Saham

Saham TINS Kembali Melesat, Investor Asing Siap Borong Lagi

saham-tins

Sebelum penyelenggaraan Public Expose Live 2019 pada Selasa (27/8/2019), harga saham TINS naik menjadi 1,04% ke level Rp975 per saham. Sebelumnya, harga saham TINS melemah selama lima hari dengan total mencapai 7,91%.

Dalam gelaran Public Expose Live, TINS menjadi salah satu dari delapan emiten yang menggelar paparan publik ini. Data perdagangan BEI menunjukkan, saham TINS naik di level Rp975 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp7,26 triliun.

Dilansir dari keterbukaan informasi perusahaan, TINS masih belum merilisi laporan keuangan semester I-2019, karena masih dalam proses penelaahan.

Jika dilihat dari kuartal I-2019, TINS mampu menghasilkan kenaikan penjualan lebih dari dua kali lipat atau 108,21% secara tahunan (year-to-date) menjadi Rp4,24 triliun dari Rp2,04 triliun di semester I-2018.

Pada kuartal kedua tahun ini, TINS nampaknya akan kembali membukukan kinerja yang cukup cemerlang. Hal ini bisa dilihat dari jumlah penjualan ekspor produk timah hingga Juli 2019, dan seluruhnya dikuasai oleh perusahaan.

Berdasarkan materi paparan publik TINS, hingga akhir Juli 2019, TINS membukukan volume ekspor timah mencapai 39,64 ribu ton atau naik 188,36% secara tahunan, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar 13,75 ribu ton.

Sepanjang 2019 ini, TINS menjadi satu-satunya smelter (pabrik pemurnian) yang mengekspor timah nasional, karena perusahaan tersebut telah memenuhi syarat Competent Person Indonesia (CPI).

Alasan Melesatnya Saham TINS

Sebagai informasi, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 1.827 tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik mewajibkan perusahaan tambang memiliki CPI untuk mengekspor penduduknya.

Saham-saham emiten pertambangan mineral nikel, timah, dan emas mengalami rebound lagi pada awal perdagangan Rabu (4/9/2019). Setelah pada Selasa kemarin ambruk karena didera oleh aksi ambil untung investor (profit-taking) baik lokal maupun asing.

PT Timah Tbk menjadi salah satu sektor yang sahamnya melesat. Saham TINS naik 2,84% di level Rp1.085 per saham.

Penguatan tersebut mengakhiri kejatuhan saham-saham sektor yang terjadi kemarin, setelah asing dan lokal merealisasikan keuntungan yang sesaat. Asing pun mulai mengakumulasi lagi di saham TINS, yaitu sebesar Rp278 juta.

Pada Senin lalu, saham-saham emiten tambang mineral sempat meroket tinggi, setelah Pemerintah resmi akan melarang ekspor nikel mulai 1 Januari 2020 demi memperkuat nilai tambah komoditas mineral di dalam negeri.

Larangan ekspor tersebut mendorong ekspektasi suplai akan berkurang, sehingga harga nikel naik. Berdasarkan data International Nickel Study Group (INSG), pada 2017 Indonesia menduduki posisi kedua sebagai produsen nikel terbesar dengan kapasitas produksi mencapai 205.000 ton.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Bangka Belitung mengajukan peningkatan kepemilikan saham di PT Timah Tbk (TINS) sebesar 10%. Peningkatan kepemilikan tersebut bertujuan untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan perekonomian wilayah tersebut.

Hingga saat ini, kepemilikan Pemprov di perusahaan ini masuk ke dalam kepemilikan publik, di mana kepemilikan tersebut kecil dari 5%. Sebagaimana diketahui, saham TINS yang dipegang oleh Pemprov adalah sekitar 3%.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait