

Ajaib.co.id – Peminat keuangan syariah di Indonesia terus meningkat. Hal inilah yang membuat industri perbankan syariah di Indonesia bertumbuh dengan pesat di tahun 2021. Salah satu perbankan syariah yang melesat adalah Saham BRIS dari PT Bank Rakyat Indonesia (Saham BRI Syariah atau saham BRIS) yang kini sudah menjadi PT Bank Syariah Indonesia Persero Tbk. Di mana, perusahaan ini telah berhasil melakukan penggabungan atau merger bank syariah antara Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah menjadi Bank Syariah Indonesia (BRIS)
Saham BRIS bahkan kerap menjadi favorit investor syariah karena harganya yang masih terjangkau namun memiliki kinerja yang potensial. Jika dibandingkan, harga saham BRIS ini berbeda dengan harga saham bank umum unggulan yang jelas lebih mahal. Kamu harus merogoh kocek dalam-dalam untuk memiliki sahamnya. Saham dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk sendiri telah melantai di Bursa Efek Indonesia sejak bertahun-tahun yang lalu.
Mengenal Bank Syariah Indonesia
BRIS Saham merupakan bank syariah BUMN dari PT Bank Syariah Indonesia. Perusahaan ini bergerak di bidang perbankan yang merupakan hasil penggabungan antara Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah. Ketiga bank ini resmi beroperasi dengan nama PT Bank Syariah Indonesia Tbk sejak 27 Januari 2021 berdasarkan izin OJK dengan Nomor: SR-3/PB.1/2021.
Melalui merger tiga bank ini, BRIS saham memiliki aset hampir mencapai Rp300 triliun. Dengan adanya modal yang besar inilah, entitas bisnis gabungan perusahaan ini menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.
Alasan Saham BRIS Meningkat Nilainya
Menurut Chief Economist dari PT Bank Syariah Indonesia, peningkatan performa nilai perbankan syariah ini disebabkan oleh faktor pemulihan ekonomi, tren gaya hidup halal, dan kebijakan pemerintah yang mendukung ekonomi syariah. Sehingga, tidak heran jika gabungan perusahaan perbankan syariah ini memiliki pertumbuhan nilai saham yang baik.
Apalagi, pasca merger, saham BRIS ini diyakini bisa merangkul hingga 80% potensi pasar muslim yang ada di Indonesia dan dinilai dapat mengoptimalisasi integrasi jaringan teknologi secara menyeluruh. Direktur Utama BSI juga mengatakan bahwa berdasarkan prediksi dari OJK dalam pertemuan tahunan jasa keuangan 2021 dan riset internal BSI, pertumbuhan ekonomi syariah akan lebih meningkat sekitar 2,4% hingga 3,7% secara nasional di tahun 2022. Prospek BRIS juga menunjukkan sikap optimis dalam meraih populasi penduduk muslim di Indonesia dan non-muslim di Indonesia melalui performa perusahaan. Hal ini akan menjadi kekuatan tersendiri bagi BRIS.
Selain itu, beberapa waktu lalu juga sempat ada berita bahwa BRIS akan mengembangkan sistem bernama single system atau one system yang memudahkan proses integrasi berupa layanan kartu perbankan, pemindahan nasabah, dan pemindahan layanan perbankan menjadi perbankan digital.
BRIS Menyiapkan Aksi Korporasi di 2022, Apa itu?
PT Bank Syariah Indonesia Tbk juga memiliki rencana untuk melakukan aksi korporasi di tahun 2022. Selain melakukan penambahan modal lewat mekanisme rights issue untuk memenuhi aturan free float atau jumlah saham yang dimiliki publik, perseroan juga berencana melakukan ekspansi anorganik.
Ekspansi organiki ini dilakukan dengan berbagai macam cara mulai dari injeksi modal ke perusahaan anak eksisting, akuisisi maupun pembentukan akan usaha baru.
