Dunia Kerja

Pengertian dan Contoh Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja

quiet-quitting

Ajaib.co.idQuiet quitting sebenarnya bukanlah konsep baru di dunia kerja. Namun istilah ini menjadi semakin populer setelah viral di media sosial belum lama ini. Mengutip dari BBC, istilah quiet quitting dipopulerkan oleh Tiktoker dengan nama pengguna @zaidlepin.

Banyak generasi muda yang semakin sadar akan pentingnya work-life balance dan setuju dengan konsep quiet quitting. Fenomena tersebut tentu didasari latar belakang tertentu yang menjadi penyebab quiet quitting.

Bagaimanapun quiet quitting memiliki keunggulan dan kelemahan. Untuk lebih jelasnya, ketahui pengertian, penyebab, dan contohnya dalam uraian berikut.

Pengertian Quiet Quitting dan Penyebabnya

Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, pengertian quiet quitting adalah istilah yang menggambarkan pilihan sikap seseorang untuk berhenti melakukan pekerjaan ekstra di luar porsi pekerjaan yang seharusnya.

Dengan kata lain, pengertiannya adalah sikap seseorang yang bekerja hanya sesuai job description dan tidak segan untuk menolak pekerjaan tambahan. Tentu saja, orang yang bersikap seperti ini biasanya akan menolak bekerja di luar jam kerja.

Sikap ini tidak serta-merta muncul tanpa sebab. Orang yang pada awalnya selalu berusaha bekerja ekstra bisa beralih menjadi quiet quitting karena beberapa hal. Berikut penyebab yang paling umum terjadi:

  1. Tidak ada apresiasi atas pekerjaan yang telah dilakukan dengan optimal selama ini. Padahal sebelumnya telah berusaha bekerja ekstra melebihi target yang ditetapkan.
  2. Kompensasi dari perusahaan dinilai tidak sepadan dengan beban kerja yang terlalu berat.
  3. Merasa bosan dengan detail pekerjaan yang itu-itu saja tanpa ada kesempatan mengembangkan kemampuan.
  4. Takut semakin banyak dilimpahi pekerjaan yang bukan tanggung jawabnya serta dimanfaatkan oleh rekan kerja yang bermalas-malasan.
  5. Mengalami kelelahan bahkan sampai stres dan burn-out, sehingga tidak sanggup lagi untuk bekerja ekstra.
  6. Adanya gangguan kesehatan yang mengharuskan untuk lebih banyak beristirahat dan mengurangi pekerjaan.
  7. Ingin memiliki keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan, termasuk ingin memiliki waktu berkualitas yang cukup untuk keluarga.

Di sisi lain, muncul juga istilah quiet firing yang biasanya dianut oleh pemberi kerja yang disebut-sebut sebagai tandingan dari quiet quitting. Quiet firing adalah sikap perusahaan atau pemberi kerja yang secara diam-diam membuat karyawan tidak betah bekerja dan akhirnya mengundurkan diri.

Mengutip dari Washington Post, quiet firing dilakukan perusahaan untuk menghindari kewajiban membayar pesangon dan tunjangan lainnya jika melakukan pemecatan karyawan. Sehingga perusahaan berusaha memojokkan karyawan agar mengundurkan diri.

Quiet quitting dan quiet firing bukanlah solusi dari akar permasalahan yang dialami di dunia kerja. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sikap tersebut kerap dilakukan dengan berbagai alasan yang mendasarinya.

Baca Juga: 10 Tips Menabung 5 Juta Setahun, Pasti Tercapai!

Contoh Quiet Quitting dan Quiet Firing

Setelah mengetahui pengertian quiet quitting dan penyebabnya, berikut beberapa contoh yang kerap dilakukan karyawan.

