Analisis Saham, Saham

Saham BATA Kini Menghadapi Tantangan Besar

Sumber: Bata

Ajaib.co.id – Berdirinya PT Sepatu Bata Tbk (kode saham BATA) diawali dengan terbentuknya perusahaan T&A Bata Shoe Company milik Tomáš Anna dan Antonín Bata. T&A Bata Shoe Company merupakan bagian dari Bata Shoe Organization (BSO) yang terbentuk pada tanggal 24 Agustus 1894 di Zlin, Republik Ceko.

Mengalami pasang-surut bisnis di tengah berkecamuknya Perang Dunia I, perkembangan bisnis keduanya merambah hingga berbagai negara. Bata pun hadir di Indonesia (dahulu disebut Hindia Belanda) sejak sebelum Indonesia merdeka.

Sebelum tahun 1978, Bata masih menjadi perusahaan penanaman modal asing (PMA). Sistem penjualan Bata di tanah air kala itu harus melalui para penyalur khusus (depot) dengan konsinyasi.

Terhitung tanggal 1 Januari 1978, Bata menjadi perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Empat tahun berselang, Bata melantai di Bursa Efek Jakarta dengan kode saham BATA.

Dilihat dari Kinerja Keuangan dari Laporan Keuangan Terakhir 

Pandemi COVID-19 menambah berat tantangan BATA. Hal ini bisa dilihat pada Sembilan bulan pertama tahun 2020. Pada periode tersebut, total penjualan BATA mencapai Rp345,5 miliar. Angka ini turun cukup tajam (52,58%) daripada periode sama tahun 2019, yakni Rp728,7 miliar.

Hal ini tak terlepas dari beralihnya konsumsi sebagian konsumen dari kebutuhan sekunder ke primer. Tambah lagi, kebijakan sekolah dan kerja jarak jauh mendorong orang enggan membeli sepatu.

Senada dengan penjualan, laba BATA pun terjun bebas. Pada Sembilan bulan pertama tahun 2020, laba kotor BATA tercatat Rp62,8 miliar. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan Januari–September 2019 yang sebesar Rp335,7 miliar.

Alhasil, BATA menderita kerugian periode berjalan sebesar Rp135,6 miliar. Angka ini melonjak drastis dibandingkan periode sebelumnya yang untung Rp28,2 miliar. 

Komponen LabaSeptember 2019September 2020
Penjualan dan pendapatan usahaRp728,7 miliarRp345,5 miliar
Beban pokok penjualan dan pendapatan(Rp393 miliar)(Rp282,6 miliar)
Jumlah laba brutoRp335,7 miliarRp62,8 miliar
Pendapatan keuanganRp523,6 jutaRp101 juta
Jumlah laba (rugi)Rp28,2 miliar(Rp135,6 miliar)

Riwayat Kinerja

Hampir semua rata-rata pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) sejumlah komponen kinerja BATA periode 2017 hingga 2019 tercatat minus. Jumlah aset menjadi satu dari segelintir saja yang menunjukkan pertumbuhan positif.

KomponenCAGR 2017-2019
Penjualan-4,6%
Total Laba Rugi Komprehensif-78,7%
Jumlah Aset0,8%
Jumlah Liabilitas-31,6%

Kondisi ini bisa bertambah panjang mengingat pandemi COVID-19 belum menunjukkan berakhir dalam waktu dekat.

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

Rugi yang diderita BATA membuat manajemen untuk tidak membagikan dividen pada tahun buku 2019. Hal itu ditegaskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Perseroan.

Untuk tahun buku 2018, BATA membagikan dividen tunai sebesar Rp14,26 per saham atau total Rp18,54 miliar.

Berikut adalah besaran pembayaran dividen BATA beberapa tahun terakhir:

TahunDividen per SahamJumlah yang dibayarkan (miliar)
201814,2618,54
2019

Bagi sebagian investor, absennya pembagian dividen yang dipengaruhi kondisi pandemi COVID-19 bisa dimengerti. Terlebih, sebelum pandemi COVID-19, BATA termasuk sering membagikan dividen kepada para investornya.

Prospek Bisnis BATA

Meski pandemi COVID-19, BATA berencana menambah gerai baru pada tahun ini dari sekitar 500 gerai yang ada saat ini di seluruh Indonesia. Untuk merealisasikan rencana itu, BATA sedang mencari mitra waralaba atau franchise serta wirausaha untuk bersinergi.

Hal ini cukup mengejutkan mengingat sebelumnya BATA telah menutup sejumlah gerai yang memiliki omset sangat rendah atau diperkirakan tidak dapat menghasilkan keuntungan jangka panjang. 

Selama ini, BATA tak hanya mengandalkan penjualan dari gerai atau offline, melainkan juga online di platform Bata.id atau sejumlah marketplace.

Prospek bisnis BATA ke depan makin terancam sejak adanya gugatan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) atau pailit di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan kepada BATA itu didaftarkan oleh pemohon pada tanggal 9 Maret 2021. 

Terkait gugatan ini, BATA mengaku belum menerima secara resmi surat panggilan dari pengadilan. Yang jelas, manajemen BATA akan memaksimalkan upaya hukum untuk mempertahankan dan menjamin hak-haknya.

Selain itu, manajemen BATA juga memastikan proses persidangan yang akan dijalani terkait kasus ini tidak akan mempengaruhi kegiatan bisnisnya.

Harga Saham (Kesimpulan)

Dalam beberapa periode waktu, saham BATA bergerak di zona merah, seperti penutupan sesi pertama perdagangan saham, Jumat (12/3/2021). Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tertekan dan kabar gugatan pailit ini dinilai oleh sejumlah kalangan mempengaruhi pergerakan saham BATA tersebut.

Merujuk data RTI, saham BATA melemah 4,32% ke posisi Rp665 per saham pada penutupan sesi pertama perdagangan. Lalu, dibuka stagnan di posisi Rp695 per saham. Level tertinggi saham BATA berada di level 695 dan terendah 665 per saham. Total frekuensi perdagangan saham tiga kali.

Pelemahan saham BATA juga terlihat pada periode 8–10 Maret 2021, yakni turun 2,11%. Namun, saham BATA tak melemah sepanjang tahun ini. Sampai sejauh ini, saham BATA cenderung menguat 9,45%. Memang, Saham BATA tidak terlalu aktif ditransaksikan. 

Pada tanggal 19 Maret 2021, kondisi saham BATA tercatat pembukaan Rp670, harga terendah Rp670, volume 22.100, dan EPS Rp-139. Dengan begitu, rekomendasi saham BATA adalah jual di kisaran harga Rp670–Rp690  per saham.

Jadi, risiko investor akan berpotensi meninggi seiring tantangan BATA yang makin membesar. Ditambah lagi, kasus hukum yang dihadapi BATA bisa berlangsung lama.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait