Ajaib.co.id – Kamu generasi milenial punya masalah untuk memiliki work-life balance yang seimbang? Yuk, coba tips ampuh ala Ajaib untuk menerapkan work-life balance yang sehat ini.
Di dunia profesional yang berjalan sangat cepat, terkadang milenial lupa bahwa waktu hanya berjalan 24 jam. Generasi milenial yang saat ini tengah memasuki masa produktif memiliki kesulitan untuk menyeimbangkan kehidupan pribadinya dengan kehidupan sebagai pekerja, atau biasa dikenal dengan istilah work-life balance.
Entah itu bekerja di start-up/korporat, generasi milenial masih belum bisa menerapkan work-life balance yang sehat. Hal ini dikarenakan kemudahan akses ke media sosial dan e-mail yang seakan-akan menciptakan kesan bekerja tanpa henti.
Belum lagi mengelola keluar-masuknya pendapatan untuk memenuhi gaya hidup dan membayar sejumlah tagihan hutang. Menjadi generasi milenial terdengar sulit dengan tuntutan di pundak mereka, bukan?
Meskipun work-life balance mudah untuk diucapkan, tapi sulit untuk dipraktikkan karena setiap individu memiliki situasi, karir, tempat bekerja, dan tingkat toleransi terhadap tekanan di lingkungan kerja yang berbeda-beda.
Namun, jangan berkecil hati dahulu, work-life balance yang sehat dengan semua aspek terpenuhi bukan utopia belaka bagi generasi milenial. Karena nyatanya kamu bisa menerapkannya di kehidupan sehari-hari loh.
Berikut beberapa tips menerapkan work-life balance yang sehat dan mudah untuk membentuk kehidupan yang berkualitas, baik secara mental, emosional, dan finansial.
Lebih Menghargai Waktu
Generasi milenial berharap memiliki waktu lebih banyak di setiap harinya, tetapi faktanya waktu yang mereka bisa nikmati sangat minim sekali. Berdasarkan survei produsen suplemen kesehatan ternama, sekitar 9 dari 10 generasi milenial menghabiskan enam hingga 13 jam waktu bekerja, ini artinya melebihi dari batas normal jam kerja 40 jam selama seminggu.
Belum selesai sampai situ. pegawai yang tinggal di area Bodetabek (Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) yang bekerja di Jakarta harus menghabiskan waktu sekitar 3-4 jam di perjalanan menuju ke kantor.
Padahal menurut riset dari Universitas Cambridge dan Vitality Health, waktu tempuh pegawai ke kantor kurang dari 1 jam 30 menit meningkatkan produktivitas pegawai. Tidak heran jika generasi milenial merasa tidak memiliki cukup waktu dalam sehari.
Mengingat waktu kamu terbatas, salah satu tips untuk menerapkan work-life balance yang sehat adalah dengan membuat batasan waktu di luar jam kerja, singkatnya kamu harus lebih menghargai waktu.
Untuk lebih bisa mengendalikan waktu, kamu harus mengetahui rutinitas sehari-hari. Misalnya: alih-alih memikirkan lamanya perjalanan ke kantor esok hari, kamu bisa menghabiskan waktu dengan hal yang lebih berguna, misal membaca buku, mendengarkan podcast, atau mengobrol dengan keluarga.
Isi Ulang Energi
Lepas dari media sosial merupakan hal yang sangat sulit bagi generasi millennials, mengingat mereka menghabiskan setengah waktunya dalam sehari di internet. Namun, nyatanya media sosial memiliki peran yang cukup besar dalam mengganggu keseimbangan work-life balance.
Tips selanjutnya yang bisa kamu lakukan untuk menerapkan work-life balance yang sehat adalah mengisi ulang energi dengan digital detox atau menghentikan pemakaian teknologi sejenak.
Tentu sangat sulit melepas perangkat yang selalu dibawa ke mana-mana setiap waktu, seperti smartphone atau tablet, tetapi, dengan menerapkan aturan melepaskan alat elektronik apapun hal jam sebelum tidur guna menghindari mengecek e-mail kantor atau media sosial dipercaya dapat mengisi ulang energi dan meningkatkan kualitas tidur.
Aktivitas lainnya yang bisa mengisi ulang energi dari pemakaian alat elektronik yang berlebih adalah olahraga, berjalan kaki, menghabiskan waktu bersama teman, atau mengambil cuti beberapa hari untuk berlibur ke destinasi favorit.
Apapun aktivitas yang dapat mengisi ulang energimu, pastikan untuk mengurangi penggunaan alat elektronik untuk meminimalisasi tekanan dari pekerjaan kantor.
Mengatasi Tekanan Finansial
Salah satu pemicu utama tekanan di kehidupan manusia adalah uang, entah itu tempat bekerja kamu sekarang tidak menggaji sesuai kapasitas atau kamu adalah seorang fresh graduates yang mendapatkan tekanan dari orangtua untuk mendapatkan pekerjaan pertama. Tekanan finansial memiliki kontribusi yang besar ke masalah kesehatan fisik dan mental seseorang.
Untuk mengatasi tekanan finansial, hal yang pertama harus kamu lakukan adalah menemukan sumber masalah tersebut. Jika masalahnya karena kamu merasa layak naik gaji karena kapasitas, ceritakan ke teman-teman terdekat dan tanyakan pendapat mereka tentang hal tersebut dan kembalikan jawabannya ke dirimu untuk mengambil keputusan selanjutnya.
Menemukan cara untuk menangani tekanan finansial bisa menjadi langkah penting untuk mengembalikan kepercayaan diri kembali dan bisa menerapkan work-life balance yang sehat.
Komitmen dalam Menjaga Batasan
Lebih menghargai waktu di luar jam kerja dengan melakukan hal-hal yang membuat kamu senang, mengisi ulang energi dengan melepaskan pemakaian alat elektronik untuk beberapa saat atau dikenal detox digital, atau berdiskusi dengan orang-orang terdekat terkait masalah finansial dapat menjadi modal penting untuk menerapkan work-life balance yang sehat.
Namun satu hal yang perlu diperhatikan adalah untuk bisa benar-benar menerapkan work-life balance yang sehat tidak bisa berhasil dalam waktu semalam, tapi membutuhkan proses panjang yang didukung komitmen tinggi. Mengetahui batasan antara kehidupan kantor dan kehidupan pribadi menjadi titik awal yang baik bagi generasi milenial untuk mulai menerapkan tips work-life balance.
Jika kamu kesulitan mempertahankan komitmen untuk membatasi kehidupan dan kehidupan pribadi, luangkan waktu untuk meninjau kebiasaan apa yang sekiranya menghambat work-life balance-mu.
Misalnya mengecek email ketika sudah di rumah, tidak memaksimalkan jam kerja hingga terpaksa menyelesaikan pekerjaan di rumah, atau datang terlambat ke kantor yang menyebabkan jam kerja berkurang.
Karena pada dasarnya, prinsip menerapkan work-life balance adalah bagaimana kamu memanfaatkan waktu seoptimal mungkin untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Kamu punya tips lain menerapkan work-life balance untuk generasi milenial?