Analisis Saham, Saham

Saham IPCC: Emiten Tingkatkan Layanan Bongkar Muat di 2021

Sumber: Pexels

Ajaib.co.id – PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (kode saham IPCC) merupakan perusahaan yang memberikan layanan terminal untuk kendaraan (mobil, alat berat, truk, bus, dan suku cadang) yang beroperasi di Tanjung Priok, Jakarta. Layanan yang diberikan adalah terminal handling, value added services, dan sea toll services.

Pada 2017, Terminal Mobil Tanjung Priok selesai dibangun dan mulai mengoperasikan Strategic Business Unit (SBU) PT Pelabuhan Indonesia (Persero). Total luas terminal 7,38 hektar dengan kapasitas 200.000 kendaraan per tahun

Seiring perkembangan SBU, lahan terminal diperluas menjadi 16,9 hektar dengan kapasitas 400.000 kendaraan per tahun. Lalu status unit menjadi anak usaha PT Pelindo II (Persero) (IPC) pada 01 Desember 2012 dengan nama PT Indonesia Kendaraan Terminal.

Setahun kemudian atau tepatnya 09 Juli 2018, anak usaha ini tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan kode emiten IPCC, perseroan mengawali penawaran umum perdana pada level Rp1.640.

Adapun pemegang saham IPCC per Desember 2018 adalah PT IPC dengan porsi 71,28% dan masyarakat sebesar 28,72%. 

Penanganan Ekspor Kendaraan di Terminal Internasional Naik

Perseroan melaporkan bahwa penanganan ekspor kendaraan jenis CBU mengalami kenaikan pada Februari 2021, Kontan.co.id (22/03/2021). Investor Relations IPCC Reza Priyambada menjelaskan pada Februari lalu, terminal internasional IPCC telah menangani CBU ekspor sebanyak 49.888 unit atau naik 1,72% dibandingkan tahun lalu.

Kinerja tersebut, lanjut Reza, adalah pencapaian perseroan mengingat ekspor CBU di bawah 10.000 unit pada Mei dan Juni 2020. Sedangkan CBU ekspor pada Februari 2020 sebanyak 30.863 unit, selama 2019 hanya 27.700 unit, dan pada Januari 2021 adalah 19.025 unit.

Terminal IPCC sebagai satu-satunya terminal kendaraan yang menangani bongkar muat kendaraan CBU ekspor dan impor telah mendukung kegiatan ekspor nonmigas dari kelompok barang kendaraan dan bagiannya.

Jika ekonomi global kembali pulih dan permintaan terhadap kendaraan CBU dari Indonesia meningkat akan berdampak positif pada ekonomi nasional. Kinerja perseroan pun juga akan mengalami peningkatan.

Liabilitas Kuartal III-2020 Melonjak Signifikan

Pandemi COVID-19 yang dimulai pada Maret 2020 di Indonesia membuat kinerja keuangan IPCC mengalami penurunan. Laporan keuangan kuartal III-2020, berdasarkan data di laman BEI, penjualan dan pendapatan usaha IPCC turun sebesar Rp249,2 miliar year-on-year, kuartal sama tahun sebelumnya Rp359,5 miliar.

Total liabilitas melonjak signifikan menjadi Rp826,4 miliar yoy, periode sebelumnya Rp191,5 miliar. Total aset juga mengalami kenaikan Rp1,85 triliun yoy, periode sebelumnya Rp1,26 triliun. Kenaikan total aset karena adanya penambahan Aset Hak Guna.

Sedangkan total laba komprehensif -Rp32,7 miliar yoy, periode sebelumnya Rp111,3 miliar. Untuk total investasi sepanjang 2020, perseroan telah menggelontorkan dana Rp26,08 miliar.

Reza Priyambada mengatakan penurunan kinerja keuangan tersebut akan menjadi momentum perseroan untuk meningkatkan lagi kinerja pada 2021, Kontan.co.id (11/02/2021).

Kinerja IPCC Lima Tahun Ini

Sejak 2016, kinerja keuangan IPCC mengalami kenaikan positif. Meskipun pada 2020, kinerja perseroan merosot akibat pandemi COVID-19.

Sepanjang 2019, perseroan mencatatkan kinerja positif. Pelayanan jasa terminal berkontribusi sebesar 93,20% terhadap pendapatan atau naik 0,08% you Rp487,64 miliar dan pendapatan pelayanan jasa barang berkontribusi 5,42% atau tergerus 6,54% yoy menjadi Rp28,33 miliar, Republika.co.id (22/05/2020).

Direktur Utama IPCC Ade Hartono menjelaskan kenaikan pendapatan pelayanan jasa terminal seiring dengan peningkatan aktivitas bongkar muat di terminal, khususnya pada segmen kendaraan CBU di terminal domestik maupun internasional. 

Di terminal domestik, bongkar muat semua kapal roro domestik dari PTP beralih ke IPCC. Sehingga membuat kegiatan di terminal ini meningkat, baik dari segmen CBU, alat berat, dan general cargo. Di terminal internasional, arus bongkar muat masih tinggi dibanding alat berat. Meski demikian keduanya mampu menopang kinerja perseroan.

Laporan Laba RugiQ3 20202019201820172016
Penjualan dan Pendapatan UsahaRp249,2 miliarRp523,2 miliarRp521,8 miliarRp422 miliarRp314,3 miliar
Laba KotorRp67,3 miliarRp217,6 miliarRp249,9 miliarRp206,7 miliarRp163 miliar
Laba Bersih-Rp32,7 miliarRp135,3 miliarRp170,1 miliarRp130,1 miliarRp98,3 miliar

Berdasarkan data dari Ajaib, rasio keuangan IPCC periode 2019 merosot dibandingkan 2018. Namun perseroan masih mampu menjaga ROA dan ROE dalam dua digit serta dapat mengelola modal kerjanya. Sehingga kinerja keuangan perseroan dinyatakan dalam kondisi cukup.

Rasio 20192018
ROA10,7%13,6%
ROE12,6%15,4%
NPM25,9%32,6%
CR328,9%472,5%
DER18%14%

Prospek Bisnis IPCC

Untuk 2021, IPCC menargetkan minimal layanan bongkar muat kendaraan CBU minimal naik 7% hingga 8%, alat berat meningkat 4% hingga 5%, dan pendapatan tumbuh 8% sampai 10% dibandingkan 2020. Jika kegiatan kembali pulih, kemungkinan target tersebut dapat tercapai.

Reza Priyambada menambahkan target pertumbuhan 10% akan didukung oleh penjajakan kerjasama dengan para automaker baru, terutama mereka yang merelokasikan kegiatannya dari luar ke Indonesia.

Perseroan juga akan meningkatkan kegiatan layanan bongkar muat yang ada di terminal dan relaksasi Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) 0% dinilai menjadi sentimen positif terhadap perseroan.

Belum lama ini, IPCC telah menandatangani kerja sama dengan PT Glovis Indonesia International (Hyundai Glovis), investor.id (10/02/2021). Perseroan akan memberikan layanan kepada Hyundai Glovis berupa stevedoring, cargodoring, hingga delivery. Layanan telah diberikan sejak Januari lalu pada kendaraan CBU terminal internasional IPCC.

Beli Saham IPCC atau Pilih yang Lain?

Buat tipe investor yang tak tahan dengan kondisi pandemi, sebaiknya pilih saham lain saja. Karena saham IPCC masih bergerak pada level Rp500 hingga Rp600-an dam kondisi keuangannya pun hanya berstatus cukup. Sehingga harga saham IPCC masih merah dibanding ketika IPO.

Sejak November 2019, harga saham ini cenderung menurun. Pada penutupan bursa 1 April lalu, saham di level Rp585 atau naik lima poin dibanding hari sebelumnya. Namun apapun keputusannya, cek fundamental emiten sebelum bertransaksi.

Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait