Rumah Tangga Masa Kini

5 Alasan Anak Harus Memahami Definisi Pendidikan Keuangan

5 Alasan Pentingnya Pendidikan Literasi Keuangan Sedari Kecil

Ajaib.co.id – Pendidikan adalah bekal terbaik untuk mengarungi kehidupan. Namun nampaknya definisi pendidikan keuangan dan manfaatnya belum banyak diketahui oleh para orang tua. Padahal, memahaminya sedari dini adalah kunci kehidupan finansial yang lebih baik dan tertata.

Kata pendidikan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Bahkan negara juga mendefinisikannya dengan jelas dalam Undang-Undang Dasar yang tertera pada No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Disebutkan bahwa definisi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Stella Van Petten Henderson, penulis buku, menguaraikannya sebagai ebuah kombinasi pertumbuhan, perkembangan diri dan warisan sosial. Maknanya tak jauh dari fungsi pendidikan sebagai upaya secara sadar oleh pendidik untuk memberikan ilmu kepada anak didiknya agar bisa melakukan tugas hidupnya secara mandiri.

Memahami Definisi Pendidikan Keuangan, Kunci Meningkatkan Literasi Finansial

Masyarakat Indonesia kebanyakan masih belum menguasai literasi keuangan sampai akhirnya terlambat. Karena itulah pemerintah kini rajin menggenjot pendidikan literasi keuangan bahkan sejak usia PAUD. Hal ini juga sesuai dengan amanat Forum Ekonomi Dunia agar meningkatkan kemampuan warganya di abad 21 termasuk soal keuangan. 

Definisi pendidikan literasi keuangan secara umum adalah upaya meningkatkan pemahaman individu untuk mengelola keuangan secara sadar dan bijak sesuai kebutuhan. Orang yang tidak punya literasi keuangan biasanya ditandai dengan tidak memiliki tabungan simpanan darurat atau asuransi kesehatan bahkan BPJS. Orang-orang seperti ini nantinya akan mudah terjerat utang dan sulit untuk hidup nyaman.

Orang tua yang bijak pasti paham bahwa penting sekali mengusai kemampuan pengaturan keuangan yang baik. Ajarkan anak agar melek kemampuan keuangan sedini mungkin agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam hal keuangan. Tentunya cara dan sistemnya berbeda-beda sesuai dengan usia anak.

Memang belum ada pendidikan formal khusus untuk anak yang diajarkan di sekolah soal pengaturan keuangan. Karena itu, selaku orang tua harus menggenjot pendidikan non formal agar nanti anak bisa mandiri dan memiliki kemampuan yang memadai. Bukan hanya itu, ada banyak alasan kamu wajib memastikan buah hati paham akan definisi pendidikan dan penerapannya.

Berikut 5 alasan pentingnya pendidikan keuangan anak diajarkan sedari kecil: 

Penghasilan terbatas

Meskipun sudah bekerja keras kadang kita hanya memiliki penghasilan bulanan yang segitu-segitu saja. Untuk itulah seorang anak perlu mengetahui definisi pendidikan keuangan agar bisa memanfaatkan uangnya sesuai skala prioritas.

Selain itu, literasi keuangan juga membuka wawasan kita mengembangkan uang selain lewat bekerja saja. Sehingga, dibutuhkan keterampilan yang diperlukan dalam pengendalian diri dan kepribadian kecerdasan.

Tingginya kebutuhan hidup

Biaya kebutuhan hidup semakin tinggi setiap tahun. Belum lagi berbagai kebutuhan dalam jumlah besar yang muncul di fase hidup tertentu seperti pendidikan anak atau biaya nikah. Orang dengan literasi keuangan yang memadai pasti paham

Termasuk pula pentingnya memahami sejumlaj pos keuangan yang berbeda. Misalnya saja kebutuhan dana darurat, asuransi dan investasi. Dengan menyadari ini maka akan bisa menyusun prioritas sesuai dengan kemampuanya.

