Rumah Tangga Masa Kini

Isi Masa SFH Untuk Mengajarkan Keuangan Kepada Anak

Ajaib.co.id – Selama masa pandemi Corona, anak diwajibkan belajar di rumah saja alias School From Home (SFH) dengan didampingi orang tua. Tentu saja ini meningkatkan kuantitas dan kualitas waktu bersama antara orang tua dan anak. Mengapa tidak memanfaatkan waktu luang ini untuk mengajarkan keuangan kepada anak?

Selama ini banyak orang tua muda yang memiliki waktu terbatas dengan anaknya. Pasalnya, semua pihak sama-sama memiliki aktivitas yang padat dan menyita waktu. Anak dengan kegiatan sekolahnya dan orang tua dengan pekerjaannya. Paling-paling punya banyak watu luang selama akhir pekan saja.

Salah satu dampak pandemi Corona adalah orang tua diberikan waktu lebih banyak bersama anak. Bahkan banyak yang sudah kehabiskan ide untuk membuat aktivitas bermanfaat bersama anak. Jika hanya belajar materi sekolah saja tentunya akan membosankan bukan?

Gunakan kesempatan ini untuk mengajarkan keuangan kepada anak. Paling tidak pendidian keuangan pada anak sejak usia dini akan menjadi bekal masa depan yang sangat bermanfaat bagi mereka nanti. Praktik paling dasar, buah hati bisa mengeloa uang jajanya dengan lebih baik saat tiba waktunya masuk sekolah lagi.

9 Cara Mengajarkan Keuangan kepada Anak Kelola Uang Jajan

Mengajarkan keuangan kepada anak bisa dimulai sejak dini. Mengapa? Karena ilmu ini tak hanya baik buat masa depannya. Melainkan juga baik untuk mengajarkan anak cara mengelola keuangan. Pengelolaan keuangan pribadi mungkin diajarkan di sekolah namun hanya sebatas teori dan porsinya sedikit sekali.

Tugasmu lah sebagai orang tua untuk menyiapkan masa depan anak dengan baik, termasuk mampu mengelola keuangannya. Kalau selama ini terhalang keterbatasan waktu maka masa School From Home ini adalah kesempatan emas buatmu untuk mulai melakukannya. Kamu harus memberikan pemahaman untuk membuat anak mengerti pentingnya pengelolaan uang yang baik.

Pada umumnya, permintaan anak tak jauh dari uang jajan. Meski tadi pagi sudah diberikan uang jajan, dia akan menghabiskan seluruh uang. Alhasil dia akan minta uang lagi dan lagi. Padahal dia sudah bisa diajarkan literasi keuangan, agar bisa mengelola uang jajan.

Menurut penelitian Cambridge University pada 2013, dikutip CNBC (19/07/2019), anak-anak dapat memahami konsep dasar uang pada usia tiga tahun dan kebiasaan finansial mereka sudah terbentuk pada usia tujuh tahun.

Para orang tua yang memiliki anak atau kamu yang punya keponakan lebih baik mengajarkan keuangan sejak dini daripada tidak melakukannya. Karena dampaknya akan luar biasa. Mulai dari bisa mengelola uang jajan hingga memahami prioritas ketika harus mengeluarkan uang.

Apakah orang tua mau anak boros dalam membelanjakan uang jajan? Ingin anak saat beranjak dewasa terlilit utang? Ingin melihat anak tidak memiliki tabungan? Jika tidak menginginkan itu semua, segera ajarkan literasi keuangan. Kalau bukan kita, siapa lagi? Berikut ini cara mengajarkan keuangan kepada anak:

Menabung di Celengan

Hal termudah mengajarkan keuangan kepada anak adalah menabung. Kenalkan cara menabung dari uang jajan. Misalnya setiap hari anak diberikan uang Rp5 ribu. Jika uang tersebut utuh, ajak anak untuk menabung Rp5 ribu di celengan. Begitu pula ketika ada uang sisa jajan.

Agar menambah semangat menabung, minta anak memilih celengan favorit atau berikan toples transparan. Hal ini membantunya melihat perkembangan tabungan. Apakah uang di toples bertambah atau stagnan? Bagaimana caranya agar bertambah? Libatkan anak dalam hal ini.

Mengenal Uang

Sambil menabung, kenalkan mereka dengan pecahan uang. Mulai Rp100 ribu hingga Rp100 perak. Jika di sekolah sudah belajar matematika, mintalah mereka untuk menghitung uang yang terkumpul.

Catat Daftar Keperluan

Bila keponakan atau anak memiliki keperluan sekolah yang harus dibeli, catat barang-barang yang akan dibeli. Berikan pengertian ke mereka agar membeli barang sesuai catatan dan jangan membeli barang di luar itu. Sehingga mereka bisa belajar prioritas dalam berbelanja.

Belanja di Minimarket

Setelah membuat catatan barang, ajak anak ke minimarket atau swalayan. Hal ini merupakan proses belajar keuangan secara langsung. Karena anak melihat barang yang akan dibeli serta harganya.

Kalau barang yang dicatat tidak ada, minta dia untuk mencari barang lain yang fungsi dan harganya sama atau yang mendekati. Cara ini menstimulasi kemampuan berhitung sekaligus anggaran belanja.

Mengelola Uang Jajan

Cara mengajarkan keuangan kepada anak yang lain bisa dengan memberikannya kepercayaan mengelola uang jajan. Buatlah kesepakatan dengan anak, bahwa uang jajan seminggu akan diberikan setiap awal minggu dan jika uang habis sebelum akhir pekan, dia tidak boleh meminta uang lagi. Misal uang jajan per hari Rp20 ribu, berikan Rp140 ribu setiap Senin.

Dengan demikian dia akan belajar mengelola uang jajan, berusaha membagi uang jajan setiap hari, serta bisa mengubah perilaku boros. Seperti sering jajan makanan tetapi tidak menghabiskannya.

Mencatat Pengeluaran

Kalau anak sering kehabisan uang jajan di tengah minggu, kemungkinan dia kurang bisa mengelola uang jajan. Untuk membantunya, mintalah ia mencatat semua pengeluaran. Misalnya dalam sehari, dia jajan makanan, minuman, membeli buku gambar, dan lainnya.

Cara ini mengajarkannya untuk berdisiplin dalam mengeluarkan uang serta belajar proses menganggarkan uang secara sederhana.

Terapkan hal ini ketika anak meminta perayaan ulang tahun. Mulai dari mencatat barang yang dibutuhkan beserta dengan perkiraan biaya. Lalu sesuaikan biaya terhadap uang anggaran dari orang tua.

Kalau biaya ulang tahun lebih tinggi dari anggaran, berikanlah dua opsi. Pertama, kekurangan biaya diambil dari uang tabungan. Kedua, mengurangi kuantitas barang atau tamu undangan. Tetapi jika uang anggaran tersisa, minta dia untuk menabung.

Kebutuhan dan Keinginan

Tekanan teman-teman tidak bisa dihindari dari dunia anak. Kalau salah satu teman segrup membeli jam tangan, anak lainnya akan membeli barang yang sama. Kalau hal ini dibiarkan, anak akan sangat mudah meminta barang kepada orang tua.

Untuk mengatasinya, berikan pengertian kalau membeli barang harus sesuai kebutuhan, bukan keinginan atau ikut-ikutan teman. Tunjukkan juga mengeluarkan uang tidak semudah mengatakan “ingin jam tangan”. Jika ingin membeli sesuatu harus menabung atau bekerja.

Bekerja untuk Mendapatkan Uang

Poin ini bukan untuk mempekerjakan anak di bawah umur. Tetapi sebagai orang dewasa, kamu bisa menunjukkan perspektif kepada keponakan atau anak. Bahwa seseorang harus bekerja untuk mendapatkan uang dan harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut.

Di sisi lan, kenalkan anak untuk memanfaatkan waktu dan bekerja “kecil-kecilan”. Misal membersihkan ruang kerja orang tua untuk mendapatkan uang jajan tambahan, membuka jasa titip ke teman-teman saat berlibur ke luar kota atau negara lain, atau membuat kue lalu dijual ke teman-teman sekolah.

Berbuat Baik dengan Uang

Cara mengajarkan keuangan kepada anak yang terakhir adalah mengajarkan anak bahwa uang tak hanya untuk membeli sesuatu. Uang juga digunakan untuk hal-hal baik. Misalnya ajak anak mendonasikan baju pantas pakai, mainan yang sudah tak terpakai lagi ke panti asuhan, atau menyumbang sejumlah uang (diambil dari uang jajan) di situs penggalangan dana.

Cara lain, mintalah anak untuk memilih orang yang pantas mendapatkan bantuan di sekitar tempat tinggal. Kalau perlu, buat tiga celengan untuk menabung, jajan, dan donasi.

Tidak semua orang mendapatkan pendidikan keuangan yang baik sejak kecil. Seringnya malah pemahaman akan literasi keuangan terlambat didapatkan. Akibanya banyak yang tidak memiliki perencanaan yang matang.

Masyarakat Indonesia memang masih jarang untuk mengajarkan pengelolaan keuangan secara matang kepada anaknya. Bahkan bisa dikatakan nyaris tidak ada pendidikan soal keuangan sama sekali. Paling-paling cuma sekedar mengajari untuk menyisihkan uang jajannya untuk ditabung.

Banyak juga yang hanya memberikan uang saku untuk jajan bulanan atau di sekolah begitu saja dan tidak mau tahu bagaimana anak mengelola dananya itu. Jika punya rezeki lebih anak akan diberikan tambahan jika tidak maka harus puas dengan dana yang diberikan itu.

Kebiasaan inilah yang menjadi akar buruknya pengelolaan keuangan banyak oramg dewasa. Akibat tak punya kebiasaan sejak kecil untuk memiliki tanggung jawab pada uangnya maka kemudian bertahan hingga dewasa. Dampaknya malah lebih buruk mulai dari tak punya tabungan, dana darurat atau tak pahan pentingnya berinvestasi.

Kalau kamu merasakannya dan susah payah belajar cara mengelola uang ketika beranjak dewasa maka jangan ulangi kesalahan model parenting ini. Ajarilah anak untuk mengelola dananya berapapun jumlah uang yang dimiliki. Paling tidak kamu bisa mengajari pendidikan keuangan sederhana sesuai dengan usianya.

Sebagian dari orang dewasa mungkin ada yang kesulitan dalam mengajarkan keuangan kepada anak, tetapi ada juga yang mudah. Meski demikian jangan pernah bosan mengajarkan literasi keuangan kepada anak. Orang tua dan orang dewasa di sekitar anak adalah contoh terdekat bagaimana memahami tentang dunia keuangan.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang

Artikel Terkait