Ajaib.co.id – PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) merupakan perusahaan operator dan layanan telekomunikasi di Indonesia. Awalnya nama perusahaan PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo) didirikan pada 13 Agustus 1993 adalah perusahaan patungan PT Bakrie Electronics (sahamnya dimiliki oleh Bakrie & Brothers) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) masing-masing memiliki 55% dan 45% saham.
Dalam perkembangannya, Ratelindo mengubah nama menjadi PT Bakrie Telecom pada September 2003. Kemudian bisnis baru dibangun di bidang telekomunikasi jaringan telepon seluler. Bakrie Telecom meluncurkan Esia, layanan telekomunikasi berbasis sistem CDMA.
Pada Februari 2006, Bakrie Telecom melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan kode saham BTEL, saham perdana ditawarkan seharga Rp110. Saat itu, perseroan mampu memperoleh dana Rp577 miliar.
Jatuhnya harga batu bara pada 2011 membuat Bakrie Group (induk perusahaan) terjebak utang. Ditambah lagi pengguna CDMA kian menurun. Sejak 2012 hingga 2020, utang perseroan terus bertambah. Walaupun utang sempat berkurang, tetapi kinerja keuangan tetap tak kunjung positif.
Pada September 2020, utang perseroan sebesar Rp9,6 triliun dan total aset senilai Rp4,5 miliar. Beberapa kreditur melayangkan gugatan pailit kepada perseroan. Meskipun pihak manajemen telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kinerja perseroan. Upaya tersebut di antaranya masuk ke bisnis baru, migrasi ke televisi digital, dan konversi hutang menjadi saham yang banyak dimiliki oleh Huawei sebagai kreditor.
Saham BTEL Terancam Terhapus di Pasar Modal?
Sejak awal tahun 2021, BEI memantau emiten saham BTEL untuk memperbaiki keuangannya. Jika perseroan tidak mampu memenuhinya, saham BTEL delisting atau terhapus dalam papan perdagangan di BEI, Detik.com (19/02/2021).
BEI telah memberlakukan suspensi terhadap saham BTEL selama 24 bulan sejak 27 Mei 2019. Dalam keterangan BEI, Kamis (11/02), BTEL telah berupaya meningkatkan kinerja usaha serta keuangan dengan beberapa inisiatif baru dari anak perusahaannya.
Di sisi lain, BTEL menyampaikan surat balasan kepada BEI bahwa pihaknya merinci utang-piutang perusahaan, membahas tentang pengembalian saham, dan transaksi saham lainnya.
Diketahui bahwa BTEL telah berusaha melakukan pemulihan kinerja dengan menggarap penyediaan sistem teknologi informasi yang terintegrasi dengan layanan bus listrik di Jakarta dan daerah lain, merintis layanan teknologi berbasis internet of things (IOT) yang diaplikasikan di industri pertambangan, serta mengelola infrastruktur berbasis teknologi untuk industri penyiaran.
Kuartal III-2020: Utang 2.133 Kali Lipat dari Aset
Sebelum pandemi covid-19 datang, kondisi keuangan BTEL sudah tidak sehat. Dalam laporan keuangan kuartal III-2020, BTEL mencatatkan total utang sebesar Rp9,6 triliun. Meski turun dari kuartal sama pada 2019 dengan Rp13,35 triliun, tetapi nilai tersebut 2.133 kali lipat dari total aset.
Total aset perseroan Rp4,5 miliar atau turun dari Rp11,2 miliar, arus kas dan setara kas senilai Rp305 juta atau turun dari Rp866 juta, dan rugi bersih senilai Rp60,17 miliar padahal sebelumnya laba bersih Rp7,17 miliar, Bisnis.com (19/02/2021).
Tak hanya itu, perseroan juga mencatatkan ekuitas negatif atau defisiensi modal bersih sebesar Rp9,67 triliun. Per Juni 2020, pemegang saham BTEL adalah PT Huawei Tech Investment dengan 16,8%, PT Mahindo Agung Sentosa memiliki porsi 13,6%, dan PT Era Bhakti Persada seebsar 5,5%, Bisnis.com (20/01/2021).
Aset Bakrie Melonjak di Akhir Tahun 2022
Perusahaan telekomunikasi PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) mengalami kenaikan aset yang sangat signifikan pada November 2022 lalu.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dilansir dari CNBC Indonesia pada Jumat (25/11/2022), laporan keuangan konsolidasian interim periode 30 September 2022 (tidak diaudit) aset BTEL Rp51,5 miliar atau lebih tinggi 148% dibandingkan total aset pada periode 31 Desember 2021 yang tercatat sebesar Rp20,7 miliar.
Menurut Purwoko Suatmadji, Corporate Secretary BTEL, kenaikan ini karena adanya beberapa peningkatan terutama pada pos-pos piutang usaha, persediaan dan uang muka atas proyek yang dilaksanakan oleh entitas anak perseroan.
Bakrie Telecom melalui pemaparan sebelumnya menyebutkan bahwa beberapa unit usaha akan menjadi lokomotif penopang pertumbuhan kinerja ke depan. Berikut beberapa unit usaha yang akan menopang pertumbuhan kinerja BTEL di depan.
- PT Layanan Prima Digital (LPD) dengan kegiatan usaha penyediaan solusi komunikasi dengan target pasar korporasi. LPD mengembangkan produk solusi komunikasi dengan layanan komunikasi berbasis teknologi digital artificial intelligence (AI).
