Analisis Saham, Saham

Saham PNBN Si Kuda Hitam, Bagaimana Prospeknya?

Saham PNBN Si Kuda Hitam, Bagaimana Prospeknya?

Ajaib.co.id – Bank Pan Indonesia Tbk adalah bank yang beroperasi dengan nama Bank Panin atau Panin Bank . Perusahaan dengan kode saham PNBN menawarkan produk keuangan mencakup tabungan, giro, deposito tetap, pinjaman rumah, pinjaman investasi, hingga pinjaman modal kerja. Tidak hanya bank konvensional, bank juga memiliki layanan perbankan syariah di bawah anak perusahaannya yang bernama PT Bank Panin Syariah Tbk.

Saham PNBN resmi melantai di BEI pada 28 Oktober 1982 dan melepas sejumlah 1,64 juta saham di harga Rp3,475/lembar per saham. Atas IPO-nya, perusahaan berhasil mengumpulkan dana mencapai Rp5,69 miliar. Per 28 Februari 2021, saham PNBN dipegang oleh PT Panin Financial Tbk sebanyak 46,04%, diikuti Votraint No.1103 PTY LTD sebesar 38,82%, dan publik dengan prosentase 15,14%.

Saham PNBN merupakan salah satu saham bank terbesar di Indonesia yang masuk ke Bank Buku IV dengan modal inti mencapai lebih dari Rp30 miliar. Lalu, bagaimana dengan kondisi fundamentalnya sepanjang tahun 2020? Apakah sahamnya layak dikoleksi oleh investor? Seperti apa prospek perusahaan di tahun ini? Mari kita bedah saham PNBN di bawah ini.

Laba Bersih Tergerus 11%

Saham PNBN mencatatkan laba bersih Rp3,12 triliun di tengah pandemi Covid-19, terkoreksi 11% dibandingkan pencapaian tahun lalu di posisi Rp3,48 triliun. Peningkatan penanaman dalm Surat Utang Negara (SUN) memberi kesempatan perusahaan meraih capital gain sehingga mampu mencetak laba bersih Rp3,08 triliun.

Stabilnya laba bersih ditopang pertumbuhan pendapatan operasional sebesar 77,16% atau Rp3,36 triliun. Hal ini sejalan dengan meningkatnya transaksi surat berharga di tengah kecenderungan penurunan suku bunga pasar.

Perusahaan juga mencatatkan penurunan penyaluran kredit, dari Rp136 triliun menjadi Rp116 triliun sepanjang tahun 2020. Penurunan penyaluran kredit ini disebabkan naiknya CKPN ke Rp5,5 miliar dan naiknya Dana Pihak Ketiga dari tahun lalu di angka Rp131 triliun menjadi 146 triliun. 

Kinerja Keuangan 3 Tahun Terakhir Stabil

Saham PNBN mencatatkan kinerja keuangan yang stabil di beberapa tahun ke belakang, terlebih di tahun 2019. Hal ini tercermin pada ikhtisar keuangan perusahaan dari tahun 2018 hingga tahun 2020 di bawah ini (dalam Rp miliar)

Komponen Laba 2020 2019 2018
Pendapatan Bunga Bersih 8,968 8,964 8,970
Laba Bersih 3,124 3,480 3,187
DPK 14,644 13,140 13,370

Di tahun 2018, laba bersih saham PNBN meroket 59% dari pencapaian tahun lalu menjadi Rp3,1 triliun. Raihan laba bersih ini ditopang peningkatan pendapatan bunga bersih mencapai Rp8,9 triliun, sejalan dengan naiknya NIM perusahaan mencapai 4,84%. Selain itu, pertumbuhan pendapatan operasional sebesar 56,69% juga berperan besar terhadap pertumbuhan laba bersih di tahun ini.

Beralih ke tahun 2019, kinerja positif perusahaan terus berlanjut. Di tahun ini, perusahaan mampu mencetak kenaikan tipis atas laba bersih ke posisi Rp3,4 triliun. Kontribusi utamanya berasal dari peningkatan pendapatan bunga bersih dan NIM sebesar 4,83%. Selain itu, perusahaan juga mampu menekan beban operasional sebesar 6,27%. Namun, perusahaan mencatatkan penurunan pada pos Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi Rp131 triliun dari periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp133 triliun.

Sementara di tahun 2020, di mana bisnis harus menghadapi tantangan pandemi Covid-19. Saham PNBN tetap konsisten menghasilkan keuntungan yang hanya turun 11% dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini disebabkan menurunnya kredit sebesar 14,3% akibat perlambatan pertumbuhan kredit di tengah lesunya ekonomi serta penerapan prinsip kehati-hatian dalam menjaga kualitas kredit.

DI bawah ini adalah rasio keuangan perusahaan di tahun 2019 dan 2020

Rasio 2020 2019
ROA 1 2
ROE 7 8
NIM 4,44 4,52
LDR 83,3 115%
NPL 3,01 3,02
NPL Net 1,04 1,07

Pada rasio profitabilitas perusahaan di pos ROA dan ROE mencatatkan penurunan tipis ke 1% dan 7%. Hal ini mengindikasikan saham PNBN kesulitan menghasilkan keuntungan dari aset dan ekuitas. Meskipun turun, angka ROE di atas 6% masih menunjukkan rasio return yang sehat.

Beralih ke NIM atau margin bunga bersih perusahaan yang juga menyusut tipis ke 4,44% dari 4,52%. Hal ini disebabkan menurunnya suku bunga kredit karena permintaan OJK ke bank-bank mengingat adanya situasi perlambatan ekonomi. Penurunan NIM tipis saham PNBN masih sangat wajar.

Pos rasio LDR perusahaan tercatat masih sangat stabil di level 83,3% yang menandakan likuiditas bank masih dalam batas longgar. Berbeda dengan LDR tahun lalu mencapai 115% yang telah melewati ambang batas LDR wajar di 92%. Rasio LDR bank yang tergolong sehat ini membuktikan modal yang dimiliki perusahaan tidak melebihi pinjaman yang diberikan ke nasabah.

Sementara, untuk NPL dan NPL net saham PNBN tercatat menurun ke 3,01% dan 1,04%. Menurunnya rasio kredit bermasalah perusahaan di tahun 2020 menunjukkan usaha untuk beroperasi secara hati-hati di tengah pandemi. Selain itu, angka NPL saham PNBN di bawah 5% menunjukkan rasio NPL yang tergolong sehat.

Saham PNBN tidak pernah membagikan dividen sejak IPO-nya pada tahun 1982. Meskipun mencatatkan laba bersih sejak 3 tahun lalu, perusahaan tidak membagikan dividen ke pemegang saham karena fokus memperkuat struktur modal perusahaan guna mendukung bisnis yang baru masuk Bank Buku IV beberapa tahun lalu. Laba bersih saham PNBN di tahun akan dicatat perusahaan sebagai laba ditahan.

Prospek Bisnis Saham PNBN

Sejumlah saham emiten-emiten grup Panin ambles pada perdagangan Rabu, (24/3/21) setelah adanya kabar KPK menggeledah kantor pusat saham PNBN di Jakarta. Harga saham PNBN tercatat turun 1,84% ke Rp1,065/lembar per saham. Kedatangan KPK ke kantor pusat saham PNBN dilatarbelakangi kasus dugaan suap aparat Direktorat Jenderal Pajak, Kementrian Keuangan satu terkuak.

Terdapat dugaan penerimaan hadiah terkait pemeriksaan tahun 2016-2017 atas bank Pan indonesia. Perusahaan diduga memberikan hadiah ke aparat pajak Angin Prayitno Aji dan Dadan Ramdani. Sejumlah perusahaan yang diduga menyuap pajak Rp50 miliar selain Bank Pan Indonesia adalah PT Johlin Baratama dan PT Gunung Madu Plantation. Terkait kasus ini, perusahaan berkomitmen mengikuti seluruh mekanisme dan prosedur sesuai aturan perpajakan.

Terkait prospek di tahun 2021, OJK optimis kredit perbankan akan tumbuh di kisaran 7% hingga 8%, terlebih jika pandemi ditangani dengan baik dan berbagai kebijakan pemerintah lancar, vaksinasi lancar, maka prospek pertumbuhan kredit akan berjalan sesuai proyeksi OJK. Selain itu, perpanjangan relaksasi restrukturisasi kredit oleh OJK, kelonggaran kebijakan moneter yang memangkas suku bunga acuan menjadi 3,75%, serta distribusi vaksin yang sudah berjalan akan membuat kinerja ekonomi lebih kuat.

Untuk strategi di tahun ini, perusahaan akan tetap konservatif untuk menjaga kualitas kredit dan keuangan nasabah. Perusahaan juga akan memanfaatkan berbagai insentif, di antaranya penurunan suku bunga acuan BI yang dapat membuat suku bunga kredit perusahaan lebih kompetitif.

Jika dilihat dari harga saham PNBN berdasarkan data RTI per Kamis, (1/4/21), saham PNBN berada di harga Rp1,085/lembar saham, naik 0,46% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. PER dan PBV perusahaan tercatat sebesar 8,42x dan 0,59x.

Jika dilihat dari fundamental perusahaan yang sehat dan prospek perbankan di tahun in, harga saham PNBN masih dihargai sangat murah dan layak dikoleksi. Saham ini bisa menjadi alternatif investor di sektor perbankan di luar dari saham-saham bank BUMN lain.

Jadi, apakah kamu sedang mencari saham dengan harga murah namun tetap layak dikoleksi? Yuk mulai transaksi saham PNBN kamu di Ajaib! Selain itu, kamu juga bisa memilih berbagai jenis saham di beberapa industri melalui aplikasi Ajaib. Sehingga, kamu dengan mudah melakukan diversifikasi investasi. Yuk mulai investasi di Ajaib sekarang!

Artikel Terkait