Ade Cahyo Nugroho, selaku Direktur Keuangan dan Strategi BSI mengatakan, perseroan tengah mengkaji untuk melakukan beberapa strategi partnership untuk memperkuat layanan dan produk ke nasabah lewat digital. Strategi ini nantinya akan dilakukan lewat akuisisi atau lewat partnership joint venture dengan beberapa perusahaan.
Di mana, arah partnership ini akan lebih ke arah digital, guna melengkapi produk yang akan ditawarkan kepada nasabah.
Bank satu ini juga terus memberikan komitmen untuk terus melakukan transformasi digital, termasuk dalam pengembangan produk. Achmad Syafii, selaku Direktur Information Technology BSI mengatakan bahwa transaksi-transaksi yang sederhana akan didorong oleh BSI Mobile.
Kedepannya, akan ada produk-produk digital lain yang sedang dalam persiapan untuk diluncurkan di tahun ini. Produk-produk tersebut terkait dengan fitur unggulan BSI seperti cicil emas, gadai emas, dan lainnya. Di samping itu, BSI rencananya juga akan mengeluarkan layanan digital dalam rangka bekerja sama dengan fintech syariah.
Right Issue BSI di 2022
Untuk right issue sendiri, BSI masih menunggu arahan dari pemerintah melalui Kementerian BUMN. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, bank syariah terbesar di tanah air ini ditargetkan membidik rights issue hingga US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.
Tahun ini, BSI optimis bisa mencatatkan ekspansi lebih baik sejalan dengan pulihnya ekonomi di tengah pandemi. Pembiayaan ditargetkan bisa tumbuh dikisaran 10%.
Selain itu, Cahyo selaku Direktur Keuangan dan Strategi BSI menjelaskan bahwa BSI akan menjaga porsi pembiayaan seimbang di semua segmen. Adapun rujukan yang digunakan yaitu, perseroan akan menjaga porsi UMKM mencapai 30%, segmen wholesales 30%, dan UMKM 40%.
Keluarnya Saham BRIS dari FTSE Jadi Sentimen Negatif Jangka Pendek
Penyedia data Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell baru saja mengocok ulang susunan anggota Indeks FTSE Global Equity Series Asia Pacific Ex-Japan Ex-China. Keluarnya penghuni lama dan digantikan oleh yang baru mulai berlaku efektif setelah 18 Maret 2022, dan mulai 21 Maret 2022.
Saham perbankan asal Indonesia pun ikut mewarnai indeks ini, dan salah satu saham yang keluar dari FTSE adalah BRIS. Keluarnya, BRIS dari indeks ini akan memberikan sentimen negatif bagi pergerakan sahamnya. Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada menyatakan bahwa ketika satu saham emiten keluar dari suatu indeks maka biasanya akan terjadi aksi jual oleh investor.
Lalu apa itu FTSE? FTSE adalah indeks dari Inggris atau asing, sehingga jika BRIS keluar maka akan ada kesan atau persepsi asing tidak diminati lagi saham ini. Namun, sepanjang fundamentalnya bagus, ini hanya temporary atau hanya terjadi dalam jangka pendek dan sangat wajar terjadi.
Selain itu, Wawan Hendrayana, selaku Head of Investment Research Infovesta juga mengakui bahwa saat ini BRIS tidak terlalu diminati oleh investor karena cenderung mengalami koreksi. Namun ia tetap optimistis prospek dari BRIS masih bagus lantaran segmen syariah masih memiliki potensi yang besar di Indonesia.
Di mana, saat ini yang perkembangannya sedang tinggi adalah bank digital, sehingga investor melihat dari sisi growth-nya bank syariah ini tidak setinggi sektor lain. Meski begitu, Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo pun masih mengandalkan emiten bank syariah ini. Ia mengakui dulu menyukai BRIS saat awal merger. Menurutnya, untuk jangka panjang prospek BRIS masih sangat baik, namun untuk jangka pendek masih dalam tahap bearish.