Investasi

Investasi Alimama, Penipuan Berkedok Investasi

Sumber: typepad

Ajaib.co.id – Alimama adalah salah satu dari sekian banyak jenis penipuan berkedok investasi yang kian marak di masa pandemi. Iming-iming mendapatkan keuntungan cepat rupanya membuat orang berbondong-bondong menggunakan aplikasi ini. Alih-alih mendapat cuan instan, para korban malah terjerumus dalam penipuan dan menderita kerugian.

Alimama sekilas terdengar seperti memiliki hubungan dengan Alibaba, grup perusahaan teknologi raksasa dari negeri China, Alibaba Group. Namun, faktanya aplikasi ini tak memiliki keterkaitan sama sekali dengan perusahaan jumbo tersebut. Namun, strategi penamaan ini tampaknya berhasil menipu banyak khalayak pada 2020 lalu.

Dikutip dari Detik.com, memang benar ada perusahaan bernama Alimama yang merupakan bagian dari Alibaba Group. Tetapi, perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan yang bergerak di bidang digital marketing. Perusahaan ini memiliki laman resmi dengan alamat alimama.com. 

Sejarah Alimama

Platform Alimama ini didirikan pada 2007 dan mengukuhkan dirinya sebagai Alibaba Global Influencer Network. Platform ini menghubungkan influencer dari berbagai penjuru dunia dengan brand-brand yang bekerja sama dengan Alibaba.

Alibaba mengklaim ada lebih dari 1.000 brand top di China yang bisa dikoneksikan dengan para influencer. Influencer yang bergabung lewat platform Alimama ini akan mendapatkan keuntungan berupa komisi dari promosi-promosi yang dilakukan lewat YouTube, Facebook, atau media lainnya.

Nah, untuk Alimama versi penipuan ini sama sekali tak berhubungan dengan perusahaan tersebut. Alimama penipuan ini juga tak berhubungan sama sekali dengan influencer. Alimama justru mengajak orang untuk melakukan belanja online di marketplace tertentu, dan mengiming-imingi para penggunanya keuntungan dalam bentuk komisi.

Cara Kerja Alimama

Dalam pengoperasiannya, Alimama menjanjikan komisi kepada para penggunanya yang didasarkan pada harga barang yang dibeli saat melakukan transaksi berbelanja. Meski begitu, belanja yang diharuskan kepada para pengguna tak sepenuhnya belanja secara nyata.

Karena mereka berbelanja tanpa benar-benar mengeluarkan uang. Karena uang yang dibelanjakan tersebut nantinya dijanjikan untuk dikembalikan dengan tambahan komisi berdasarkan harga barang yang dibeli.

Letak keanehannya yang paling besar adalah pengguna diharuskan untuk mengisi saldo Alimama terlebih dahulu sebelum bisa melakukan aktivitas belanja tersebut. Semakin besar tambahan saldo untuk belanja, maka akan semakin besar komisi yang diperoleh penggunanya. Sebelum dihapus, Alimama dapat diakses melalui https://almm.qdhtml.net/.

Namun, aplikasi ini menghilang sejak medio Oktober tahun lalu. Dikutip dari IDN Times, sebelum menghilang, Alimama memang terbukti membayarkan komisi dengan besaran beragam kepada para penggunanya. Komisi sebesar 0,2 persen diberikan untuk pengguna yang berbelanja di Lazada, kemudian 0,25 persen di Tokopedia, 0,3 persen di Shopee, 0,35 persen di Taobao, 0,4 persen di Tmall, dan 0,5 persen di Amazon.

Namun demikian, komisi yang diberikan dibatasi hanya untuk 60 kali belanja dalam satu hari. Jika dihitung dengan belanja di masing-masing marketplace sebanyak 10 kali, maka komisi per hari untuk pengguna Alimama adalah 2 persen untuk belanja di Lazada, 2,5 persen di Tokopedia, 3 persen di Shopee, 3,5 persen di Taobao, 4 persen di Tmall, dan 5 persen di Amazon.

Dengan hitung-hitungan tersebut, jika belanja total di tiap-tiap platform tersebut adalah Rp100.000, maka total belanja yang dikeluarkan adalah Rp600.000. Maka keuntungan yang diperoleh adalah Rp21.000, atau sekitar atau sekitar 3,5% dari total belanja. Jika uang belanjanya adalah Rp60 juta, maka komisi yang didapatkan pengguna adalah Rp2,1 juta, dan akan menjadi Rp21 juta jika belanjanya mencapai Rp600 juta.

Mungkin ide investasi lewat cara belanja ala Alimama ini terdengar bodoh. Tapi faktanya, iming-iming keuntungan hanya lewat berbelanja ini telah menelan begitu banyak korban. Berdasarkan catatan IDN Times, Alimama telah meninggalkan sekitar 1.600 pengguna yang tersebar dari beberapa daerah.

Korban Alimama

Beberapa korban yang tak sempat mendapatkan cuan dari Alimama juga diketahui sudah melapor ke kepolisian setempat. Salah seorang korban Alimama bernama Robby Kho misalnya, menjelaskan bahwa laporan sudah diajukan sejak Senin, 21 September 2020.

Dia mengatakan awalnya cuma ada sekitar 11 orang korban yang diketahui ada di Surabaya. Mereka kemudian berinisiatif membuat pendataan mengandalkan formulir daring dan tak disangka sudah ada 1.600-an orang yang menjadi korban. Mereka ini tersebar di beberapa wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.

Dikutip dari Nestren.grid.id, perkiraan korban aplikasi mematikan ini bahkan disebutkan mencapai lebih dari 7.800-an orang. Perkiraan total kerugian yang dialami para korban juga tak main-main, mencapai Rp24 miliar!

Kerugian ini diakibatkan berbagai macam hal, dari mulai tidak mendapatkan komisi yang dijanjikan hingga dana saldo tambahan yang raib begitu saja. Alasan yang sempat muncul untuk menjawab keluh kesah para penggunanya adalah aplikasi Alimama sedang mengalami perbaikan sistem.

Jeli Menempatkan Dana Investasi

Investasi bodong seperti ini bukan pertama kali terjadi di Indonesia. Dari mulai investasi duit lewat ‘sedekah’ hingga skema ponzi dalam berbagai bentuknya. Masyarakat Indonesia masih saja sering tertipu dengan iming-iming duit instan yang tak masuk akal. Apalagi, di tengah pandemi yang serba sulit seperti saat ini, saat banyak orang berusaha mencari cara untuk mendapatkan pendapatan tambahan.

Mengutip Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019, menunjukkan indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 38,03% dan indeks inklusi keuangan 76,19%. Angka tersebut meningkat dibanding hasil survei OJK 2016 yaitu indeks literasi keuangan 29,7% dan indeks inklusi keuangan 67,8%.

Sebenarnya statistik ini sudah menunjukkan adanya perbaikan pada literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia. Namun, investasi bodong juga terus tembuh dengan berbagai bentuk dan iming-imingnya yang terus saja menarik korban. Untuk itu, jika kamu sudah memiliki literasi yang baik tentang investasi misalnya, ada baiknya bagikan ilmu kamu itu kepada para keluarga dan kerabatmu, ya!

Daripada tergiur dengan investasi yang tidak jelas arah dan tujuannya seperti Alimama, lebih baik kamu sarankan keluarga dan kerabatmu untuk investasi di instrumen keuangan seperti saham dan reksadana. Investasi seperti ini, meski berisiko tapi sudah teregulasi dan sangat bisa dipelajari. Artinya risiko-risiko tersebut bisa dikelola dengan pengetahuan yang baik.

Ajaklah mereka memulai investasi mereka di aplikasi Ajaib! Aplikasi ini telah mendapatkan izin dari OJK dan menjadi salah satu platform andalan investasi saham dan reksadana online saat ini. Daripada Alimama dan penipuan lainnya, investasi saham dan reksadana aja di Ajaib!

Artikel Terkait