  1. Menolak untuk melakukan pekerjaan kantor di luar jam kerja. Meskipun hanya sebatas menjawab pertanyaan atasan terkait project yang sedang berjalan maupun membalas email kantor. Bahkan ada juga karyawan yang mematikan ponsel di luar jam kerja untuk menghindari ‘gangguan’ pekerjaan.
  2. Pulang kerja selalu tepat waktu, meskipun ada beberapa pekerjaan yang belum selesai. Asumsinya, dikejar seperti apapun pekerjaan tidak akan ada habisnya, lebih baik melanjutkan pekerjaan esok hari.
  3. Langsung menolak jika diminta menyelesaikan pekerjaan di luar job description.
  4. Tidak tertarik dengan iming-iming promosi jabatan di kantor serta tidak berambisi mendapatkan skor penilaian yang terbaik dari atasan. Bekerja sewajarnya saja dengan performa standar.
  5. Tidak terlalu ingin memiliki kedekatan emosional dengan pekerjaan, termasuk keakraban dengan rekan kerja. Terdapat batas yang jelas antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi.

Dari contoh di atas yang kerap dilakukan karyawan, terkesan bahwa sikap tersebut tidak baik. Sama halnya dengan sikap quiet firing yang dilakukan oleh perusahaan atau pemberi kerja. Bahkan, sikap quiet firing juga bisa dilakukan oleh sesama rekan kerja.

Contoh sikap quiet firing antara lain:

  1. Menambah beban pekerjaan kepada satu orang karyawan secara berlebihan, tidak jarang dengan sengaja memberikan pekerjaan yang sangat tidak disukai karyawan tersebut.
  2. Melakukan mutasi karyawan ke tempat yang tidak disukai karyawan dan akan memberatkan jika dilakukan, seperti mutasi ke lokasi kantor cabang yang jauh dari tempat tinggal.
  3. Melakukan intimidasi dan sikap yang tidak adil, seperti sering memarahi karyawan atas kesalahan yang tidak dilakukannya.

Baca Juga: 9 Cara Meningkatkan Produktivitas dalam Kehidupan

Keunggulan dan Kelemahan Quiet Quitting

Sikap quiet quitting dinilai dapat mewujudkan work-life balance yang banyak diidam-idamkan pekerja, khususnya generasi muda saat ini. Bekerja sekadarnya, tidak resign, dan tetap dapat menikmati hidup adalah impian banyak orang.

Tidak dapat dipungkiri, budaya dan kebijakan setiap perusahaan berbeda-beda. Tidak semua atasan dan perusahaan memberikan apresiasi terhadap prestasi karyawannya yang telah bekerja melebihi standar yang ditetapkan. Quiet quitting dapat menjadi pilihan agar karyawan terhindar dari kekecewaan karena hasil kerja yang tidak dihargai.

Keunggulan lainnya adalah dapat menurunkan risiko terjadi burnout dan masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Kamu akan memiliki waktu yang cukup untuk keluarga dan bersenang-senang melakukan hobi.

Namun jangan lupa bahwa terdapat kelemahan quiet quitting dan dampak negatif yang menyertainya. Bekerja seadanya dan mengabaikan potensi diri secara optimal akan berpengaruh pada penilaian diri dan proses menghargai diri sendiri.

Melansir dari Kompas.com, Pattie Ehsaei yang merupakan pakar kesopanan dunia kerja menyampaikan bahwa pola pikir quiet quitting menjadikan kamu tidak dapat sukses dalam berkarier.

Kemajuan dan kenaikan gaji akan diberikan kepada karyawan yang tingkat usahanya optimal. Sedangkan pekerja yang bekerja biasa-biasa saja akan sulit mendapatkan pengembangan karier dan kenaikan gaji secara signifikan.

Memilih melakukan quiet quitting atau tidak adalah pilihanmu. Namun pastikan kamu melakukannya dengan penuh kesadaran dan siap menghadapi segala konsekuensi yang menyertainya, ya!

Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang!

Masa depan kamu tentu akan menjadi lebih terjamin dan aman secara finansial bila kamu berinvestasi, bukan? Ajaib Sekuritas hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih aman dan terpercaya. Mulai perjalanan investasimu bersama Ajaib Sekuritas sekarang, karena proses pendaftarannya yang mudah dan 100% online, tanpa memerlukan modal yang besar.

Berbagai layanan dan indeks saham juga tersedia dalam rangka mendukung investasimu agar semakin maksimal! Mulai dari saham, reksadana, margin trading, day trading, dan layanan bagi nasabah premium, Ajaib Prime, bisa kamu temukan di aplikasi Ajaib Sekuritas.

Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download aplikasi Ajaib Sekuritas sekarang!

Artikel Terkait