Banking, Saham

Review Laporan Keuangan dan Outlook Bank Ganesha (BGTG)

Ajaib.co.id – PT Bank Ganesha Tbk merupakan salah satu perusahaan perbankan berkategori buku II di Indonesia. Perusahaan ini beroperasi sejak 30 April 1992 dengan melayani beragam kebutuhan perbankan masyarakat, termasuk simpanan dalam bentuk deposito, giro dan tabungan, serta menyalurkan kredit pada segmen komersial, UMKM dan korporasi. 

Bank Ganesha juga telah mengantongi izin bank devisa dari Bank Indonesia pada 12 September 1995, sehingga dapat memberikan layanan transaksi ekspor dan impor, transaksi valuta asing dan transaksi jasa perbankan lainnya. Perusahaan mulai melantai di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016 dengan kode saham BGTG.

Tinjauan Kinerja Keuangan Bank Ganesha

PT Bank Ganesha Tbk mencetak laba tahun berjalan sebesar Rp13,30 miliar pada kuartal III/2020, atau hanya setengah dari perolehan laba pada kuartal yang sama tahun lalu yang mencapai Rp27,96 miliar. Penurunan laba berkaitan dengan menipisnya pendapatan bunga, sementara terjadi kenaikan beban kerugian penurunan nilai dan beban operasional lainnya.

Dalam periode ini, Bank Ganesha juga menggandakan rasio utang bermasalahnya. Rasio NPL bruto dan netto masing-masing naik menjadi 6,32% dan 3,30% per 30 September 2020, padahal keduanya hanya berada pada tingkat 2,28% dan 1,06% per 31 Desember 2019.

Lonjakan NPL ini terjadi karena pandemi COVID-19 memicu kenaikan pesat kredit bermasalah pada semua sektor. Jumlah kredit bermasalah terbesar berasal dari sektor Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi; sektor Industri Pengolahan; serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran.

Adapun situasi sejumlah statistik utama antara lain sebagai berikut: 
Aset: Rp4,76 triliun (QIII/2020) menurun dibanding Rp4,81 triliun (QIV/2019)
Liabilitas: Rp3,6 triliun (QIII/2020) menurun dibanding Rp3,67 triliun (QIV/2019)
Ekuitas: Rp1,15 triliun (QIII/2020) menurun dibanding Rp1,14 triliun (QIV/2019)
NPM: 10,49% (QIII/2020)
DER: 3,15% atau 315,02x
Sedangkan estimasi untuk beberapa rasio penting adalah sebagai berikut (belum disetahunkan):
Return on Asset (ROA): 0,27% 
Return on Equity (ROE): 1,16%
EPS: 1,19 (QIII/2020) lebih rendah dibanding 2,50 (QIII/2019)
PBV: 0,72x tergolong murah
PER: 62,18x,  jadi harga saham BGTG saat ini adalah 62,18 kali dari nilai laba per sahamnya.

Outlook Saham BGTG

Pada pertengahan tahun 2020, PT Bank Ganesha Tbk kembali berkolaborasi dengan aplikasi peer-to-peer lending Danain untuk menyalurkan pinjaman bagi usaha mikro. CEO Danain Budiardjo Rustanto mengatakan kepada Kontan (22/10/2020) bahwa penyaluran akan memprioritaskan sektor produktif dengan skala mikro dan super mikro, sambil tetap mempelajari potensi kerjasama ke depan untuk segmen usaha yang lebih besar, bahkan tidak menutup kemungkinan ke segmen pendanaan konsumtif. Danain merupakan fintech P2P Lending pertama yang memfasilitasi penyaluran pinjaman unik dengan agunan emas.

Pada tahun 2018, Bank Ganesha telah meluncurkan aplikasi BANGGA untuk menyajikan transaksi perbankan online bagi nasabahnya. Aplikasi memfasilitasi transfer uang, pembayaran, pembelian, e-wallet, games untuk mengumpulkan poin hadiah, hingga pembukaan rekening tabungan dan deposito bersama beragam layanan perbankan online lain. Namun saat artikel ditulis (4/1/2021), aplikasi hanya meraih skor 3,2 pada Google PlayStore.

PT Bank Ganesha Tbk termasuk perusahaan perbankan yang sepi kabar. Sempat muncul rumor tentang kemungkinan akuisisi Bank Ganesha oleh Bank BCA sekitar tahun 2018, tetapi rumor ini memudar dengan sendirinya saat memasuki tahun 2019. seiring minimnya konfirmasi dari pihak-pihak terkait. Harga saham BGTG yang melonjak saat rumor beredar pun langsung anjlok signifikan. Penurunan harga saham BGTG terus berlanjut hingga pertengahan tahun 2020 dan baru beranjak lagi menyusul meroketnya IHSG pada bulan Oktober.

Terlepas dari lika-liku rumor tersebut, kinerja Bank Ganesha sebenarnya cukup baik. Perusahaan meraih penghargaan sebagai Bank berpredikat “SEHAT” pada Kategori BUKU 2 dengan aset di bawah 10 Triliun dalam acara Indonesia Best Bank 2020 “Survive the Inevitable Future” yang diselenggarakan oleh Warta Ekonomi. Penghargaan diberikan berdasarkan evaluasi kinerja perusahaan dalam mengelola Profil Risiko, Tata Kelola Perusahaan, Rentabilitas, Permodalan dan Kinerja Intermediasi.

Saham BGTG saat ini terbagi antara tiga pihak, yakni PT Equity Development Investment Tbk (29,86%), UOB Kay Hian Pte Ltd (12,42%), serta masyarakat (57,72%). PT Equity Development Investment Tbk juga merupakan salah satu perusahaan publik bidang jasa keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham GSMF.

Kalau kamu berminat untuk berinvestasi dalam saham BGTG, ada dua fakta lagi yang perlu diketahui. Pertama, BGTG belum pernah membagikan dividen selama bertahun-tahun meski perusahaan terus menghasilkan laba. Dengan demikian, saham ini kurang cocok bagi pemburu dividen (dividend hunter). Kedua, porsi kepemilikan saham masyarakat lebih dari 50% pada PT Bank Ganesha Tbk akan membuat investasi saham di sini menjadi berisiko lebih tinggi.

Pemilik perusahaan memang sah-sah saja menjual sebagian besar saham perusahaannya kepada publik guna meningkatkan permodalan perusahaan. Namun, kita juga perlu bertanya-tanya, mengapa pemilik perusahaan melepas sebagian besar sahamnya jika perusahaan memang memiliki masa depan cerah!? Apalagi dengan posisi harga saham BGTG per akhir tahun 2020 pada Rp74 per lembar cukup rentan selip ke tingkat gocap.

Tentu saja, ini tidak lantas berarti saham BGTG pasti bermasa depan suram. Semua saham memiliki peluang naik dan turun-nya masing-masing. Hanya saja, kondisi fundamental seperti ini menjadikan BGTG lebih cocok untuk trading dan spekulasi daripada investasi jangka panjang.

Disclaimer: Tulisan ini dibuat berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Trading maupun investasi saham berpotensi memberikan keuntungan, sekaligus mengandung risiko. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait