Analisis Saham

Tekor Sejak IPO, Bagaimana Prospek Saham ASPI?

Sumber: Pexels

Ajaib.co.id – PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (kode saham ASPI) merupakan perusahaan pengembang real estate yang berdiri sejak 13 November 2012. Perusahaan memiliki tiga proyek dalam portofolio bisnisnya hingga awal tahun 2021, yakni Royal Matoa Residence di Depok, Arkamaya Residence di Tangerang Selatan, dan Casa Serpong. 

PT Andalan Sakti Primaindo Tbk melaksanakan penawaran umum perdana atau melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Februari 2020 dengan kode saham ASPI dan harga penawaran Rp105 per lembar. Kepemilikan saham ASPI terbesar saat ini berada di tangan pemegang saham pengendalinya, yakni PT Andalan Sakti Inti (51,33%). Sisanya dimiliki oleh masyarakat sebanyak 48,67%.

Saham ASPI memiliki market cap sebesar Rp35,45 miliar dengan harga penutupan Rp52 per lembar pada tanggal 25 Mei 2021. Mari kita analisis saham ASPI lebih lanjut untuk mengetahui apakah saham ini layak investasi.

Kinerja Laporan Keuangan Terakhir

Hingga Mei 2021, PT Andalan Sakti Primaindo Tbk belum menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode 2020. Rilisan terakhirnya adalah laporan keuangan interim kuartal ketiga 2020. 

Laporan PT Andalan Sakti Primaindo Tbk per 30 September 2020  menunjukkan bahwa kerugian perusahaan makin membengkak di tengah pandemi COVID-19. Jumlah kerugian perseroan meningkat lebih dari 1000% menjadi Rp3.12 miliar pada akhir kuartal III/2020 dari Rp267,96 juta  pada akhir kuartal III/2019

Berikut rangkuman kinerja laba ASPI berdasarkan laporan keuangan terakhirnya:

Komponen Laba III/2020 III/2019
Penjualan dan pendapatan usaha 1.996.272.651 5.131.141.379
Beban pokok penjualan dan pendapatan -1.419.591.463 -2.902.873.721 
Laba bruto 576.681.188 2.228.267.658
Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk -3.116.460.318 -267.957.970
Laba per saham (rupiah penuh) -4,56 -0,85

Tampak telah terjadi kemerosotan penjualan dan pendapatan usaha yang sangat tajam antara kuartal III/2020 dan kuartal III/2019. Perusahaan telah berupaya menanggulangi masalah dengan menekan beban-beban, tetapi pada akhirnya kerugian tetap bertumpuk. Perlu dicatat pula bahwa perusahaan sudah mulai mengalami kerugian sejak sebelum krisis COVID-19 meletus pada awal tahun 2020.

Bagaimana kabar rasio-rasio keuangan ASPI? Berikut ini perbandingan kinerja keuangan ASPI berdasarkan data yang tersedia di situs IDX:

Rasio III/2020 IV/2019 IV/2018
ROE -5,67% -8,27% 6,59%
ROA -4,00% -6,15% 5,47%
NPM -156,22% -36,57% 6,78%
DER 40,66% 32,32% 17,91%

Data-data di atas menunjukkan bahwa kinerja rasio-rasio ASPI pasca-IPO merosot signifikan dibandingkan sebelum IPO. Rasio utang semakin meningkat, sementara perusahaan kehilangan kemampuan untuk menghasilkan laba (ROE, ROA, dan NPM).

Total aset ASPI meningkat pesat hingga 123,70% menjadi Rp103,95 miliar dalam laporan kuartal III/2020 dari Rp46,47 miliar pada kuartal III/2019. Akan tetapi, hal ini hanya dikarenakan peningkatan persediaan bangunan dalam proses dan dana IPO yang baru terealisasi.

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham ASPI

Karena PT Andalan Sakti Primaindo Tbk  baru go public pada tahun 2020, perusahaan ini belum menjadwalkan pembagian dividen sama sekali hingga saat artikel ini ditulis (Mei, 2021). Perusahaan juga belum merencanakan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) maupun memaparkan kebijakan pembagian dividen ke depan.

Prospek Bisnis ASPI 

Portofolio bisnis ASPI termasung sangat minim dibandingkan emiten properti lainnya. Apalagi sebagian besar proyek perusahaan masih dalam pengembangan yang terkendala oleh pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19.

Dalam keterbukaan informasi bertanggal 10 Agustus 2020, PT Andalan Sakti Primaindo Tbk memaparkan tiga dampak COVID-19, yakni: pembatasan operasional dan pembangunan proyek Arkamaya Residence, pembatasan operasional kantor terkait kebijakan work from home (WFH), serta penundaan launching proyek Casa Serpong.

Demi mempertahankan kelangsungan usaha, perusahaan berupaya melakukan kegiatan pemasaran secara online sambil menerapkan protokol kesehatan pada kantor

marketing serta show unit pada proyek perusahaan. Perusahaan juga menjaga arus kas dengan efisiensi biaya.

Terlepas dari itu, belum ada kabar lagi tentang kelanjutan proyek-proyek maupun hasil dari aktivitas pemasaran tersebut hingga Mei 2021. Perusahaan juga belum merilis laporan keuangan tahunan 2020. Semua ini menimbulkan kesangsian tentang kesehatan keuangan perusahaan serta prospeknya ke depan.

Kesimpulan

Ditinjau dari laporan keuangan dan fakta-fakta yang telah terhimpun, kita dapat menyimpulkan bahwa saham ASPI kurang layak untuk investasi maupun trading. Mengapa? Ada dua alasan.

Pertama, kapitalisasi pasar ASPI berada di bawah 1 triliun. Ini artinya ASPI termasuk saham small cap yang rentan digoreng bandar dan harganya mudah ambruk. Apalagi proporsi kepemilikan saham masyarakat sudah nyaris 50%, perlu diperhatikan sebagai tanda bahaya kalau-kalau pemegang saham pengendali akan menjual lebih banyak sahamnya dan kemudian lepas tangan.

Kedua, kerugian beruntun selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa perusahaan tak punya kemampuan untuk menghasilkan laba. Dengan parameter ROE dan ROA yang negatif, pembeli saham ASPI sudah menanggung rugi sejak awal.

Kalau kamu tertarik untuk menanamkan modal pada saham real estate, ada banyak emiten properti lain lebih potensial. Antara lain PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang mengelola beragam mall di Jakarta dan Surabaya, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) yang rajin bagi-bagi dividen lebih dari sekali setahun, dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang mengembangkan kota mandiri Bumi Serpong Damai.

Artikel Terkait