Pengetahuan keuangan yang berbeda

Orang zaman dahulu telah sadar dan terencana untuk sekedar menabung, membeli tanah, dan agar jangan berutang. Profesi pegawai kantoran diidamkan karena dianggap bisa memberikan jaminan penghasilan bulanan yang tetap hingga masa pensiun. Namun hal itu tak lagi relevan di masa kini.

Ada banyak perubahan industri keuangan maupun sistem perencaan lain yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa sekarang. Misalnya saja kamu bisa tetap memiliki dana pensiun yang memadai meskipun tidak bekerja di pemerintah.

Variasi produk keuangan

Perkembangan industri keuangan juga dibarengi dengan berkembanganya produk keuangan yang ditawarkan ke masyarakat. Pendidikan keuangan yang baik akan mengajarkan jika produk keuangan buka hanya hak pengusaha atau orang kaya saja.

Kelas menengah pun bisa memanfaatkan dan mendapatkan keuntungan dari beragam produk keuangan yang tersedia saat ini. Hal ini harus disertai dengan pemahaman fitur, manfaat, dan resiko tiap produk tersebut.

Banyaknya kasus investasi bodong adalah salah satu dampak masih minimnya pemahaman akan definisi pendidikan keuangaan. Masyarakat belum bisa membedakan skema investasi yang sesungguhnya dengan penipuan belaka.

Perbedaaan pos keuangan

Pendidikan keuangan yang ketinggalan zaman biasanya sebatas pengeluaran, pemasukan dan tabungan. Abad ke-21 menuntut pembagian pos keuangan yang lebih detail seperti asuransi kesehatan, pendidikan anak, jaminan masa tua, dan investasi. Hal ini perlu agar kita cerdas mengelola dana yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan baik di masa sekarang atau masa depan. 

Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia, Meningkat Namun Belum Ideal

Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun ini menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03% dan indeks inklusi keuangan 76,19%. Angka tersebut meningkat dibanding hasil survei OJK 2016 yaitu indeks literasi keuangan 29,7% dan indeks inklusi keuangan 67,8%.

Survei OJK 2019 ini mencakup 12.773 responden di 34 provinsi dan 67 kota/ kabupaten dengan mempertimbangkan gender dan strata wilayah perkotaan/perdesaan. Sebagaimana tahun 2016, SNLIK 2019 juga menggunakan metode, parameter dan indikator yang sama, yaitu indeks literasi keuangan yang terdiri dari parameter pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku, sementara indeks inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan (usage).

Dengan demikian dalam 3 tahun terakhir terdapat peningkatan pemahaman keuangan (literasi) masyarakat sebesar 8,33%, serta peningkatan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan (inklusi keuangan) sebesar 8,39%. Angka ini sekaligus juga melengkapi Perpres Nomor 82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) dengan target sebesar 75% pada tahun 2019.

Hal ini juga menunjukkan jika pemahaman masyarakat sendiri belum meningkat. Fakta di lapangan, masih banyak orang yang belum paham akan pentingnya pendidikan keuangan termasuk dengan varian produknya saat ini.

Idealnya, peningkatan literasi keuangan ini juga harus dibarengi dengan wawasan masyarakat akan manajemen finansial yang baik. Misalnya dengan memiliki strategi keuangan yang tepat dan mengalokasikan dananya dengan sesuai. Contohnya saja berinvestasi sebagai sebuah kebutuhan wajib dalam kondisi apapun.

Investasi sendiri adalah sebuah keharusan untuk mencapai keamanan finansial. Apalagi investasi memberikan kesempatan kita untuk mengembangkan uang dengan lebih maksimal. Ajaib mengingatkan jika investasi harus dilakukan sedini mungkin dengan dana berapapun. Namun, pastikan kamu tidak punya utang berbahaya, punya asuransi untuk hal tidak terduga, punya uang untuk kebutuhan sehari-hari, dan punya dana darurat. 

Artikel Terkait