- PT Inovasi Teknologi Nusantara (ITN) yang memfokuskan kegiatan usaha solusi informasi teknologi (IT). ITN juga menyediakan skillful manpower (tenaga ahli) di bidang IT untuk berbagai sektor korporasi. Saat ini, ITN telah memiliki kerjasama penyediaan teknologi dan alat-alat pelengkapnya yang berbasis Internet of Things (IOT) untuk industri transportasi elektrik (electric vehicle) dan industri pertambangan.
- PT Cakra Andalas Fasilitas (CAF) yang bergerak di bidang penyediaan dan pengelolaan infrastruktur yang fokus pada industri penyiaran. Seiring dengan berlakunya regulasi industri penyiaran dari analog menjadi digital, peluang bisnis CAF menjadi sangat potensial ke depan.
BTEL sendiri dulu terkenal dengan Esianya yang sempat menjamur karena telepon murah yang diusungnya. Di sisi lain, saham BTEL sendiri hingga saat ini digembok oleh BEI dan hingga saat ini harga saham BTEL beradi di harga Rp50 per saham.
Kinerja BTEL Belum Pulih dari Kemerosotan
Kinerja keuangan BTEL periode 2019 sedikit menunjukkan perubahan ke arah positif. Namun tahun-tahun sebelumnya, kinerja pendapatan usaha bersih, laba kotor, dan rugi bersih tahun berjalan cenderung merosot.
Laporan Laba Rugi | 2019 | 2018 | 2017 | 2016 | 2015 |
Pendapatan Usaha Bersih | Rp4 miliar | Rp3,8 miliar | Rp3,5 miliar | Rp89,8 miliar | Rp401,6 miliar |
Laba Kotor | -Rp23,3 miliar | -Rp37,1 miliar | -Rp856,6 miliar | -Rp958 miliar | -Rp3,83 triliun |
Rugi Tahun Berjalan | -Rp361,1 miliar | -Rp1,26 triliun | -Rp1,49 triliun | -Rp1,38 triliun | -Rp8,63 triliun |
Laporan keuangan yang tersedia di laman BTEL, perseroan menjelaskan bahwa 2016 dan tahun sebelumnya adalah tahun transformasi. Kini perseroan masih melanjutkan proses tersebut.
Dalam transformasi, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi perseroan, yaitu modal kerja memadai, persaingan usaha, serta penggunaan teknologi yang tepat. Namun perseroan optimis mampu untuk melewatinya didukung dengan tata kelola dan manajemen yang baik. Berikut ini data rasio perseroan dari Ajaib.
Rasio | 2019 | 2018 |
ROA | 46,44% | -100,9% |
ROE | -0,05% | 4,67% |
NPM | 70,85% | -18.932% |
CR | 0,04% | 0,02% |
DER | -100% | -105% |
Prospek Saham BTEL
Pada dasarnya, sektor telekomunikasi di era digital memiliki prospek bisnis yang luas. Karena hampir semua kalangan saat ini membutuhkan layanan telekomunikasi maupun internet untuk bekerja, menjalankan usaha, maupun sekolah.
Sejak 2016, BTEL melakukan transformasi bisnis ke produk telekomunikasi digital. Adapun fokus bisnis di antaranya:
- Pada perancangan dan persiapan produk atau inisiatif baru layanan informasi, komunikasi, hiburan berbasis digital agar produk layanan tersebut bisa dinikmati oleh masyarakat.
- Menggarap segmen pengguna layanan sambungan telekomunikasi di perkantoran dan hunian yang berada di gedung-gedung tinggi (high rise building).
Namun transformasi tersebut memerlukan waktu dalam menghasilkan pendapatan dan laba bersih. Selama merambah ke dunia digital, kinerja keuangan perseroan belum terkerek naik. Meski kinerja keuangan kuartal III-2020 dan 2019 lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
Performa Saham BTEL
Karena kinerja keuangan belum pulih dari kemerosotan, jadi saham BTEL pun tergerus sangat dalam. Sebelum disuspensi, harga saham BTEL hanya senilai Rp50.
Saat ini, BEI sedang mengevaluasi laporan keuangan BTEL. Laporan keuangan BTEL kuartal III-2020 mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian pada Januari lalu.
Menurut Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna, pihaknya menunggu penyelesaian beberapa kewajiban kepada BEI. Sehingga BEI belum dapat membuka suspensi perseroan, Kontan.co.id (21/01/2021).
Pada 27 Mei 2021, suspensi BTEL memasuki jangka waktu 24 bulan, dan harga saham BTEL hari ini masih berada di level Rp50 dan masih disegel BEI. Jika tak ada perbaikan dari perseroan, maka BTEL terhapus dari pencatatan bursa. Jadi, bagi kamu yang punya saham BTEL, wait and see dulu ya!
Kalau mau beli, kamu bisa pilih saham lainnya, kamu bisa coba cek terlebih dulu analisis saham BTEL atau saham lainnya melalui aplikasi Ajaib! Setelah kamu yakin dengan kinerjanya, maka kamu bisa membeli saham apapun lewat aplikasi Ajaib.
Cara membeli saham BTEL di Ajaib maupun saham lainnya pun sangat mudah. Kamu hanya perlu mendownload aplikasinya dan membuka rekening saham dengan modal mulai dari Rp100 ribu. Untuk memilih saham di Ajaib, kamu juga bisa melakukan analisis dengan lebih tepat demi mendapatkan profit lebih tinggi. Jadi tidak ada lagi alasan untuk tidak mulai berinvestasi. Yuk mulai jual beli saham dan berinvestasi di Ajaib sekarang!!