Di tengah pandemi Covid-19, sektor telekomunikasi sangat menjanjikan. Pasalnya, hampir semua pekerja, pengusaha, hingga anak sekolah membutuhkan internet sekaligus paket data. Hal itu mempengaruhi kinerja dan saham perusahaan telekomunikasi. Salah satunya adalah saham ISAT.
Apakah kamu berencana mengkoleksi saham ISAT? Berikut ini bedah dan prospek saham ISAT.
Profil Singkat
Saham ISAT adalah ekuitas milik PT Indosat Tbk, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan telekomunikasi di Indonesia yang berdiri sejak 20 November 1967. Ini adalah perusahaan penanaman modal asing pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telekomunikasi internasional dengan menggunakan satelit internasional.
Pada 1980, Indosat berkembang menjadi perusahaan internasional pertama yang diakuisisi sekaligus dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Pada Februari 2013, Qtel, yang memegang saham mayoritas Indosat, mengubah namanya menjadi Ooredoo.
Sejak saat itu, semua nama anak perusahaan Qtel (Ooredoo) berubah di berbagai negara. Di Indonesia, nama Indosat menjadi Indosat Ooredoo pada 19 November 2015.
Di pasar modal, Indosat tercatat sebagai emiten dengan kode ISAT pada 19 Oktober 1994. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) per 31 Januari 2019, pemegang saham ISAT adalah Ooredoo Asia Pte. Ltd. sebesar 65%, pemerintah RI memiliki 14,29%, dan publik sebesar 20,71%.
Kinerja Perusahaan dari Laporan Keuangan Terakhir
Dikutip dari laporan tahunannya, Indosat Ooredoo mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang positif sebesar 6,9% YoY mencapai Rp27,9 triliun sementara EBITDA meningkat 16% YoY mencapai Rp11,4 triliun didorong oleh kenaikan lalu lintas data yang signifikan sebesar 52,8% YoY serta monetasi data yang lebih baik. Berikut ikhtisar datanya


ISAT mencatat total pendapatan usaha meningkat dari Rp26.117,5 miliar pada tahun 2019 menjadi sebesar Rp27.925,7 miliar pada tahun 2020 atau meningkat 6,9%, yang terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan usaha dari jasa selular. Sepanjang tahun 2020, pendapatan usaha dari jasa selular meningkat sebesar Rp2.408,1 miliar atau 11,6% dari Rp20.674,2 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp23.082,3 miliar pada tahun 2020. Pendapatan usaha dari jasa MIDI turun sebesar Rp497,9 miliar, atau sebesar 10,4%, dari Rp4.780,8 miliar di tahun 2019 menjadi Rp4.282,9 miliar di tahun 2020. Pendapatan usaha dari jasa telekomunikasi menurun sebesar Rp102 miliar atau sebesar 15,4% dari Rp662,5 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp560,5 miliar tahun 2020
Beban Usaha meningkat dari Rp21.889,2 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp25.526,4 miliar pada tahun 2020, terutama karena peningkatan beban karyawan serta beban penyusutan dan amortisasi, yang diimbangi oleh penurunan beban umum dan administrasi, beban pemasaran, serta beban penyelenggaraan jasa.
Laba Usaha menurun sebesar Rp1.829 miliar, atau 43,3%, dari keuntungan Rp4.228,3 miliar di 2019 menjadi keuntungan sebesar Rp2.399,3 miliar di 2020. Laba (Rugi) yang dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk ISAT mencatat kerugian tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik Entitas Induk sebesar -Rp716,7 miliar di 2020 dibandingkan dengan keutungan yang dibagikan pada pemilik entitas induk sebesar Rp1.5 triliun di 2019 terutama karena keuntungan dari penjualan menara di tahun 2019.
Dari sisi neraca, aset lancar menurun sebesar 22,9% menjadi Rp9.594,9 miliar di 2020, terutama karena penurunan kas dan setara kas sebagai dampak dari pembayaran obligasi yang sudah jatuh tempo. Aset tidak lancar meningkat sebesar 5,6% menjadi Rp53.183,8 miliar, terutama karena penambahan aset tetap.
Liabilitas jangka pendek meningkat sebesar 2,4% menjadi Rp22.658,1 miliar terutama dari penambahan utang pengadaan. Liabilitas jangka panjang meningkat rendah sebesar 0,9% menjadi Rp27.207,2 miliar. Jumlah liabilitas meningkat sebesar Rp759,5 miliar, atau 1,5%, dari Rp49.105,8 miliar di 2019 menjadi Rp49.865,3 miliar di 2020. Ekuitas menurun sebesar Rp793,8 miliar, atau 5,8%, dari Rp13.707,2 miliar di 2019 menjadi Rp12.913,4 miliar di 2020.
Riwayat Kinerja ISAT
Secara riwayat kerja ISAT memang mengalami fluktuasi pada laba. Di tahun 2019 ISAT mencatatkan laba Rp1.569.0 triliun setelah menderita rugi di 2018 sebesar 2,4 triliun.
Di 2018 kinerja perusahaan mengalami penurunan drastis bila dibandingkan tahun 2017. Emiten berkode ISAT mencatat laba setelah pajak Rp 1,13 triliun di 2017. Sejalan dengan laba, pendapatan juga turun dari Rp 29,926 triliun di 2017 menjadi Rp 23,139 triliun di 2018.
Penurunan tajam terjadi karena kontribusi pendapatan seluler anjlok 26,40% ke angka Rp 18,026 triliun. Ketentuan wajib mendaftar pemilik nomor telepon seluler berdampak signifikan terhadap bisnis PT Indosat Tbk.
Namun mulai di 2019, ISAT melakukan penguatan kinerja dengan melakukan perluasan jangkauan jaringan 4G ditambah strategi pemasaran paket internet, penjualan menara serta langkah kontroversial yang dilakukan Indosat adalah melakukan perampingan karyawan. Strategi tersebut berimbas positif terhadap kinerja keuangan PT Indosat Tbk (ISAT) di 2019 lalu.
Laba (Rugi) yang dapat distribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun berakhir pada 31 Desember 2020, 2019, dan 2018 memang tidak selalu mencerminkan pendapatan usaha ISATuntuk periode-periode tersebut.
Sebagian dikarenakan besarnya fluktuasi pada beberapa pos nonoperasi yang membawa dampak terhadap laba (rugi) diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada periodeperiode tersebut. Pos non-usaha tersebut mencakup, antara lain, fluktuasi (beban) penghasilan pajak tangguhan, laba atau rugi selisih kurs-bersih, dan laba atau rugi perubahan
nilai wajar derivatif-bersih.
Selama melantai di bursa saham, ISAT telah memberikan dividen kepada pemegang saham. Meskipun ISAT tidak melakukannya setiap tahun. ISAT vakum memberikan dividen selama 2013 hingga 2015 dan 2018 hingga 2020.
Dividen tunai pertama ISAT senilai Rp83,72 per lembar saham untuk periode 1994 yang dibayarkan pada 1995. Dividen tunai tertinggi sebesar Rp425,08 pada periode 1998.
Terakhir, ISAT memberikan dividen tunai kepada pemegang saham senilai Rp73 pada 2017. Tahun sebelumnya, ISAT memberikan dividen tunai sebesar Rp71,18.
Prospek Bisnis ISAT
Kinerja keuangan ISAT umumnya memang terdongkrak oleh bisnis data. PSBB akibat pandemi menyebabkan peningkatan permintaan atas layanan data ini akibat berubahnya perilaku konsumen.
Hal ini tentu tidak mengejutkan. Banyak aktivitas sehari-hari masyarakat yang kini beralih ke digital. Peningkatan paling signifikan antara lain untuk kebutuhan komunikasi kantor selama work from home, proses belajar mengajar secara online di sekolah, ibadah online, serta peningkatan akses layanan hiburan digital seiring terbatasnya kesempatan untuk mengakses alternatif hiburan seperti bioskop atau lokasi wisata.
Capaian kinerja bisnis tersebut kemungkinan masih relatif stabil hingga akhir tahun ini. Masih berpeluang tumbuh positif, setelah periode terberat pandemi terlewati. Stimulus pemerintah tentu akan memainkan banyak peran dalam memacu kinerja bisnis.
Prospek bisnis mereka terutama ditopang oleh perubahan tren yang sulit untuk dibalikkan lagi, yakni peralihan gaya hidup masyarakat yang makin beralih ke layanan digital dalam berbagai aspek kehidupan. Adanya pandemi justru mendorong adaptasi digital ini menjadi makin cepat di berbagai area kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, di masa mendatang, kebutuhan layanan data dipastikan akan terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Belum lagi perkembangan layanan digital yang makin terjangkau dan beragam, akan mendorong konsumsi data yang lebih banyak di masa mendatang.
Faktor ini tentu menjadi sentimen positif bagi bisnis emiten telko. Kinerja PDB sektor telekomunikasi yang terbukti masih positif selama resesi membuktikan bahwa sektor ini menjadi primadona saat ini, meskipun tidak sepenuhnya imun terhadap dampak pandemi.
Selain itu, berlakunya UU Cipta Kerja juga menambah sentimen positif. UU baru tersebut mengatur tentang tarif batas bawah dan batas atas di layanan telekomunikasi. Ini tentu dapat mengurangi kecenderungan perang harga di antara operator, sehingga margin keuntungan lebih terjaga.
UU Cipta Kerja juga memperbolehkan operator melakukan berbagi spektrum, serta infrastruktur pasif dan aktif dengan skema kerja sama. Ini tentu akan saling menguntungkan bagi para pelaku bisnis di industri ini.
Tahun ini, perusahaan juga berencana menjual 4.000 menara telekomunikasi. Pada 2019, ISAT sukses menjual 3.100 menara PT Dayamitra Telekomunikasi dan PT Protelindo.
Kesimpulan
Saham ISAT memiliki kinerja cukup baik. Meski demikian sektor telekomunikasi adalah salah satu sektor yang memiliki prospek bagus di masa mendatang.
Perusahaan memang masih banyak melakukan inovasi menarik sepanjang tahun ini, tetapi masih ada pekerjaan rumah yang cukup besar bagi ISAT untuk bisa membukukan laba.
Jika kamu ingin mengoleksi ISAT, saat ini PER ISAT adalah -47,39, sedangkan PBV-nya 2.86 kali. ISAT jauh lebih murah dibanding TLKM.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.