nisbah secara periodik setelah melakukan pembelian surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan. 

Sama seperti instrumen utang lain, obligasi memiliki periode jatuh tempo, umumnya memiliki aset yang diagunkan, sudah menggenggam rating kredit dari lembaga yang terverifikasi seperti Pefindo, Moody’s, dan lain-lain.

Kelebihannya, kupon berupa imbal hasil yang diberikan oleh perusahaan biasanya jauh lebih besar melebihi bank ataupun surat berharga negara. Namun, kelemahannya, potensi keterlambatan dan gagal bayar juga menghantui apabila perusahaan tidak dalam kondisi stabil.

  • Surat Berharga Negara (SBN)

SBN adalah instrumen investasi yangmana negara yang berutang kepada warga negaranya. Dana yang terhimpun dalam usaha negara meminjam kepada warga negaranya biasanya diperuntukkan bagi kegiatan atau proyek tertentu misalnya menjaga stabilitas perekonomian di masa pandemi COVID-19.

Beberapa jenis SBN juga bisa dijual di pasar sekunder sebelum masa jatuh tempo untuk mendapatkan capital gain

Dibandingkan obligasi perusahaan dan peer-to-peer lending, investasi melalui SBN memiliki risiko yang sangat rendah karena dijamin oleh pemerintah sendiri. Sementara, salah satu kelemahannya adalah kupon yang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi perusahaan dan peer-to-peer lending.

Namun, secara garis besar, kupon yang tawarkan pemerintah Indonesia jauh lebih besar dibandingkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan lain-lain. 

Kombinasi dari instrumen investasi berupa utang berupa obligasi perusahaan dan SBN juga bisa kamu dapatkan melalui reksa dana pendapatan tetap yang ditawarkan oleh aplikasi investasi Ajaib.

Proporsi dari beberapa instrumen pendapatan tetap ini juga disesuaikan dengan tujuan finansial kamu ke depannya. Jadi, mulailah melakukan diversifikasi dengan menempatkan investasi kamu pada instrumen utang, ya. 

Artikel Terkait